Kopi TIMES

Melepas Kecemasan Pandemi dengan Menulis

Selasa, 15 September 2020 - 16:12 | 103.50k
Deni Darmawan, Dosen Universitas Pamulang.
Deni Darmawan, Dosen Universitas Pamulang.

TIMESINDONESIA, PAMULANG – Maraknya informasi mengenai penularan pandemi Covid-19 hingga tembus ratusan ribu dan  puluhan ribu orang yang meninggal membuat orang yang melihat dan mendengarnya merasa takut, cemas, panik, stress, hingga memilih jalan terakhir yaitu bunuh diri.

Ditambah buruknya sistem pencatatan bunuh diri di Indonesia membuat tidak data yang pasti jumlah orang yang bunuh diri baik di masa pandemi dan sebelum pandemi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 memperkirakan kematian akibat bunuh diri di Indonesia mencapai 3,4 per 100.000 penduduk.

Tidak hanya mental yang mengalami gangguan, semua sektor juga mengalami dampak dan guncangan yang tak berujung. Istilah ‘rem dan gas’ pun diberlakukan pemerintah agar sektor ekonomi tidak mengalami resesi. Istilah new normal, transisi new normal, bahkan bahasa PSSB total pun diucapkan Gubernur karena angka penularan makin fantastik dengan grafik yang terus melonjak. Namun sayang, semua bahasa dan istilah yang diberlakukan masih belum bisa dipahami dan perlu ada penyederhanaan bahasa agar orang-orang di perbatasan dan pelosok daerah juga memahami. 

Di tengah kabar kesedihan ada juga kabar menggembirakan. Menurut pengamatan penulis, selama pandemi minat membaca dan menulis meningkat. Banyak digelar seminar, pelatihan, workshop seputar menulis di jagat virtual. Perpustakaan daring diserbu netizen, grup-grup menulis bermunculan dan ramai di media sosial dan disuguhi aneka ragam tulisan kreatif, mulai dari menulis puisi, cerpen, novel, bahkan merebaknya artikel opini yang dikirim ke berbagai media cetak dan online. Beragam tema pun ditulis,  mulai dari suka duka menghadapi pandemi, asmara, kesehatan, ekonomi, seni dan hal-hal unik lainnya.

Selama pandemi, saya juga berusaha untuk produktif menulis. Ini sebuah upaya untuk mengkampanyekan dan memberikan edukasi kepada masyarakat agar patuh terhadap protokol kesehatan dan mempunyai kesadaran yang tinggi untuk hidup bersih. Mengingat kedisipilinan masyarakat Indoensia masih tergolong rendah dan belum munculnya kesadaran hidup sehat. Dengan tulisan yang saya kirim ke berbagai media, mudah-mudahan akan tergugah dan ada perubahan di tengah masyarkat.  

Selama PSBB, semua kegiatan di rumah, mulai dari bekerja, belajar dan beribadah. Ada sebagian orang untuk menghilangkan kebosanan, kecemasan, bahkan menghilangkan rasa stress karena di rumah aja, mereka berkebun dan menanam sayur dan buah, bahkan menanam tanaman herbal untuk menjaga imunitas tubuh. Ada juga sebagian orang yang selesai membaca buku berjilid-jilid, dan ada juga untuk menghilang suasana bosan dan mencemaskan dengan cara menulis, mengirim tulisannya ke berbagai media, menulis di media sosial bahkan menulis buku.

Penulis dadakan dan amatir pun muncul. Karena merasa sumpek di rumah terus, menulis menjadi alternatif lain untuk mencurahkan ide, gagasan, konsep, perasaan yang diamali dan hal-hal lain sehingga rasa bosan dan stress itu hilang. Bahkan bisa menjadi hobi baru, karena terus-menerus menulis akhirnya berkembang menjadi menulis blog, media sosial, media online dan buku. 

Semakin banyak menulis, tidak terasa keterampilan menulis kita akan semakin baik dan  meningkat. Bagi penulis pemula yang sudah bergabung di grup dan komunitas, akan mendapat bimbingan dan kritikan dalam hal menulis. Tulisan yang sudah kita kumpulkan di media sosial atau blog dijadikan buku oleh mentornya, bahkan bisa ditawari penerbit lain agar dicetak menjadi buku. 

Pandemi tidak melulu soal negatif, tapi kita juga bisa mendapat hikmah dengan adanya pandemi. Salah satunya menelurkan karya tulisan kreatif. Sebut aja Indari Mastuti dari Bandung pendiri penerbitan BUKUIN aja! dan mendirikan grup bukuin indscript di facebook. Indari memberikan semangat dan motivasi kepada emak-emak agar doyan menulis. Indari menampung tulisan kreatif apa saja dan membagi ilmu menulis bagi anggotanya. Bagi anggota yang tulisannya bagus, Indari akan menerbitkannya. Sudah puluhan buku dari goresan tangan anggotanya yang sudah diterbitkannya.

Pandemi mempunyai dampak yang luas dan pukulan yang amat keras kepada semua lapisan masyarakat. Menulis di tengah pandemi Covid-19 memberikan semacam terapi atau dampak terapeutik. Dengan menulis akan mengurangi beban yang selama ini menimpa, akan mengeluarkan segala unek-unek dan beban pikiran. Untuk melepaskan segala unek-unek dan beban pikiran memang banyak ditempuh berbagai cara.

Misalnya berkebun dan bercocok tanam di halaman rumah, melukis, memasak, membuat konten kreatif dan membuat berbagai kegiatan kreatifitas lainnya. Semua hal itu bisa kita tuliskan dan berbagi kepada netizen. Manfaat menulis selain menghasilkan uang, juga mengoptimalkan manfaat terapeutik. 

Menulis menjadi terapi dalam menghadapi segala permasalahan yang kita hadapi. Masalah demi masalah akan terurai dan menjadi refleksi diri. Kecemasan, kepanikan, kebosanan, emosi, hingga stress yang meningkat bisa tersalurkan dengan baik dengan menulis. Kelas tulis-menulis yang digagas oleh komunitas disarankan agar lebih digiatkan lagi. Terbukti, menulis di tengah pandemi menjadi terapi dalam menjaga keharmonisan jiwa dan bermanfaat secara ekonomi.

***

*) Oleh: Deni Darmawan, Dosen Universitas Pamulang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES