Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pemikiran Hamdani Bakran Tentang Kecerdasaan Kenabian (Prophetic Intellegince)

Senin, 14 September 2020 - 10:38 | 49.22k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGProphetic Intelligence (Kecerdasan Kenabian) adalah kemampuan manusia untuk berinteraksi, bersosialisasi dan beradaptasi, baik dengan lingkungan horizontal (bumi) maupun lingkungan vertikal (langit). Artinya manusia tersebut mampu memahami, mengambil manfaat dan hikmah di kehidupan bumi dan langit, kehidupan jasmani dan rohani, kehidupan lahir dan batin, serta kehidupan dunia dan akhirat, seperti yang telah dicontohkan oleh para nabi (prophet). Kerja kemampuan tersebut senantiasa dalam koordinasi dan bimbingan nurani.

Syarat utama untuk mengembangkan kecerdasan profetik (PropheticIntelligence) adalah kesehatan ruhani, karena kecerdasan ini merupakan suatu potensi agung yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. kepada para nabi, rasul dan ahli waris mereka (aulia-Nya). Potensi itu semata-mata mereka peroleh karena ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan ketakwaan itulah ruhani menjadi bersih, suci dan sehat. Karena cahaya ketuhanan telah hadir di dalamnya. Sehingga tersingkaplah bagi mereka hakikat ilmu, hikmah, kehidupan hakiki serta pemahaman terhadap segala sesuatu. Pintu-pintu ketuhanan dan kebenaran hakiki terbuka lebar, dan dari sanalah ditampakkan kerahasiaan kehidupan di langit dan di bumi, di dunia hingga akhirat. Allah berfirman:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Seseorang bisa memperoleh prophetic intelligence dengan cara membiasakan diri untuk komunikasi, berdialog dan munajat dengan Allah SWT. Untuk sebuah potensi ketauhidan, selalu berperilaku positif, berakhlak baik, benar dan terpuji semata-mata karena Allah SWT. Jadi, tidak akan mungkin seseorang dapat memahami, menghayati dan mengalami makna hakikat keimanan dan keislaman secara utuh dan lengkap tanpa menjalankan syariatnya dengan benar.

Proses mendapatkan kecerdasan kenabian diraih bukan semata-mata melalui proses layaknya manusia kebanyakan, akan tetapi melalui proses pembelajaran ke-Tuhanan yang bermuara pada keimanan dan ketakwaan pada Allah Swt. Artinya manusia apakah mahasiswa atau peserta didik perlu diajarkan keimanan dan ketakwaan untuk selalu berada dalam bimbingan Allah Swt. Sehingga mampu mengembangkan logika berpikir yang menyejukan dan berwawasan akherat.

Keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. akan mendorong dan mengerakkan eksistensi diri pesertadidik dalam ruang lingkup perlindungan, bimbingan, dan pengawasan-Nya. Melahirkan aktivitas interaksi, adaptasi, komunikasi, sosialisasi dan integritas yang ideal antara diri dengan lingkungan Tuhan, dan antara diri dengan lingkungan mahluk atau ciptaan-Nya.

Dasar-dasar Kecerdasan Kenabian diantaranya adalah Kesehatan ruhani, yaitu konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan amati keadaannya. Sebagai contoh, seseorang tidak memiliki keluhan keluhan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Jadi, faktor subyektif dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.

Istilah “ruhani” dalam bahasa Inggris lebih populer digunakan kata “spiritual” yang mempunyai beberapa penafsiran makna, antara lain :

a.    Yang berkaitan dengan ruh, semangat atau jiwa

b.    Religius, yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalihan dan menyangkut nilai-nilai transendental.

c.    Bersifat mental, sebagai lawan dari material, fisikal atau jasmaniah.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kesehatan ruhani dalam pandangan Islam adalah selamatnya Qalbu (hati nurani) dari penyakit-penyakit ruhani, karena telah hadirnya cahaya hidayah atau petunjuk ilahiah di dalamnya. Cahaya itu mengandung energi dan power Ilahiah yang senantiasa mendorong dan menerangi eksistensi diri selalu tetap dalam keyakinan dan persaksian tauhid “La ilaha illaAllah”, yakni tiada sesembahan melainkan Allah SWT. Dalam bahasa agama, orang yang memiliki kesehatan ruhani yang baik dan benar disebut orang yang hidup dan meraih kehidupan dalam keimanan dan ketakwaan.

Ruhani yang sehat akan menghadirkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. dalam menjalankan syariat yang benar. Dari sanalah akan hadir potensi dan kecerdasan kenabian yang akan mengkoordinasi kerja jiwa, hati, akal pikiran, indera, jasad dan perilaku. Dengan ketakwaan itu ada dalam diri maka lahirnya pembelajaran dari Allah (ilmu ladunni) secara langsung tanpa melalui perantara. Sebagaimana firman Allah SWT :

 “Bertakwalah kalian kepada Allah, niscaya Dia akan mengajarkan (ilmu-Nya) kepada kalian”.

Adapun indikasi sehatnya ruhani, yaitu pertama, apabila disebut nama Zat-Nya, yakni “Allah”, maka hati itu terasa bergetar. Kedua, apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, keimanan, keyakinan dan ketakwaan terhadap-Nya semakin bertambah. Ketiga, keimanan, keyakinan dan ketakwaan, itu terimplementasi pada sikap dan tindakan yang senantiasa senang mendengarkan kebenaran dan mentaatinya. Keempat, selalu menegakkan ibadah shalat dan membayar zakat, bersedekah dan berinfak. Kelima, hidup senantiasa penuh dengan kegembiraan, hilangnya rasa takut, kecuali hanya kepada Tuhannya.

Kebalikan dari sehat ruhani adalah sakit ruhani. Yaitu kotor dan najisnya kalbu, karena telah dipenuhi oleh virus-virus ruhani, seperti syirik, kufur, nifaq dan fasiq. Indikasi sakit ruhani itu akan terlihat padaperilaku tindakan dan aktivitas kehidupan yang menyimpang atau keluar dari bimbingan agama, ketuhanan, al-Qur’an dan ketauladanan Nabi Muhammad SAW. Sakit ruhani dikarenakan kejiwaan (ruhani) yang tidak stabil, seperti marah, dendam, dengki, takabbur, riya’, berburuk sangka, dusta, kikir dan berputus asa.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES