Olahraga

Ketua DPRD Kota Malang: Melindungi Budaya Arema Bagian dari Nasionalisme

Jumat, 14 Agustus 2020 - 16:59 | 48.06k
Ketua DPRD Kota Malang : I Made Rian Diana Kartika (Foto: Aditya Hendra/TIMES Indonesia)
Ketua DPRD Kota Malang : I Made Rian Diana Kartika (Foto: Aditya Hendra/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – "Nasionalisme itu salah satunya Arema, maka perlu dilindungi dan menjadi budaya,” seru Ketua DPRD Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika kepada 45 anggota dewan lainnya saat meminta persetujuan terkait Perda Arema Day dalam peringatan HUT 33 Arema FC.

Gagasan Made ini menjadi perbincangan di kalangan Aremania. Langkah ini jelas sebagai suatu terobosan baru bagaimana memproteksi kultur Arema secara tersistem. Meski dalam beberapa tahun terakhir menjelang HUT Arema FC selalu dikeluarkan SE (Surat Edaran) di tiga kepala pemerintahan di Malang Raya kepada seluruh ASN pada semua lingkup tugas.

Jika nanti perda tersebut diberlakukan, artinya setiap tanggal 11 Agustus, wajib masyarakat merayakan hari lahir klub sepakbola kebanggaan Arek Malang itu. 

Menjadi sejarah baru, jika nantinya Perda Aremaday ini menjadi kenyataan. Rencananya, perda Aremaday akan mulai dibahas pada Nopember 2020, bahkan perda Aremaday masuk dalam daftar Program Legislasi Daerah ( Prolegda ), artinya prioritas untuk dibahas dan disahkan.

Lantas apa kaitan Arema dan Nasionalisme ? Made mengaitkan bahwa Agustus ini adalah  momentum bulan kemerdekaan juga memupuk rasa nasionalisme bangsa. “Arema mulai berdiri hingga usia 33 tahun, dikelola secara mandiri, dikelola secara gotong royong, dan warga Malang Raya secara ikhlas mendukungnya.

Demikian juga saat prestasi Arema FC jeblok ataupun sebaliknya berprestasi, itu juga berpengaruh terhadap psikis masyarakat Malang Raya. Momentum ultah Arema FC dengan hari kemerdekaan di bulan Agustus, menjadi modal untuk menggairahkan rasa nasionalisme warga Malang Raya untuk bangga dengan kotanya dan secara umum untuk Indonesia.

"Jargon Salam Satu Jiwa itu merangsang masyarakat untuk kompak bersatu dalam turut serta membangun dan menyukseskan program program pemerintah. Karena itu, banggalah Aremania dan Arema, mereka ini adalah pelopor dan penggiat nasionalisme,” katanya bersemangat. 

Ditambahkan Made, Malang Raya ini adalah miniatur Indonesia, berbagai agama, suku dan ras hidup bersama di Kota Malang.

“Keberagaman ada di kota pendidikan ini dan semua bisa diikat dan disatukan dalam bingkai Salam Satu Jiwa. Inilah miniatur Bhinneka Tunggal Ika, semua hidup rukun, dan ingin Malang berprestasi bersama,” imbuhnya. 

Tak heran jika Made, punya mimpi dan harapan baru untuk Malang ketika setahun ini menjabat pimpinan parlemen.

 "Saya ingin mengembalikan kejayaan Malang seperti dahulu, yakni tiga B. Satu, Balbalan, kedua Band-band an, dan ketiga adalah Balapan. Arema FC menjadi pioner untuk mewujudkannya , mengembalikan sepakbola Malang menjadi berprestasi, termasuk lahir arek-arek Malang yang luar biasa di bidang sepak bola dan selanjutnya turut serta memajukan musik dan balapan yang dulu menjadi barometer prestasi nasional,” tuturnya. 

Sementara ditanya kapan punya ide untuk membuat Perda itu, Made mengungkapkan bahwa sebenarnya setahun lalu sejak dirinya didaulat memimpin Ketua DPRD Kota Malang punya keinginan tersebut. Sayang, dirinya baru dilantik setelah perayaan ultah Singo Edan telah lewat sebulan. Dirjnya dilantik definitif pada 10 September 2019. 

“Niatan itu coba kami pendam, sabar kita tunggu tahun depan ( tahun ini,red ), sebagai kado terbaik untuk Arema. Saya komunikasi dan diskusi dengan sejumlah anggota dewan yang lain berbulan bulan. Mereka semua menyambutnya,” ungkap pria yang kini masih menjadi Ketua RW 2 Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru ini.

Secara gamblang, Made menjelaskan, kenapa perlu adanya Perda, karena warga Malang Raya sudah menyadari bahwa Arema menjadi alat pemersatu warga, termasuk menjadi ikonik kebanggaan bersama, bahkan sudah mengakar dan menjadikan karakter arek arek Malang dimanapun berada. 

“Bahkan Arema ini mampu memberi penghidupan kepada masyarakat Malang Raya. Bagaimana, Arema ini menghidupi kalangan UMKM, dengan berjualan souvenir, merchandise, apparel Arema. Bahkan, ini bisa menjadi ikon Malang Raya, mendongkrak para wisatawan, juga mampu menggairahkan warga Malang Raya, karena itu kita harus mulai melindungi ini, dan mentradisikan budaya budaya Arema ini menjadi kebanggaan dan daya tarik semua orang untuk datang ke Malang, dan turut mendongkrak prestasi Klub Sepakbola Arema FC,” ujarnya.

Ke depan, dalam perda ini harapannya tidak hanya sekedar mengatur tentang seremonial yang digelar rutin tiap tahun. Tapi, sudah memiliki program yang memberi nilai manfaat di segala aspek kehidupan. “Dari Arema ada semangat menumbuhkan UMKM, ada semangat bagaimana menumbuhkan dunia pendidikan, kepemudaan , kepekaan sosial, serta pengembangan SDM,” tuturnya.

Karenanya, lanjut pria yang memiliki dua anak perempuan ini, butuh infrastruktur untuk menjadi pusat menjalankan program program tersebut.

 "Saat manajemen Arema FC membuka wacana untuk pengelolaan Stadion Gajayana, maka kami dewan menyambut antusias. Karena Stadion Gajayana memiliki andil yang besar dalam sejarah perjalanan Arema. Kami sangat setuju jika Stadion Gajayana dikelola oleh ahlinya. Apalagi, Arema ini juga respek dengan prestasi cabang olahraga lainnya, maka Arema FC juga bisa mengakomodir dan menjadi leader agar olahraga di Kota Malang menjadi maju dan berprestasi, “ ujarnya.

Ketika nanti Stadion Gajayana dikelola oleh Arema FC, kepentingan yang lebih luas dan lebih besar dipastikan akan diakomodir di dalamnya.

Made menegaskan bahwa cabor lain tidak perlu perlu khawatir, lanjut alumni Universitas Gajayana Malang ini. "Cabor lain tidak akan kehilangan fasilitas di Gajayana, justru Arema akan membantu cabor lain untuk menumbuhkan semangat bersama dan berprestasi," ujarnya.

Tidak hanya itu, imbuhnyu, diskusi dengan manajemen Arema FC, Stadion Gajayana akan dikembangkan fungsinya untuk sport education, sport science, training camp, pembinaan usia dini, museum juga pengembangan UMKM, termasuk mengonsep fasilitas berkesenian. 

“Kami menyadari dan menghargai, Arema FC jika pertandingan resmi berbagi dengan Pemkab Malang bertanding di Stadion Kanjuruhan, namun untuk latihan serta keperluan lainnya di gelar di Stadion Gajayana. Kami sepakat dengan pendapat Bang Ovan Tobing, salah satu pendiri, Gajayana dengan historinya bersama Arema harus selalu di doktrinasi kepada pemain pemain usia dini, termasuk pemain senior, bahwa kelahiran dan prestasi Arema diukir di stadion Gajayana. Ini yang harus selalu ditanamkan,” pungkas suami dari Eka Yunita, SE ini.

Menurut Ketua DPRD Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika, Arema FC memang memiliki historis tersendiri dengan Stadion Gajayana, klub kebanggaan Arema ini menjadikan Stadion Gajayana sebagai tanah kelahiran, sebelum akhirnya pada tahun 2004 mereka memutuskan untuk pindah ke Stadion Kanjuruhan karena alasan kapasitas stadion.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES