Ekonomi

BPPSDMP Kementan RI Ajak Petani Olah Cabai Jadi Produk Olahan

Rabu, 09 September 2020 - 16:53 | 54.88k
Ilustrasi produk olahan cabai rawit. (FOTO: Net).
Ilustrasi produk olahan cabai rawit. (FOTO: Net).

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Demi meningkatkan harga cabai, petani di Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengolah cabai menjadi produk olahan. Cara ini mampu mendongkrak pendapatan petani yang mengeluhkan rendahnya harga cabai.

Menurut informasi dari Kementan RI, salah satu komoditi yang cukup lama bertahan di titik terendah selama pandemi adalah cabai. Selama beberapa pekan terakhir harga cabai tidak mampu melaju di atas Rp 10 ribu per kilogram. 

Di beberapa wilayah bahkan sempat menembus titik terendah pada kisaran Rp 2 ribu per kilogram. Pada angka ini biasanya petani memilih untuk tidak memanen cabainya, karena biaya petik lebih mahal dibanding harga jual cabai.

Namun, hal itu mampu disiasati penyuluh dan petani di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, yang merupakan salah satu daerah sentra cabai di Kabupaten Malang, Jawa Timur. 

Dalam satu musim tanam, bisa mencapai minimal 200 hektar lahan tertanami cabai rawit dan cabai merah. Namun sudah dua musim ini atau 2 tahun terakhir, petani cabai desa Bocek tidak bisa tersenyum akibat anjloknya harga cabai pada saat panen raya. 

“Bahkan simpanan petani berupa hewan ternak baik sapi atau kambing harus direlakan terjual untuk pengembalian modal usaha," ujar Ketua Kelompok Tani Tri Rejeki Desa Bocek, Suprianto, Rabu (9/9/2020).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh penyuluh kecamatan Karangploso, seperti menghubungkan dengan beberapa pelaku usaha dari luar daerah. Namun dengan adanya PSBB upaya tersebut tidak bisa lancar terlaksana. 

Keterpurukan petani cabai memacu semangat penyuluh untuk terus mencari terobosan upaya agar panenan bisa terserap. Koordinator penyuluh Kecamatan Karangploso, Chriesna berkoordinasi dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan untuk belajar membuat olahan cabai dibawah bimbingan Saptini Mukti Rahajeng sebagai Widyaiswara.

Dengan modal yang terbatas, Penyuluh Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Karangploso berupaya membeli hasil petani dengan memberi sedikit selisih harga diatas harga pasar, untuk kemudian mengolah dengan cara mengeringkan. 

Cabai kering ini kemudian diolah lagi menjadi beberapa varian produk seperti abon cabai, serbuk cabai, dan minyak cabai. Beberapa produsen basreng bahkan lebih memilih membeli cabai kering utuh sebagai bumbu pelengkap produknya. 

Meski belum mampu menjadi upaya pemecahan masalah besar petani, tim penyuluh BPP Karangploso tetap berharap langkah kecil ini bisa membuat petani sedikit tersenyum dalam pedasnya problematika usaha tani cabai. 

Apa yang dilakukan oleh petani dan penyuluh kecamatan Karangploso merupakan upaya untuk tetap bertahan di anjloknya harga cabai sebagai salah satu imbas pandemi. 

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan RI, Dedi Nursyamsi, mengatakan diperlukan terobosan dari para petani dan penyuluh untuk menambah nilai dari komoditas pertanian. 

“Salah satunya melalui proses pengolahan dan pengemasan produk. Ini salah satu hal penting. Jadi petani tidak langsung menjual hasil panen. Tapi bisa diolah agar harganya bisa meningkat, "

Kepala BPPSDMP Kementan RI menilai upaya ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Ia pjuga menyambut baik terobosan petani di Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang mengolah cabai menjadi produk olahan cabe kering. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES