Peristiwa Daerah

Dwi Fitri Indayani Jusuf, Dokter Militer yang Kuasai Tiga Bahasa Asing

Sabtu, 12 September 2020 - 15:49 | 272.09k
dr Dwi Fitri Indayani Jusuf saat bertugas di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma RSAU Esnawan Antariksa.(foto: Dok.Pribadi)
dr Dwi Fitri Indayani Jusuf saat bertugas di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma RSAU Esnawan Antariksa.(foto: Dok.Pribadi)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dokter Dwi Fitri Indayani Jusuf merupakan dokter militer di Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) Esnawan Antariksa. Saat ini ia tengah berjibaku bersama tim gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 di rumah sakit tersebut.

Siapa sangka, jika lulusan Pendidikan Pertama Perwira Prajurit Karir (Pa-PK) TNI AU ke-26 Tahun 2019 ini tak hanya piawai menangani pasien, namun ia juga mahir menguasai tiga bahasa asing sekaligus. Belanda, Inggris dan Korea.

Keahlian itu ia dapatkan sejak remaja dan semakin berkembang kala menempuh karir kedokteran di rumah sakit internasional Bali International Medical Center (BIMC) sebelum akhirnya terjun sebagai dokter militer. Padahal, sejak muda ia memiliki cita-cita menjadi seorang diplomat.

dr Dwi Fitri Indayani bjpg

Namun, Fitri memilih mengikuti arahan kedua orang tuanya yang berharap putrinya tersebut menjadi dokter.

"Saya memang suka bahasa dari dulu dan saat itu cita-cita saya ingin menjadi diplomat. Namun saya berjanji pada bapak saya, saya akan jadi dokter yang baik," ungkapnya, Sabtu (12/9/2020).

Dengan merendah, Fitri menjelaskan jika kedua orangtuanya merupakan pegawai biasa. Sang ayah adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan ibunya Bintara.

"Kebetulan ibu saya tentara dinas di Kesdam lalu di rumah sakit juga," imbuhnya.

Awal mula lulus SMA ia memutuskan menjadi dokter karena sebuah pengabdian. Terutama saat melihat kondisi masyarakat daerah asalnya di Mamasa, Sulawesi Barat.

"Mereka sangat tertinggal jauh dari kondisi apapun termasuk kesehatan. Melihat dari sisi itu saya tergerak untuk menjadi dokter. Kebetulan saya suka di lapangan untuk melayani langsung terjun ke masyarakat," ucapnya.

Maka, selepas lulus SMA ia melanjutkan pendidikan tinggi di Fakuktas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2007-2013.

Lulus dari kedokteran, dia melaksanakan tugas intensif di Gorontalo selama satu tahun penuh. Kemudian ia mencoba mendaftar sebagai dokter di kawasan pertambangan.

dr Dwi Fitri Indayani cjpg

"Saya menggantikan senior saya di sana," tandasnya.

Tidak lama kemudian, ia mendaftar di rumah sakit internasional di Bali International Medical Center (BIMC) dan melanjutkan pengabdian selama empat tahun sebelum memutuskan menjadi dokter di TNI AU.

Dokter Fitri bercerita, kala itu ia mengetahui info lowongan dokter militer dari internet. Namun, sebelumnya ada rekan dokter dari rumah sakit yang sama juga mengikuti tes serupa dan lulus sebagai dokter Angkatan Darat (AD).

"Saat tes kita tidak tahu kita akan lulus di matra mana. Kita hanya disuruh memilih cenderung ke mana. Kemudian hasil psiko test yang menentukan. Jadi ini cocok di darat, laut, dan udara. Walaupun kita memilih," tutur anak ke-2 dari 2 bersaudara ini.

Dokter Fitri lolos dalam rekruitmen dokter Angkatan Udara dan merupakan satu-satunya dokter perempuan dari Sulawesi kala itu.

Ia melanjutkan pendidikan selama tujuh bulan di Magelang untuk mendapatkan dasar-dasar militer. Pasca lulus, ia melanjutkan pendidikan kecabangan kesehatan TNI AU di Skuadron Pendidikan 504 Halim Perdanakusuma dan langsung bertugas di RS AU Esnawan sejak Mei 2019 sampai saat ini.

Sederet kesan tak terlupakan ketika menjadi dokter militer. Banyak sisi lain ia temui. "Ternyata saya tidak harus mengerjakan murni sebagai dokter. Banyak side nya. Misalnya saya harus dukes di lapangan contohnya terbang layang," kisah Fitri.

Tidak hanya itu saja. Ternyata AU memiliki segmen kesehatan tersendiri. Misal, kesehatan penerbangan. Tentu hal itu berbeda dengan kesehatan yang lain.

"Kita banyak berhubungan dengan pilot, dengan orang-orang skuadron itu yang menantang dan menarik," ucapnya.

Fitri ingin melanjutkan cita lebih tinggi. Menempuh sekolah kecabangan kedokteran penerbangan. Ia ingin menguasai keahlian evakuasi medikal udara.

"Itu khusus untuk dokter-dokter udara. Makanya kami akan lanjut sekolah lagi namanya kedokteran penerbangan itu yang menarik di udara," jelas pengagum RA Kartini ini.

Bangga Menjadi Keluarga Besar TNI

Menjadi bagian dari keluarga besar TNI adalah sesuatu yang menantang sekaligus kebanggaan bagi Fitri. Ia yakin akan terus berkembang dalam dunia kedokteran penerbangan. Baik dari segi keilmuan, pengalaman, kemudian pengabdian.

"Karena kita tahu TNI itu sekarang cukup berkembang. Jadi tidak hanya di dalam negeri sendiri kemudian di luar juga dia cukup berkembang baik dalam misi kemanusiaan atau misi apapun," papar Dokter Dwi Fitri Indayani Jusufdokter militer yang mengagumi Dr Abdurrahman Saleh tersebut.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES