Pemerintahan

Pemprov Malut Gencarkan program Gosora, Apa Itu?

Minggu, 13 September 2020 - 21:15 | 195.90k
Kadis Pertanian, M Rizal Ismail (FOTO: Wahyudi Yahya/TIMES Indonesia)
Kadis Pertanian, M Rizal Ismail (FOTO: Wahyudi Yahya/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, TERNATEPemprov Malut melalui Dinas Pertanian membuat terobosan baru meningkatkan mutu komoditas pertanian untuk kepentingan ekspor ke negara-negara di Eropa. Terobosan itu diaktualisasikan melalui program GOSORA (Gerakan Orientasi Ekspor Untuk Rakyat Sejahtera) yang difokuskan pada tiga komoditas utama yakni pala, kelapa, dan cengkeh.

Kadis Pertanian, M Rizal Ismail mengatakan, program tersebut merupakan wujud dari visi Gubernur KH Abdul Gani Kasuba dan Wagub M Al Yasin Ali, "Maluku Utara Sejahtera 2024".

"Untuk mensejahterakan Maluku Utara 2024 sesuai visi misi gubernur, maka pilihan kami adalah komoditi itu. Karena sebagian orang, semuanya mulai dari orang tua kita itu bertahan hidup mulai dari pala, kelapa dan cengkeh," ucap Rizal kepada TIMES Indonesia, Minggu (13/9/2020).

Melalui program GOSORA, kata dia akan meningkatkan produksi dan nilai tambah dari tiga komoditi tersebut. Mengingat, sektor pertanian Maluku Utara berkontribusi terhadap PDRB sebesar 27 persen dan penyerapan tenaga kerja terbesar yaitu sebanyak 49 persen.

Langkah demi langkah dilakukan untuk menyiapkan skema ekspor komoditas pertanian. Dan itu dimulai dari pala atau dalam bahasa Tidore disebut GOSORA. Pada 9-11 September 2020, Dinas Pertanian menggelar Bimtek Sistem Jaminan Mutu Pala yang diikuti oleh 30 petani pala.

Lalu, dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) program Gerakan Orientasi Ekspor Untuk Rakyat Sejahtera atau GOSORA pada 12 September 2020, yang dihadiri oleh sejumlah pimpinan OPD, instansi vertikal terkait, hingga pedagang komoditas Pala di Ternate.

Skema Ekspor ke Negara-negara Eropa Timur 

Rizal mengungkapkan, perairan Maluku Utara masuk dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) III yang merupakan lintasan kapal-kapal dari Australia menuju Jepang, China hingga ke Eropa. Dan itu menurut dia merupakan sebuah potensi ekspor yang cukup besar.

Kapal-kapal itu akan diupayakan berlabuh di Ternate, Maluku Utara untuk mengangkut komoditas yang akan di ekspor. Meskipun syarat utamanya harus menyediakan 50 kontener sekali angkut.

"Pala produksi 1 bulan itu bisa sediakan 30 kontainer, kalau hitung-hitung itu (syarat 50 kontener) kalau dari sini itu itunya pasti bisa dari aspek supply. Tinggal sekarang benahi mutunya," kata Rizal penuh optimisme

Selain itu, ada skema pengiriman lain yang menjadi alternatif yaitu dengan menyediakan kontener ekspor tapi dikirim melalui Surabaya, Jawa Timur, kemudian diteruskan ke Eropa. "Berkembang dalam FGD, kalau bisa hanya dua alternatif itu," ujar Rizal.

Ekspor langsung ke negara-negara di Eropa Timur diharapkan dapat berjalan di tahun 2021. Saat ini, Dinas Pertanian bersama stakeholder sedang menyiapkan berbagai la langkah untuk mewujudkan itu.

Peningkatan Mutu dan Ketertelusuran Pala 

Rizal menambahkan, konsumen di Eropa tak hanya melihat kualitas biji pala semata, mereka juga membutuhkan informasi lengkap dari pala tersebut, mulai dari asal hingga cara penanganannya.

Untuk itu, Dinas Pertanian Provinsi yang bekerjasama dengan Yayasan Penabulu sejak bulan Juli lalu membangun sistem penjamin mutu biji pala serta membuat internal control system (ITC) yang bisa diketahui dengan muda melalui barcode.

"Kelompok tani itu harganya sudah beda dengan kelompok tani lain di Ternate yang belum punya sistem mutu. Harga bijinya sudah beda 4 ribu, kalau full beda 10 ribu dari pala yang lain," tandasnya

Ia berharap sistem penjamin mutu bisa konsisten berjalan, terlebih lagi jika ekspor langsung ke Eropa sudah mulai dilakukan maka harapan kesejahteraan masyarakat khususnya petani bisa terwujud.

Sementara, Sigit Ismaryanto dari Yayasan Penabulu menambahkan kualitas pala Maluku Utara sepadan dengan daerah lainnya di pasar internasional, hanya saja asal usul pala yang tidak tercatat akhirnya kualitasnya berada di posisi kedua.

"Jaminan mutu pala di sini sepadan. nah kembali lagi, kenapa kok kita dibilang kelas 2 atau nomor 2, dalam artian yang nomor satu itu selalu bilang Ambon, kenapa begitu. karena begini, kita pun ekspor itu kalau kurang dari 1 kontener, kita harus dipenuhi satu kontener baru kita berangkat ke Eropa," ucap Sigit Ismaryanto dikonfirmasi TIMES Indonesia

Sigit yang juga eksportir ini sudah menyiapkan 10 kg sampel biji pala dengan kualitas terbaik atau nomor satu dari Kelompok Tani Ake Tubo Ternate untuk dikirim ke Eropa Timur.

"ni sepulang saya dari sini ini, saya bawa ke Jakarta saya lengkapi dengan dokumen segera kita kirimkan ke Eropa Timur semoga ini salah satu promosi kita," imbuh Sigit.

Poktan Ake Tubo sendiri kata dia, telah dibina dan memiliki ICS itu diyakini akan mampu bersaing dengan pala dari daerah lain di pasar global.

"Sistem jaminan-jaminan mutunya berjalan ini yang kita apresiasi dengan kawan-kawan petani dan kawan-kawan dinas dan ini tentunya akan diterima yang akan kita kirim ke Eropa Timur," pungkasnya.

Untuk harga biji pala, Rizal menambahkan di Halmahera saat ini berkisar Rp. 62.000 - Rp. 63.000, dan di Ternate Rp. 75.000. Sementara harga di Surabaya mencapai Rp. 92.000 dan di Eropa Rp. 120.000. (*)

Edisi-Senin-14-September-2020-Pemprov-Malut-Gencarkan-Program-Gosoraa-rev.jpg

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES