Kuliner

Menikmati Hangatnya Ronde Titoni yang Melegenda

Jumat, 14 Agustus 2020 - 18:59 | 211.41k
Rizqi dan karyawannya sedang melayani pembeli di ronde Titoni, Rabu (12/08/2020). (FOTO: Nadira Rahmasari/TIMES Indonesia)
Rizqi dan karyawannya sedang melayani pembeli di ronde Titoni, Rabu (12/08/2020). (FOTO: Nadira Rahmasari/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Rasanya tak lekang oleh waktu hingga generasi ketiga saat ini. Itulah Ronde Titoni, kedai penjual ronde yang sudah ada sejak tahun 1948. Di Kota Malang, Jawa Timur, nama Ronde Titoni masuk dalam daftar kuliner legendaris karena sudah ada sejak 72 tahun silam.

Nama Titoni berasal dari nama toko arloji di daerah Pasar Besar. Mulanya, minuman khas jawa berupa kuah jahe dengan bulatan kecil dari tepung ketan dan taburan kacang ini dijajakan dengan cara dipikul keliling di daerah Pasar Besar Kota Malang.

Lalu pada jam tertentu penjual ronde berhenti di depan toko arloji Titoni. Dari situ orang suka memanggil ronde legendaris tersebut dengan sebutan ronde Titoni. Nama itu pun tak diubah hingga sampai saat ini. Karena nama tersebut sudah terlanjur dikenal banyak orang. 

ronde-campur.jpgWartawan TIMES Indonesia sedang menyantap ronde campur di ronde Titoni, Kamis (13/08/2020). (FOTO: Merry/TIMES Indonesia)

“Awal-awal kalo saya denger dari cerita bapak. Ini masih mikul keliling-keliling dulu daerah Pasar Besar sini. Habis itu kayak jam tertentu berhenti depan toko Titoni toko jam. Akhirnya orang-orang nyebutnya ronde Titoni. Awalnya magruk (berhenti) depan toko itu,” ujar Rizqi, generasi ketiga Ronde Titoni saat berbincang dengan TIMES Indonesia, Rabu (12/8/2020).
    
Tak hanya menu ronde yang ditawarkan di Ronde Titoni. Pembeli bisa memesan angsle, kacang kuah, cakwe dan roti goreng. Rasanya pun tak lekang oleh waktu hingga generasi ketiga saat ini dan menjadikan pembeli lama ronde Titoni masih selalu setia. 

Bahkan pembeli ada yang dari mancanegara seperti Australia dan Thailand yang penasaran karena nama Ronde Titoni masuk dalam buku panduan wisata, dan menjadi kuliner wajib yang harus dicoba saat wisata di Malang. Menurut Rizqi, kebanyakan pembeli mancanegara membeli angsle dibandingkan ronde. 

“Biasanya pesan angsle. Kalau jahe-jahe ngga kebiasaan mungkin ya. Manis biasanya yang di cari-cari” ujar Rizqi.

Ronde-campur-dan-angsle.jpgRonde campur dan angsle di ronde Titoni. (FOTO: Nadira Rahmasari/TIMES Indonesia)

Ronde Titoni sudah membuka empat cabang di kota Malang. Ada di jalan Kawi, jalan Letjen Sutoyo, jalan Esberg Tidar dan jalan Buring. Untuk pusat cabangnya sendiri terdapat di jalan Zainul Arifin.

Meski sudah dikenal dan menjadi minuman legendaris. Kedai ronde Titoni tidak berencana untuk membuka cabang di luar Malang. Hal itu karena ingin menjadikan ronde Titoni ikon minuman di kota Malang.  “Bapaknya nggak mau. Pengennya jadi legendanya Malang,” ujar Rizqi.
    
Saat ramai pembeli, sering pembeli sampai ketidakdapatan tempat duduk. Pembeli setia ronde Titoni sampai rela antre bila hendak menikmati ronde di sana. "Paling ramai lagi di waktu malam minggu. “Ada sering (tidak kebagaian tempat duduk), soalnya tempatnya kecil gini. Nunggu dulu biasanya orang-orang kalau mau makan ke sini dan rela antri,” ujar Rizqi.

Menurut Rizqi yang menjadi pembeda Ronde Titoni dengan ronde lain terletak pada pengolahan jahe. Ronde Titoni memiliki resep khusus dalam mengolah kuah jahe. Untuk ronde, di tempat ini terdapat tiga jenis ronde yaitu, ronde basah, ronde kering dan ronde campur. Untuk harganya kisaran Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu. (*)

Edisi-Sabtu-15-Agustus-2020-Ronde-Titoni.jpg

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES