Peristiwa Nasional

Lebih Dekat dengan Ahmad Najib Burhani, Sang Profesor Pembela Minoritas

Kamis, 27 Agustus 2020 - 18:00 | 529.19k
Ahmad Najib Burhani. (FOTO: Jaringan Santri)
Ahmad Najib Burhani. (FOTO: Jaringan Santri)

TIMESINDONESIA, JAKARTAAhmad Najib Burhani, peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dikukuhkan sebagai Profesor Riset LIPI. Orasi pengukuhannya dilaksanakan di Auditorium Utama LIPI, Jakarta Selatan, pada Kamis (27/8/2020).

Di dunia akademis, ia dikenal sebagai pembela minoritas. Dalam berbagai tulisan dan pandangannya, Ahmad Najib Burhani selalu merasa prihatin oleh maraknya praktik intoleransi dan diskriminasi terhadap kaum minoritas di Indonesia.

Ia pun tak henti-hentinya selalu berkampanye dan mengajak merajut benang toleransi. Hal ini menurut dia, dapat dilakukan terutama dengan menjalin kebersamaan dengan semua orang yang berkehendak baik.

Siapakah Ahmad Najib Burhan. Berikut adalah biografi singkatnya:

Ahmad Najib Burhani lahir di Blitar pada 27 April 1976. Lahir dari pasangan Umar Hasan dan Muthmainnah Yusuf, ia kemudian menikah dengan Tuti Alawiyah. Ia dikaruniai tiga putri, yaitu Hamia Sophia Fatima, Faira Nahla Ophelia dan Athifa Zara Izzati.

Pendidikan dasar dan menengahnya ia selesaikan di kota kelahirannya yaitu MI Wahid Hasyim II Gandekan, Wonodadi Blitar, MTsN Kunir Srengat Blitar dan MAN PK Jember.

Setelah selesai, ia hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan studi S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Aqidah dan Filsafat. Ia menyelesaikan studi S1 pada 1999. Selain aktif di LIPI, ia juga merupakan anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI)-Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

Pendidikan S2-nya ditempuh di University of Manchester, Inggris, mendapatkan gelar MSc di bidang Social Research Methods & Statistics dan Universiteit Leiden, Belanda dan berhasil mengantongi gelar MA di bidang Islamic Studies.

Ia memperoleh gelar PhD di bidang Religious Studies dari University of California-Santa Barbara (UCSB) pada 2013 dengan disertasi berjudul 'When Muslims are not Muslims: The Ahmadiyya Community and the Discourse on Heresy in Indonesia.'

Najib pernah menjadi fellow di International Institute of Islamic Thought (IIIT) Virginia, Amerika Serikat; International Institute for the Study of Islam in the Modern World (ISIM) Leiden, Belanda; The Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Kyoto University, Jepang.

Juga di International Center for Islam and Pluralism (ICIP)-Japan International Cooperation Agency (JICA); Center on Religion, Culture, and Conflict, Drew University, New Jersey, Amerika Serikat; dan ISEAS Yusof Ishak Institute, Singapura.

Selain itu, karya yang telah dihasilkannya antara lain 69 karya tulis ilmiah, baik yang ditulis sendiri maupun bersama dengan penulis lain dalam bentuk buku, jurnal, entri ensiklopedi, dan artikel ilmiah populer. Sebanyak 42 KTI ditulis dalam bahasa Inggris. Dan ratusan artikel pendek maupun opini tersebar di berbagai media.

Karyanya juga terbit dalam berbagai jurnal internasional seperti Asian Journal of Social Science (NUS/Brill), Indonesia and the Malay World (SOAS/Roudledge), Islam and Christian-Muslim Relations (Birmingham/Roudledge), Sojourn (NUS/ISEAS), Contemporary Islam (Springer), dan Asian Politics & Policy (Wiley-Blackwell).

Karya lainnya menjadi bagian dari buku yang diterbitkan oleh ISEAS (Singapura), Palgrave Macmillan Press, Amsterdam University Press, dan lain-lain.

Di antara bukunya yang berbahasa Indonesia adalah Sufisme Kota (2001), Islam Dinamis (2001), Tarekat Tanpa Tarekat (2002), Muhammadiyah Jawa (2010), Muhammadiyah Berkemajuan: Pergeseran dari Puritanisme ke Posmopolitanisme (2016), dan Menemani Minoritas: Paradigma Islam tentang Keberpihakan dan Pembelaan Kepada yang Lemah (2019).

Pada akhir masa studi S3-nya, Najib memenangkan penghargaan the Professor Charles Wendell Memorial Award atas prestasinya dalam kajian Islam dan Timur Tengah. Selain itu, pada tahun 2015 ia juga mendapatkan penghargaan Satyalancana Karya Satya X dari Presiden Republik Indonesia.

Pada tahun 2020, ia mendapatkan penganugerahan sebagai 100 Tokoh Terkemuka Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari Kementerian Agama & Ikatan Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ia juga dianugerahkan sebagai 75 Ikon Prestasi Pancasila untuk bidang Sains dan Inovasi dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Najib adalah Peneliti Terbaik LIPI tahun 2020 bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan.

Di Muhammadiyah, Najib Burhani merupakan aktivis sejak tahun 1994. Dimulai ketika ia menjadi salah satu ketua IMM Cabang Ciputat (1996-1998), pengurus DPP IMM (1998-2000), pengurus PP Pemuda Muhammadiyah (2000-2005)

Selanjutnya, ia menjadi anggota Hubungan Luar Negeri PP Muhammadiyah (2005-2010), pendiri Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Inggris Raya (2006-2007) dan PCIM Amerika Serikat (2008-2013), dan Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah (2015-2020).

Saat ini, ia menjadi pengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga menjadi penguji disertasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) serta Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Selain kebaikannya dalam membela umat beragama yang minoritas, biografi Ahmad Najib Burhani juga dapat menjadi teladan bagi seluruh anak muda agar terus berkarya dan melakukan kebaikan untuk umat dan bangsa. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES