Peristiwa Daerah Bencana Nasional Covid-19

Kisah Evi Marita yang Ditinggal Suami Meninggal Berjuang Lawan Covid-19

Jumat, 11 September 2020 - 16:15 | 126.69k
Evi Marita saat menerima bantuan dari Kapolresta Malang Kota. (Foto: Dok. Warga for TIMES Indonesia)
Evi Marita saat menerima bantuan dari Kapolresta Malang Kota. (Foto: Dok. Warga for TIMES Indonesia)
FOKUS

Bencana Nasional Covid-19

TIMESINDONESIA, MALANG – Malang sekali nasib Evi Marita. Warga Kelurahan Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang itu harus menjanda setelah ditinggal suaminya, Arif Moejiono, karena gugur dalam perjuangan melawan Covid-19.

Evi kini hanya tinggal bersama dua orang anaknya yakni Nur Anisaturokhmah (anak pertama) dan Nisrina Nur Tsabita (anak kedua).

Suaminya dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang pada sejak 1 September 2020. Ia dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani tes swab beberapa waktu lalu.

Usai dinyatakan positif Covid-19, Arif menjalini perawatan intensif di rumah sakit tersebut. Keluarganya, istri dan dua anaknya, harus pulang.

"Tanggal 3 September 2020 Bapak (almarhum) dinyatakan positif. Saya dan anak-anak pulang memutuskan untuk karantina mandiri," ujar Evi kepada TIMES Indonesia, Jumat (11/9/2020).

Sayang, ajal menjemput Arif setelah delapan hari dirawat. Ia menghadap Sang Ilahi pada Kamis (10/9/2020) sekitar pukul 18.30 WIB.

Evi mengenang bagaimana perjuangannya melawan Covid-19. Selama suami dirawat di rumah sakit, Evi dan dua anaknya hanya bisa berdiam diri di rumah.

Evi-Marita-Covid-2.jpg

Mereka tidak bisa kemana-mana. Bahkan ke puskemas pun tidak bisa, karena wajib tetap berada di rumah dan memutus kontak erat dengan warga sekitar untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Evi sempat disarankan pergi ke puskesmas untuk periksa bersama anak-anaknya. Namun dia bingung, bagaimana bisa keluar rumah padahal posisinya sedang isolasi mandiri. Ia khawatir jika keluar rumah, virus yang bisa jadi menempel pada dirinya, bisa menularkan kepada orang lain.

Ia tidak ingin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, bisa menimpa orang-orang di sekitarnya. Sebab itu, ia menahan diri keluar rumah.

"Ada yang menyarankan ke puskesmas. Saya tanya gimana cara saya ke puskemas? Ya njenengan ke sana. Gimana saya bisa kesana kan saya karantina mandiri gak bisa keluar rumah. Ya saya tunggu saya. Puskemas gak ada kesini. Kalau emang seperti ini ya kita tunggu sampai tanggal kita selesai saja. Toh kita gak sakit apa-apa. Pada repot. Apa harus lebih lama lagi di rumah. Anak-anak sudah bengak-bengok (teriak-teriak). Kita gak bisa keluar sama sekali. Bukannya sehat, stres yang ada," bebernya.

Evi mengaku khawatir apabila tim kesehatan dari pemerintah tidak segera bertindak terhadap dirinya dan keluarganya.

Setelah ditinggal suaminya, Evi harus merawat dua anaknya secara mandiri. Ia bersyukur kepedulian warga sekitar sangat tinggi.

Kebutuhannya sehari-hari selama suaminya dirawat di rumah sakit ditanggung warga secara gotong royong.

"Bantuan sosial selama ini dari tetangga banyak sekali. Ada yang ngasi masakan mateng. Artinya saya didukung dari pak RT Pak RW Pak Lurah dan masyarakat sekitar," ujarnya.

Bahkan, kata dia, kawan-kawan alumni seperguruan suaminya turut membantu memberikan sumbangan sosial. Hingga sejumlah kelompok pengajian juga turun tangan membantu.

"Kemarin tim dari Polresta Malang Kota juga datang memberi bantuan. Hari ini mereka datang lagi ngasi bantuan. Intinya terima kasih tak terhingga," kata Evi dengan suara serak karena tak bisa membendung isak tangis.

Almarhum Arif layak dinobatkan pahlawan Covid-19. Ia meninggal karena pekerjaannya sehari-hari merupakan relawan Covid-19 di kelurahan dan setiap hari bersama relawan lainnya membantu warga menangani Covid-19.

Lurah Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Syamsul Huda, memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada mendiang Arif. Semasa hidup, Arif dikenal orang sebagai relawan yang mempunyai jiwa sosial tinggi.

"Beliau sering bantu dan aktif sekali karena jiwa sosialnya tinggi. Orangnya semangat kerja dan ceria. Senang bergaul dan banyak temennya," kata Syamsul.

Arif memang terdaftar sebagai relawan Covid-19 yang sering membantu penyemprotan disinfektan di lingkungan sekitar.

"Luar biasa beliau itu. Kalau saya bisa ngasi penghargaan, dia adalah pahlawan Covid-19," tegasnya.

"Saya salut. Luar biasa dia tulus tanpa pamrih. Ikhlas bersama kita. Mudah-mudahan beliau khusnul khatimah. insyaAllah mati syahid. Saya orang pertama nangis dapat info beliau sudah meninggal," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES