Ekonomi

Harga Kol dan Wortel Anjlok, Petani Dieng Banjarnegara Menangis

Kamis, 10 September 2020 - 17:28 | 169.22k
Anggota DPRD Banjarnegara dari FPDI Perjuangan Banjarnegara Solahudin saat dikonfirmasi TIMES Indonesia di kantornya. (FOTO : Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
Anggota DPRD Banjarnegara dari FPDI Perjuangan Banjarnegara Solahudin saat dikonfirmasi TIMES Indonesia di kantornya. (FOTO : Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARA – Ribuan petani di Dataran Tinggi Dieng (DTD) Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah masih berduka karena harga dua komoditas sayuran yakni kol (kubis) dan wortel yang melorot tajam.

Hingga berita ini ditulis, harga kubis masih dalam kisaran Rp 500/kg dan wortel Rp 1500/kg. Padahal harga ideal dua komoditas tersebut adalah, kubis Rp 1.500/kg dan wortel Rp 3.000/kg.

Sedang harga komoditas lain yang turun di antaranya sawi dan waluh jipang. Sedang untuk cabe merah sudah ada kenaikan harga signifikan dari Rp 6.000 sekarang sudah mencapai 12.000/kg.

Kemudian untuk kentang, harganya cukup stabil dengan harga Rp 9.5000/kg walau harga normal untung seharusnya kisaran Rp 12.000/kg. Bawang putih basah Rp 6.000/kg dan bawang daun Rp 2.500/kg.

Anjloknya harga sayur mayur di Dataran Tinggi Dieng (DTD) Batur Banjarnegara membawa keprihatinan banyak pihak. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menginstruksikan ASN di jajarannya untuk ikut andil mengatasi hal ini dengan cara membeli sayuran milik petani.

Petani-Kol.jpg

Sementara sejumlah anggota DPRD Banjarnegara saat ditanya TIMES Indonesia, Kamis (8/9/2020) menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas musibah yang dialami petani sayuran di DTD.

"Kami dan teman-teman di legislatif,  khususnya dari Fraksi PDI Perjuangan sudah menyampaikan hal ini secara terbuka baik melalui intern partai dan komisi. Dan masalah ini sudah disampaikan dalam pandangan umum fraksi. Mudah-mudahan ada langkah kongkrit ke depan," kata Solahudin didampingi Ny Hj Sri Haryati dan Ny Neni, anggota Fraksi PDI Perjuangan.

Solahudin yang juga berasal dari Batur (DTD) menyampaikan, bahwa petani di Kecamatan Batur yang tanam khol jumlahnya sekitar 5000 orang. Padahal kubis atau khol ini tersebar di Kecamatan Wanayasa, Pejawaran dan Kalibening. Akumulasi kerugian mencapai milyaran rupiah.

Karena tandas Solahudin, banyak petani yang membiarkan tanaman kubisnya di ladang. "Coba bayangkan, ongkos pikul untuk lokasi yang jauh dari jalan bisa mencapai Rp 500/kg. Sementara harganya hanya Rp 500/kg. Ya petani nangislah," ujar Solahudin.

Solahudin berpendapat, legislatif dan eksekutif perlu melakukan pembahasan guna mengambil langkah ke depan. Ia mengaku pihkanya memang perlu turun ke tingkat pedagang atau tengkulak.

"Karena di sini sering terjadi persaingan tidak sehat yang menyebabkan harga menjadi ancur. Dan langkah ini dapat.dilakukan dengan pengaturan jumlah pasokan atau kuota kebutuhan sayuran di pasar jujukan merek," jelas Solabudin.

Ditambahkan, di samping adanya dugaan praktik permainan harga, faktor lain yang menyebabkan merosotnya harga sayuran karena pandemi Covid-19. Karena virus ini saya beli menurun. Ditambah lagi dibatasinya acara resepsi pernikahan dan sebagainya. Padahal kegiatan ini menyerap daya beli sayur mayur cukup besar.

Hal ini juga disampaikan beberapa petani besar asal Batur seperti Rofik, Jamal, Eki dan Jae. Bahkan petani ini berpesan kepada pemerintah setempat terkait pengembangan bawang putih di DTD.

Ia siap menyukseskan program dari pemerintah terkait swa sembada bawang putih namun harus ada kejelasan harga guna mengantisipasi  dan menghindari tidak terulangnya kasus kol di Kabupaten Banjarnegara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES