Peristiwa Nasional

Wujudkan Pertanian Berkelanjutan, Mentan RI: Indonesia Butuh Peran dan Solusi Pakar

Kamis, 17 September 2020 - 15:30 | 48.33k
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo. (FOTO: Kementan RI)
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo. (FOTO: Kementan RI)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sektor pertanian membutuhkan peran para peneliti dan pakar dalam bidang tanah, lahan dan iklim. Kontribusi mereka sangat penting dalam rangka merumuskan kebijakan pembangunan pertanian Indonesia yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Demikian kata Menteri Pertanian RI (Mentan RI), Syahrul Yasin Limpo.

Dalam pembukaan Seminar Internasional Pengelolaan Lahan Tropis yang Berkelanjutan 2020 yang digelar secara virtual, Rabu (16/9/2020), Mentan mengatakan, "Dunia mengalami degradasi lahan dan terkena dampak perubahan iklim sehingga butuh solusi dari para pakar agar pertanian tetap tangguh." 

Menurut Syahrul, para pakar pertanian juga patut berbangga dan bersyukur karena sektor pertanian telah membuktikan lebih tangguh di tengah gempuran pandemik Covid-19. 

"Banyak negara masuk ke jurang resesi yang dalam. Perekonomian Indonesia juga ikut melemah, tetapi sektor pertanian tetap mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 2,19 persen," ungkap dia.

Para pakar dibutuhkan karena sejumlah tantangan masih dihadapi Indonesia. Sebut saja perubahan iklim telah meningkatkan ketidakpastian prediksi iklim dan curah hujan yang berdampak pada perubahan waktu tanam. 

Demikian pula meningkatnya permukaan air laut telah menyebabkan resiko salinitas tanah meningkat. Beberapa daerah melaporkan peningkatan banjir rob dan penyempitan garis pantai. "Indonesia membutuhkan kontribusi dari para pakar untuk mengatasi persoalan tersebut," kata Syahrul.

Indonesia sebagai negara tropis yang wilayahnya sebagian besar berombak hingga bergunung juga mengalami laju degradasi lahan yang tinggi.  "Curah hujan dan suhu tinggi menyebabkan proses erosi, dekomposisi, pelapukan dan pemasaman tanah berjalan sangat cepat," tutur Syahrul.

Bahkan penggunaan pupuk anorganik secara massif dan intensif sejak revolusi hijau ternyata bukan tindakan solutif.  Kandungan bahan organik di dalam tanah cepat terkuras, menyebabkan tanah menjadi keras, akar sulit bernafas, biji sulit menjadi bernas.

Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Fadjry Djufry M.Si, mengakui persoalan pertanian tropis hanya dapat diatasi dengan inovasi teknologi dari para pakar dan praktisi yang bergelut langsung di lapangan. 

"Praktisi pertanian dapat memberikan umpan balik agar inovasi teknologi para pakar sesuai dengan kebutuhan pertanian tropis," kata Fadjry, Kepala Badan Litbang Pertanian, Kementan RI menegaskan pernyataan Mentan RI. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES