Kopi TIMES

Menyoal Keseriusan Dinas Pendidikan Mencegah Penularan Covid-19

Jumat, 14 Agustus 2020 - 21:20 | 48.49k
Muhammad Abdul Aziz, Kepala Sekolah SMP Islamic International School PSM Kediri.
Muhammad Abdul Aziz, Kepala Sekolah SMP Islamic International School PSM Kediri.

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Sudah sebulan sejak 13 Juli 2020 sampai saat ini (13 Agustus 2020) tahun ajaran baru 2020-2021 mulai dilaksanakan.  Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan instruksi pemerintah yaitu BDR (Belajar Dari Rumah)  atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).

Saat ini pembelajaran daring pun lebih variatif dibandingkan tiga bulan awal ketika pandemi baru datang. Dulu hanya sekedar menggunakan WA group. Sekarang sudah menggunakan aplikasi google classroom, zoom,  google meet dan platform lainnya. Kreativitas pendidik pun mulai meningkat.  Sudah banyak pendidik yang membuat media pembelajaran berbasis online. Seperti membuat video pembelajaran yang diupload di channel youtube mereka.

Hal ini dilaksanakan sebagai ikhtiar untuk menyuguhkan pembelajaran yang kreatif kepada peserta didik. Serta sebagai wujud kepatuhan satuan pendidikan terhadap kebijakan Dinas Pendidikan setempat untuk tidak melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan peserta didik. Sebagai upaya pencegahan preventif dan menolak adanya klaster baru yang muncul dari dunia pendidikan. 

Sebenarnya selain Pembelajaran Dari Rumah melalu daring,  Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri sudah memberikan  beberapa solusi pengganti pembelajaran tatap muka. Salah satunya adalah diadakan program "Guru Kurir." Guru Kurir di sini bertugas untuk mengambil tugas-tugas siswa dari rumah ke rumah. Guru kurir diadakan agar tidak terjadi penumpukan siswa di suatu tempat dengan waktu yang bersamaan. Sehingga dengan adanya Program Guru Kurir mampu mengurangi resiko interaksi (bersentuhan) antara siswa dengan siswa lain.

Ada lagi solusi yang ditawarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri yaitu program "Guru Kunjung." Program Guru Kunjung berbeda dengan konsep non formal yang mengumpulkan siswa di sekolah atau di rumah salah satu wali murid.  Program Guru Kunjung sama halnya home schooling atau home visit, yaitu Guru mendatangi kediaman salah satu orang tua murid untuk memberikan tambahan pembelajaran. Bukan mengumpulkan siswa di suatu tempat untuk pembelajaran.  Program Guru Kurir dan Guru Kunjung dilaksanakan tentunnya dengan menerapkan protokoler pencegahan covid. 

Sayangnya tidak semua satuan pendidikan di bawah naungan Kemendikbud dan Kemenag mengindahkan peraturan tersebut.  Bukannya menyiapkan sistem pembelajaran daring yang variatif dan menyenangkan, malah banyak satuan pendidikan yang nekat memasukkan siswa untuk melaksanakan pembelajaran.  Baik itu dengan konsep new normal atau konsep non formal, dikonsep seperti bimbingan belajar.

Hal ini dilaksanakan bukan tanpa sebab. Banyaknya permintaan wali murid yang menghendaki putra-putrinya masuk sekolah.  Kalau tidak dimasukkan full,  setidaknya bergantian dan tetap mematuhi protokoler pencegahan covid 19. Faktor efektivitas pembelajaran juga menjadi alasan bagi mereka untuk nekad memasukkan peserta didiknya. Selain itu, minimnya pemahaman guru dan wali murid terhadap bahaya covid 19 juga menjadi faktor dilaksanakan pembelajaran tatap muka ini. 

Dalam hal ini Penulis menanyakan keseriusan dari Dinas Pendidikan setempat.  Khususnya Pengawas atau koordinator wilayah setempat.  Bagaimana bisa ketika satuan pendidikan yang lain patuh melaksanakan kebijakan pemerintah, di sisi lain masih banyak sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka. Bukankah seharusnya Dinas Pendidikan melalui Pengawas Koordinator Wilayah melakukan sosialisasi kepada satuan pendidikan di wilayahnya?

Bukankah Dinas Pendidikan melalui Pengawas Koordinator Wilayah seharusnya mendisiplinkan (menegur atau memperingatkan) jika mengetahui ada satuan pendidikan yang melanggar? Bukankah satuan pendidikan melalui Pendidik seharusnya membantu memberikan edukasi kepada wali murid akan bahayanya pembelajaran tatap muka di musim pandemi ini?

Akhirnya jangan kaget kalau bakal bermunculan klaster baru dari lingkungan pendidikan seperti yang terjadi di Sekolah Tulungagung (JawaPos,  12 Agustus 2020) akibat ketidakseriusan dalam menangani wabah ini. 

***

*)Oleh: Muhammad Abdul Aziz, Kepala Sekolah SMP Islamic International School PSM Kediri.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES