Peristiwa Daerah

PKSAI Jadi Energi Baru Penanganan Kekerasan Terhadap Anak saat Pandemi 

Kamis, 10 September 2020 - 16:26 | 72.80k
Slide pengembangan layanan PKSAI di Jatim, Kamis (10/9/2020). (FOTO: Tangkapan layar)
Slide pengembangan layanan PKSAI di Jatim, Kamis (10/9/2020). (FOTO: Tangkapan layar)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sepanjang pandemi Covid-19 kasus kekerasan anak tak jua surut. Justru makin meningkat dan mengkhawatirkan. Kehadiran Pusat Kesejahteraan Sosial Anak Intergratif (PKSAI) yang terintegrasi antar bidang di kabupaten/kota merupakan energi baru dalam penanganan serta pelayanan perlindungan anak. 

Dengan layanan terpadu, PKSAI bisa menggerakan berbagai pihak untuk berkolaborasi bersama dalam membangun pondasi pencegahan dan penanganan korban kekerasan anak.

PKSAI 2

Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kementrian Sosial RI Dr Kanya Eka Santi, MSW menuturkan, sepanjang pandemi Covid-19 ini jumlah kekerasan anak di Indonesia mengalami peningkatan. Tercatat sampai akhir Agustus 2020 saja sudah ada 12.855 kasus yang melibatkan anak.

"Jumlah serupa pada tahun lalu terjadi di bulan Desember 2019. Ini masih Agustus sudah mencapai 12.855 kasus yang melibatkan anak," kata Kanya ketika Webinar Pengembangan PKSAI di Jawa Timur yang digelar oleh LPA Tulungagung bersama UNICEF, Kamis (10/9/2020).

Ia melanjutkan, kasus yang melibatkan anak itu terbagi dalam berbagai jenis, salah satunya anak yang berhadapan dengan hukum mencapai 5.364 kasus, anak korban kejahatan seksual mencapai 2.489 kasus, ada juga anak korban perlakuan salah dan penelantaran yang terdapat 1.247 kasus.

"Ada juga anak terdampak Covid-19 mencapai 998, dan anak korban kekerasan fisik serta psikis mencapai 886 kasus," ungkapnya.

Dalam situasi ini, katanya, memang dibutuhkan pelayanan terpadu dan bisa menjangkau seluruh warga. PKSAI bisa menjadi salah satu solusi yang bisa dihadirkan di berbagai daerah. Sehingga di pusat ada penanganan didukung upaya keras di daerah melalui PKSAI.  

"Pemberdayaan komunitas menjadi penting. Di pusat bisa terintegrasi, di daerah juga jalan dengan PKSAI," jelasnya.

Kanya menyadari kalau butuh waktu untuk mengetuk berbagai pintu dalam membangun koordinasi antar lini. Persoalan anak tidak bisa dilakukan secara sektoral. Sehingga kolaborasi menjadi kunci yang bisa dilakukan bersama. 

"Ini perlu komitmen dari berbagai pemda serta kepala daerahnya. Komitmen sistem pada PKSAI tentu tak akan hanya menjadi jargon, tapi juga dilaksanakan," ujarnya.

Kepala Dinas Sosial Jawa Timur Dr Alwi, M.Hum menjelaskan, data kekerasan anak memang meningkat tiap tahun. Peningkatan itu sebagian besar didominasi hal-hal yang berkaitan dengan pelecehan seksual, pencurian, dan perkelahian.

"Situasi ini perlu layanan khusus. Terutama pendampingan kepada pelaku, korban dan sanksi. Dan semua ini butuh layanan khusus seperti PKSAI," katanya.

PKSAI 3

Maka beberapa upaya perlu disiapkan sebagai mitigasi antar bidang untuk mengurangi tindak kekerasan atau kriminal yang melibatkan anak. Aturan atau payung untuk melaksanakan program ini diharapkan bisa ditindaklanjuti kabupaten/kota. 

Di Jatim sendiri terdapat tujuh PKSAI. Namun memerlukan support 31 kabupaten kota lain untuk mempersiapkan PKSAI dengan sebaik mungkin.  "Dalam situasi pandemi ini, PKSAI bisa menjadi solusi untuk menekan jumlah kekerasan anak," terang Dr Alwi. 

Ia menambahkan, berbagai kasus yang terjadi berasal dari berbagai aspek kehidupan. Sehingga tidak ada lembaga tunggal yang memiliki mandat dalam melayani semua aspek dalam perlindungan anak.

"PKSAI membuat struktur yang lebih jelas. Karena ada sumber solusi untuk bisa berkolaborasi bersama. Baik itu dari Dinsos, PPA, Diknas, Kesra, PPT, LSM, Kemenag, LPKS dan tokoh agama dan tokoh masyarakat," ungkapnya.

Makanya, lanjutnya, ada layanan ideal yang bisa dilakukan mulai dari  pencegahan seperti kampanye, kesadaran, pendidikan, mengandeng media, parenting, dan edukasi menyeluruh. 

"PKSAI juga memiliki manajemen data melalui data layanan serta integrasi pengelolaan dan pengendalian data. Peran SDM serta pekerja sosial ditunjang dengan lembaga jejaring," jelasnya. 

Selain itu, ada juga jenis layanan terintegrasi yang memiliki upaya pencegahan dan pengurangan risiko bagi kelompok rentan. "PKSAI Jatim jadi barometer nasional, kita terus harus menunjukan kinerja optimal untuk mengatasi problem yang dihadapi anak-anak," sambungnya.

Perkembangan PKSAI tiap tahun juga terus meningkat. Dimulai sejak 2005, saat ini sudah ada 7 PKSAI yang ada di Jatim dan tersebar di berbagai daerah seperti Kab Tulungagung, Kab Jombang, Kab Pasuruan, Kab Sidoarjo, Kab Kediri, Kota Pasuruan, dan Kab Trenggalek.  

Kepala Perwakilan UNICEF untuk Pulau Jawa Arie Rukmantara menuturkan, pemerintah sudah memiliki komitmen besar dalam membangun pondasi pencegahan kekerasan anak. PKSAI yang sudah berjalan dan sedang dirintis di berbagai kabupaten/kota di Jatim sudah menjalankan fungsinya. 

Pandemi Covid-19, katanya, juga menjadi tantangan PKSAI dalam memahami berbagai perbedaan yang terjadi dengan anak. Ketika awal pandemi datang,  berbagai respon begitu beragam ditunjukan para orang tua, termasuk juga sisi kepanikan.

Efek dominonya terdapat pertimbangan dari para orang tua yang tersita. Sehingga sistem pertahanan anak sempat kuwalahan. "Nah, setelah enam bulan ini sudah mulai terstruktur. Protokol kesehatan pun harus dijaga," jelasnya.

Arie menambahkan, upaya yang dilakukan orang tua di tiap rumah dengan berbagai sistem pencegahan, memastikan nutrisi, serta imunisasi yang lengkap pada anak. "Parenting dan menjaga anak bersama-sama bisa menjadi solusi," imbuhnya. 

Selama masa pandemi ini, katanya, prioritas pembangunan pun harus dilakukan secara berkelanjutan. Anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah bisa tetap produktif. Mereka dikenalkan dengan teknologi yang bisa membuat berbagai project baik itu video maupun produk lainnya. 

"Termasuk memastikan gizi dan nutrisi mereka. Makanya bagi mereka yang imunisasi lengkap lebih kuat. Dan mereka yang rutin berolahraga juga bisa lebih baik dalam menjaga imunitas," ungkapnya. 

Child Protection Specialist UNICEF Indonesia Astrid Gonzaga Dionisio mengatakan, pihaknya memberikan apresiasi atas pengembangan PKSAI di Jatim. Lima tahun lalu, pihaknya seperti mimpi bisa membangun PKSAI pertama di Kabupaten Tulungagung. 

Saat ini, kolaborasi dan komitmen dari berbagai pihak akan mempercepat pendirian PKSAI baru lain di Jatim. Sehingga komitmen itu tidak hanya Dinas Sosial, tapi juga ada DP3A Jatim, Bappeda serta berbagai universitas yang mendukung. "Desain layanan yang cepat, terintegrasi dan cekatan itulah yang diinginkan Presiden Joko Widodo," katanya. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES