Otomotif

Jepang Berhasil Membuat Mobil Terbang eVTOL

Minggu, 30 Agustus 2020 - 10:11 | 98.29k
Toshiro Ando, ​​chief engineer dan pilot uji untuk SkyDrive Inc., berbicara kepada media selama demonstrasi mobil terbang SD-03 di Toyota Test Field di Toyota, Prefektur Aichi dan Mobil terbang SD-03. (FOTO: The Japan Times/| BLOOMBERG)
Toshiro Ando, ​​chief engineer dan pilot uji untuk SkyDrive Inc., berbicara kepada media selama demonstrasi mobil terbang SD-03 di Toyota Test Field di Toyota, Prefektur Aichi dan Mobil terbang SD-03. (FOTO: The Japan Times/| BLOOMBERG)

TIMESINDONESIA, JAKARTAJepang berhasil mewujudkan impian banyak orang membuat mobil terbang dan sukses dalam uji coba meski baru untuk kapasitas satu orang yang lepas landas dan mendarat vertikal listrik (eVTOL).

SkyDrive Inc, Jepang, menjadi salah satu perusahaan di dunia yang sedang mengembangkan jutaan  proyek mobil terbang yang bisa melesat di langit seperti mengemudi di jalan raya.

Proyek SkyDrive dimulai sebagai proyek sukarelawan bernama Cartivator pada tahun 2012, dengan pendanaan dari perusahaan-perusahaan ternama termasuk Toyota Motor Corp., Panasonic Corp. dan pengembang video-game Bandai Namco.

Mobil Terbang eVTOL

"Dari lebih dari 100 proyek mobil terbang di dunia, hanya segelintir yang berhasil dengan satu orang di dalamnya," kata Tomohiro Fukuzawa, yang mengepalai upaya SkyDrive kepada wartawan seperti dilansir di The Japan Times.

Tomohiro Fukuzawa berharap mobil terbangnya bisa dibuat menjadi produk dalam kehidupan nyata pada tahun 2023, dan ia mengakui membuatnya aman adalah hal yang penting.

Penerbangan demonstrasi tiga tahun lalu berjalan buruk. Tetapi terus menjadi baik apalagi setelah proyek tersebut baru-baru ini menerima putaran pendanaan lain senilai ¥ 3,9 miliar ($ 37 juta), termasuk dari Bank Pembangunan Jepang.

Pemerintah Jepang optimistis dengan visi "The Jetsons", dengan "peta jalan" untuk layanan bisnis pada tahun 2023 dan penggunaan komersial yang diperluas pada tahun 2030-an, bisa mempermudah untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil dan menyediakan jalur kehidupan dalam bencana.

"Saya berharap banyak orang ingin mengendarainya dan merasa aman," tambah Fukuzawa.

Dalam sebuah video yang diperlihatkan kepada wartawan pada hari Jumat (28/8/2020), sebuah alat yang tampak seperti sepeda motor dengan baling-baling terangkat beberapa kaki (1 hingga 2 meter) dari landasan dan kemudian berputar perlahan di area terjaring selama 4 menit.

"Mesin tersebut sejauh ini bisa terbang hanya dalam waktu lima sampai 10 menit. Tetapi jika itu bisa menjadi 30 menit, itu akan lebih potensial, termasuk ekspor ke tempat-tempat seperti China," ujar Fukuzawa.

Tidak seperti pesawat terbang dan helikopter, kendaraan ini lepas landas dan mendarat vertikal listrik (eVTOL) akan menawarkan perjalanan pribadi point-to-point yang cepat, setidaknya secara prinsip.

Mereka juga bisa menghindari kerumitan bandara, kemacetan lalu lintas dan biaya menyewa pilot jika mereka bisa terbang secara otomatis.

Ukuran baterai, kontrol lalu lintas udara, dan masalah infrastruktur lainnya masih menjadi tantangan potensial untuk mengkomersialkannya.

"Banyak hal harus dikerjakan," kata Sanjiv Singh, profesor di Institut Robotika di Universitas Carnegie Mellon, yang ikut mendirikan Otonomi Dekat Bumi, dekat Pittsburgh, yang juga mengerjakan pesawat eVTOL.

"Jika harganya $ 10 juta, tidak ada yang akan membelinya. Jika mereka terbang selama 5 menit, tidak ada yang akan membelinya. Jika mereka sering jatuh dari langit, tidak ada yang akan membelinya," kata Singh dalam wawancara telepon.

Para ahli membandingkan desas-desus mobil terbang dengan hari-hari ketika industri penerbangan dimulai dengan Wright Brothers dan industri otomotif dengan Ford Model T.

Lilium dari Jerman, Joby Aviation di California dan Wisk, perusahaan patungan antara Boeing Co. dan Kitty Hawk Corp. juga mengerjakan proyek eVTOL.

Sebastian Thrun, kepala eksekutif Kitty Hawk, mengatakan perlu waktu lama bagi pesawat terbang, ponsel, dan mobil yang bisa mengemudi sendiri untuk mendapatkan penerimaan.

“Tapi waktu antara teknologi dan adopsi sosial mungkin lebih padat untuk kendaraan eVTOL,” katanya.

Jepang sendiri berhasil mewujudkan impian banyak orang membuat mobil terbang dan sukses dalam uji coba meski baru untuk kapasitas satu orang yang lepas landas dan mendarat vertikal listrik (eVTOL).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES