Ekonomi

DPRD Bondowoso Dorong Minimarket dan Hotel Membeli Kopi Rakyat

Senin, 14 September 2020 - 11:53 | 36.10k
Petani kopi rakyat di lereng Ijen-Raung sedang menjemur hasil panen. Mereka mengeluhkan harga kopi menurun drastis (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).
Petani kopi rakyat di lereng Ijen-Raung sedang menjemur hasil panen. Mereka mengeluhkan harga kopi menurun drastis (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Petani kopi rakyat, di BRK (Bondowoso Republik Kopi), mengeluh karena penjualan dan harga kopi masa panen Juli kemarin menurun drastis. Bahkan penurunan harga kopi Bondowoso mencapai 50 persen.

Pada tahun 2019 kemarin, kalau dijual gelondongan (petik langsung jual), panen pertama bisa sampai Rp 8.000-12.000 per kilogram. Sementara green bean di atas Rp 50.000-100.000 lebih.

Sementara tahun ini, untuk gelondongan rata-rata hanya Rp 6.500, dengan keuntungan Rp 2.500 per kilogram. Adapun green bean, sekitar Rp 38.000-50.000. Kalau ada yang Rp 60.000 itu kualitas sangat bagus.

Wakil Komisi II DPRD Bondowoso, A Mansur, meminta pemerintah agar bisa mendorong minimarket dan hotel yang ada di BRK, untuk membeli kopi milik petani.

"Misalnya hotel, restauran dan minimarket, bagaimana mewajibkan mereka agar menyediakan kopi rakyat. Bukan hanya jual kopi sachet," paparnya, Senin (14/9/2020).

Harapannya, produk asli Bondowoso tidak semuanya dijual ke luar daerah. Pihaknya segera memanggil Diskoperindag dan pelaku usaha, untuk membicarakan hal tersebut.

"Sehingga pendapatan petani kopi rakyat, terus meningkat. Dan uang berputar di Bondowoso," tegas Politisi PKB tersebut.

Pihaknya akan terus berupaya, agar pengusaha tetap mengambil kopi ke petani langsung. "Tentunya dengan harga layak, dan tak merugikan masyarakat," imbuhnya.

Sementara Suyitno, petani di kebun kopi lereng Ijen-Raung mengatakan, selain penurunan harga dan pembelian. Tahun ini, produksi Kopi Java Ijen-Raung juga menurun hingga 40 persen. 

"Misalnya dalam satu hektar, bisa sampai satu ton green bean. Tapi tahun ini hanya enam kuintal," jelasnya saat dikonfirmasi.

Menurutnya, ada beberapa penyebab. Diantaranya faktor cuaca, kemudian juga karena perawatan. "Karena Covid-19, warga kesulitan biaya untuk perawatan. Sedangkan pupuk sendiri langka. Kalaupun ada tapi mahal," jelasnya.

Ia berharap, ke depan ada kejelasan dari pemerintah Kabupaten Bondowoso, terkait kopi Bondowoso. "Baik dari hulu, perawatan. Hingga hilirnya, yakni produksi, penjualan dan sebegainya," harapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES