Peristiwa Daerah

Kawasan Ekosistem Esensial Teluk Pangpang, Terminal Satwa Burung Migran di Banyuwangi

Kamis, 10 September 2020 - 16:34 | 149.51k
Panorama Teluk Pangpang, Banyuwangi. (FOTO: ARUPA for TIMES Indonesia)
Panorama Teluk Pangpang, Banyuwangi. (FOTO: ARUPA for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Ngomongin Banyuwangi sudah pasti menyoal potensi wisata alamnya. Mulai dari pegunungan, pantai hingga hutan semuanya ada. Tapi tahukah Anda, Teluk Pangpang adalah sebuah tempat yang dikenal sebagai terminal satwa burung migran langka?

Teluk Pangpang merupakan sebuah kawasan hutan mangrove yang masuk zona rehabilitasi Taman Nasional Alas Purwo (TNAP).

Berdasarkan data dari BKSDA Jatim di tahun 2018, Teluk Pangpang memiliki panjang 8 kilometer, lebar teluk 3,5 kilometer. Dengan luas total wilayah termasuk perairan sekitar 3.000 hektar. Terletak di dua wilayah administrasi yaitu Kecamatan Muncar dan Tegaldlimo.

Panorama-Teluk-Pangpang-Banyuwangi-2.jpg

Berdasarkan karakteristik dan Indeks Kesesuaian Wisata, wilayah ini memiliki ketebalan mangrove dari 200 hingga 600 meter. Dengan kerapatan tumbuh paling rapat 80 pohon per 100 meter. Terdiri dari 5 spesies mangrove dari 3 keluarga.

Dalam luasan mangrove tersebut, terdapat 42 jenis burung dan 9 jenis nekton serta 15 jenis makrozoobenthos. Diantaranya termasuk satwa langka yang dilindungi. Tertanggal 27 Juli 2020, kawasan ini sudah ditetapkan menjadi Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/338/KPTS/013/2020.

Menurut Kepala Seksi Perencanaan Perlindungan dan Pengawetan Balai Besar BKSDA Jawa Timur, diantara puluhan jenis burung ini, terdapat jenis langka dan dilindungi. Seperti, Wilwo Mycteria Cinerea (bangau bluwok) dan Bubut Hitam Centropus (bubut Jawa). Tak hanya itu, spesies mamalia dan reptil serta kepiting bakau pun masih lestari di wilayah ini.

"Di Teluk Pampang ini, menjadi tempat persinggahan banyak satwa migran jenis burung. Baik burung yang dilindungi, maupun burung migran dari Australia yang singgah pada bulan tertentu," kata Nur Rohman, Kamis (10/9/2020).

Di bulan-bulan tertentu, ribuan burung-burung singgah di Teluk Pangpang ini. Tentunya, hal ini menjadikan sebuah pemandangan yang sangat langka di Kabupaten Banyuwangi maupun luar daerah lainnya. Sebab itu, penting untuk wilayah ini dilindungi habitat maupun kelestariannya.

Panorama-Teluk-Pangpang-Banyuwangi-3.jpg

Dijelaskan Rohman, KEE sendiri merupakan kawasan di luar wilayah konservasi namun memiliki fungsi yang sama untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Dengan konsep utama, mengelola wilayah dengan prinsip konservasi. Yakni berupa perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan.

Oleh sebab itulah, untuk bisa mewujudkan KEE harus ada kolaborasi dan sinergi dari semua pihak. Mulai dari pemerintah Desa, Pemerintah Daerah, Perhutani, termasuk lembaga swadaya masyarakat atau kelompok masyarakat.

“Agar bisa berkolaborasi, para pihak yang memiliki kepentingan, hak dan kewajiban terkait pengelolaan kawasan tersebut harus duduk bersama dalam satu forum. Mereka akan bersama-sama untuk melakukan pengelolaan kawasan dengan memperhatikan konservasi keanekaragaman hayati,” katanya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Arupa, Edi Suprapto menyampaikan, sejauh ini sudah banyak pihak yang berkepentingan dalam pemanfaatan kawasan Teluk Pampang.

“Baik pemangku wilayah, maupun pihak yang berkepentingan memanfaatkan sumber daya di Teluk Pampang. Baik itu kelompok wisata, nelayan, maupun Perhutani,” jelasnya.

Sebagai langkah pelestarian alam melalui konsep pariwisata ini, lokakarya ditujukan untuk menyamakan persepsi berbagai pihak tersebut. Selanjutnya dapat membentuk sebuah wadah bersama dalam rangka mengelola KEE Teluk Pampang. Sehingga, kawasan tersebut tetap bisa memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat tanpa harus merusak kelestarian alam.

“Studi ini untuk memetakan siapa saja pihak yang ada di kawasan Teluk Pangpang ini. Apa kepentingannya, apa kewenangannya, dan apa kontribusi yang bisa mereka berikan untuk kelestarian Teluk Pampang,” kata ketua ARUPA (aliansi relawan untuk penyelamatan alam) usai menyelenggarakan loka karya bersama BKSDA Jawa Timur dan USAID BIJAK di Hotel Aston Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES