Peristiwa Daerah

Ecoton Sebut Wilayah Pantura Lamongan Darurat Mikroplastik

Kamis, 17 September 2020 - 12:52 | 124.10k
Aktivis lingkungan dari Ecoton, Rumah Kreatif Mencorek dan Cakrawala Surya, saat melakukan brand audit timbulan sampah di wilayah Pantura Lamongan, Kamis (17/9/2020). (FOTO: Ecoton for TIMES Indonesia)
Aktivis lingkungan dari Ecoton, Rumah Kreatif Mencorek dan Cakrawala Surya, saat melakukan brand audit timbulan sampah di wilayah Pantura Lamongan, Kamis (17/9/2020). (FOTO: Ecoton for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Sebuah Organisasi Konservasi Lingkungan, Ecoton, menyebut bahwa wilayah Pantai Utara (Pantura) Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, saat ini berada dalam kondisi darurat mikroplastik.

Kesimpulan tersebut didapatkan setelah Ecoton bekerjasama dengan komunitas pemuda peduli lingkungan Rumah Kreatif Mencorek Dusun Mencorek Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong serta Cakrawala Surya, Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Muhammadiyah Lamongan, melakukan kegiatan penyusuran timbulan sampah di sekitar sudetan Sungai Bengawan Solo, mulai dari bendungan karet Sedayulawas hingga ke muara.

Dari penyusuran yang berlangsung selama tiga hari, yaitu mulai tanggal 15 hingga hari ini, Kamis (17/9/2020) tersebut, ditemukan bahwa sungai sudetan Bengawan Solo di Sedayulawas dan kasawan pesisir dijadikan tempat pembuangan sampah.

Setidaknya ada 9 titik timbulan sampah, mulai dari timbulan kecil berupa tumpukan sampah yang memanjang sekitar 1-2 meter hingga timbulan besar yang lebih dari 5 meter.

"Timbulan sampah didominasi jenis sampah plastik dan sachet. Sampah plastik ini akan hanyut kedalam perairan atau sungai menuju laut, 80 persen berasal dari sampah dari daratan atau sungai," kata Eka Clara Budiarti, peneliti mikroplastik Ecoton, Kamis (17/9/2020).

Kondisi tersebut diperparah dengan buruknya sistem pengelolaan sampah. Pasalnya, sampah-sampah yang tertimbun di bantaran sudetan Bengawan Solo Sedayulawas dan di Pantai Brondong serta Pantai Paciran hanya dibakar.

"Kegiatan penimbunan dan pembakaran sampah tersebut menunjukkan tidak adanya tanggungjawab pemerintah dalam pengelolaan sampah, yang diamanatkan dalam UU 18/2008 Tentang pengelolaan sampah, yang melarang kegiatan pembakaran sampah secara terbuka," tuturnya.

Pembuangan sampah di Bantaran sungai, pesisir dan perairan menjadi menyebab utama kontaminasi mikroplastik di perairan dan perikanan.

Clara menjelaskan, timbulan sampah yang didominasi plastik tersebut, jika terpapar matahari, terendam air dan mengalami perlakuan fisik alami berupa naik turunnya air laut, menyebabkan sampah plastik terurai menjadi serpihan-serpihan atau remah plastik berukuran mikro yang biasa disebut mikroplastik.

“Sampah plastik yang ditimbun di tepi sungai, pantai dan diperairan pesisir menjadi sumber pencemaran mikroplastik di ekosistem perairan pantura Lamongan, jika tidak dikendalikan maka kedepan akan menjadi ancaman serius potensi perikanan di pantura Jawa," ujar Clara.

Clara mengatakan, untuk penanganan permasalahan sampah tersebut diperlukan upaya Pemkab Lamongan untuk menyediakan sarana kontainer sampah residu yang tidak bisa didaurulang seperti plastik sachet dan tas kresek.

"Kami juga mendorong dibangunnya Tempat Pembuangan Sampah Sementara 3R (Reduce, Reuse, Recycle)," ucapnya.

Sementara Wais Al Qorni, Koordinator riset dan pengembangan kreativitas Rumah Kreatif Mencorek,  mengaku akan melaporkan temuan tersebut kepada Pemerintah untuk mendapatkan jalan keluar.

"Kami akan mengadukan temuan ini kepada Bupati Lamongan, Gubernur Jawa Timur dan menteri Perikanan dan Kelautan, agar segera membersihkan pantai Brondong dari timbulan sampah dan penyediaan sarana penunjang pengelolaan sampah agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai dan ke pantai," kata Wais.

Sedangkan Oetari Kintan Prahasti, Anggoat Pecinta Alam Cakrawala Surya Universitas Muhammadiyah Lamongan mengatakan bahwa akan melakukan kegiatan bersih-bersih pantai dan memberikan edukasi kepada masyarakat, agar tidak membuang sampah ke sungai dan pantai.

"Temuan timbunan sampah di pantai dan kegiatan pembakaran sampah di sungai sangat memprihatinkan. Selain mengancam kelestarian ekosistem pesisir akibat kontaminasi mikroplastik, buruknya pengelolaan sampah di Lamongan, khususnya wilayah Pantura juga akan mengancam kesehatan manusia," ujar mahasiswi semester III Jurusan Keperawatan, yang ikut terjun dalam penyusuran timbulan sampah bersama Ecoton dan Rumah Kreatif Mencorek tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES