Peristiwa Nasional

Biografi Prof Abdul Malik Fadjar, dari Guru Daerah Terpencil Hingga Wantimpres

Senin, 07 September 2020 - 20:40 | 140.80k
Prof. Drs. H. Abdul Malik Fadjar, M.Sc (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Prof. Drs. H. Abdul Malik Fadjar, M.Sc (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Umat Islam Indonesia berduka. Tokoh Muhammadiyah yang berkontribusi besar dalam membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah, Prof Abdul Malik Fadjar, M.Sc, wafat, Senin (7/9/2020) di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta. 

Mantan Menteri Pendidikan Nasional Pada Kabinet Gotong Royong (2001-2004) dan Menteri Agama pada Kabinet Reformasi Pembangunan (23 Mei 1998 - 29 Oktober 1999) ini wafat karena sakit.

Pria kelahiran Jogyakarta, 22 Februari 1938 dan yang masih aktif mengajar di Universitas Islam Negeri Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Malang meski usianya waktu itu 67 tahun itu masuk rumah sakit Jumat 10 Agustus 2020, dan dirawat di ruang Musdalifah RS Islam Cempaka Putih.

Gelar S1 nya diperoleh dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Malang, 1972 dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Kemasyarakatan Islam.

Tujuh tahun kemudian, pada tahun 1979, ia melanjutkan studinya di Florida State University, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Science di bidang pengembangan pendidikan pada 1981.

Ia juga menjadi Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel pada 1995. Kemudian pada 2001, Malik Fadjar mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang kependidikan Islam dari Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

"Tak perlu diragukan lagi, pada diri tokoh pendidikan yang tak pernah berhenti berkarya ini, mengalir darah guru dan darah Muhammadiyah," ungkap Anwar Hudijono, wartawan yang menulis perjalanan hidup Malik Fadjar seperti dikutip dari Ngopibareng.id.

Darah guru menancap begitu kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang. Selanjutnya, perjalanan hidupnya tak pernah lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan.

Selepas dari SRN Taliwang, ia berturut-turut kemudian mengajar di Sekolah Guru Bantu (SGB) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Sumbawa Besar NTB pada rentang 1960-1963, dosen Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang pada 1972, dosen dan dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) hingga 1983, dan kemudian menjadi rektor di dua kampus, yaitu di UMM pada 1983-2000 dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 1994-1995.

Puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang.

Kesuksesannya dalam mengembangkan pendidikan, terutama pendidikan Islam, membuat namanya kian disegani dalam dunia pendidikan Indonesia.

Pada Kabinet Gotong Royong (2001-2004) ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional. Sedangkan pada Kabinet Reformasi Pembangunan ia sempat menjadi Menteri Agama (23 Mei 1998 - 29 Oktober 1999)

Ia mengawali kariernya sebagai guru SD di Taliwang, Nusa Tenggara Barat. Malik Fadjar juga pernah menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Pada tahun 2015, tokoh Muhammadiyah ini juga tercatat sebagai anggota  Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden) di periode Presiden RI Jokowi.

Senin sore tadi tokoh Muhammadiyah yang berkontribusi besar dalam membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah ini, yakni Prof Abdul Malik Fadjar, M.Sc, wafat di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES