Peristiwa Nasional

Kisah Heroik Seorang Pilot yang Hampir Korbankan Nyawanya Demi Merah Putih

Jumat, 14 Agustus 2020 - 10:40 | 194.97k
Johannes David, pilot profesional yang juga flight instructrure di Merpati Training Center. (Foto: Dok. Pribadi for TIMES Indonesia)
Johannes David, pilot profesional yang juga flight instructrure di Merpati Training Center. (Foto: Dok. Pribadi for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hari Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan momen yang istimewa bagi bangsa ini. Dua puluh tahun yang lalu, seorang pilot rela hampir mengorbankan nyawa demi berkibarnya Sang Saka Merah Putih.

Tepatnya pada 17 Agustus tahun 2000 di Manado, Kapten Johannes David ditugaskan untuk menerbangkan pesawat membawa seorang penerjun payung yang akan melakukan aksi terjun sambil mengibarkan bendera merah putih.

Dari Bandara Samratulangi, pesawat terbang menuju stadion Klabat yang akan menjadi titik terjun payung. Saat sudah pada posisi, tiba-tiba dikabarkan bahwa penerjunan ditunda beberapa jam.

Johannes-David-b.jpg

"Saya tanya ke tower penerbangan, masih holding area (terbang sambil menunggu) atau return to base (kembali ke bandara), karena jeda waktunya masih jauh. Akhirnya diizinkan untuk return to base," kata Kapten David.

"Di sinilah petaka itu terjadi. Begitu mau turun, mesin mati mendadak. Ini yang saya bawa pesawat ringan satu mesin. Baling-balingnya dari kayu," tambahnya.

Sementara posisi penerjun masih berada di dalam. Sebagaimana prosedur penerbangan, dirinya juga harus memikirkan keselamatan penumpang.

"Saya kontak ke tower, towernya yang panik. Mereka tanya ini mau landing di mana," tirunya.

Persis di depan matanya, Kapten David melihat dua jalan raya besar yang baru dibangun. Belum ada kabel listrik dan perlengkapan lainnya. Pikirnya ini aman untuk mendarat. Namun dia berpikir ulang, mengingat lokasinya jauh dari rumah sakit.

Johannes-David-c.jpg

Menengok  ke kanan terdapat pacuan kuda. Pacuan kuda ini memang dekat dengan rumahnya. "Saya tahu betul ini isinya ada kebun singkong. Wah, nggak lucu kalau batang singkong nancep-nancep di badan," ujarnya.

Tiba-tiba dirinya melihat sebuah lapangan golf. Dipilihlah lapangan golf itu sebagai tempat pendaratan daruratnya. Dalam prosedur penerbangan, jika pilihan mendarat sudah ditentukan dan dilaporkan, maka pantang untuk diubah.

"Pada titik dimana penerjun masih bisa turun, saya kontak tower minta izin. Sebelum dia keluar pundak saya ditepuk, saya duluan ya," ucapnya sambil berkelakar.

Lega karena beban nyawa berkurang satu, dirinya melanjutkan pendaratan menuju lapangan golf. Begitu mendarat roda berhasil berhenti karena direm, tapi karena landasannya rumput maka pesawat tetap meluncur. Sementara di depan terdapat tembok besar. "Dalam pikiran, patah ini kaki, patah kaki," ungkapnya.

Beruntungnya sebuah hambatan kecil menghantam pesawatnya sebelum benar-benar mengenai tembok. Akhirnya pesawat dapat berhenti tepat depan tembok. "Saya keluar di situ sudah ada ambulans, pemadam, dan semua nunggu di situ," terangnya.

Kapten David berhasil mendarat tanpa ada luka maupun lecet. Si penerjun yang tadi mendarat lebih dulu, datang menghampiri menggunakan taksi. "Gimana, aman brother?" tanyanya.

"Itu posisi istri saya sedang hamil 8 bulan. Akhirnya saya langsung pulang ke rumah. Istri saya bilang, kok tadi pesawat kamu tinggi tapi nggak ada suaranya?," ucapnya mengekspresikan.

Sebab menurut kebiasaan, Kapten David akan terbang lebih rendah untuk menandakan kepulangannya. "Supaya dia tahu, oh ini suaminya pulang dengan selamat. Pas saya cerita tadi mati mesin, dia kaget. Tapi nggakpapa, itu bagian dari pekerjaan," tuturnya.

Satu bulan setelah kejadian 17 Agustus itu, tepatnya pada 19 September 2000 anak laki-lakinya lahir. Diberi nama Schweitzer, seperti nama pembuat pesawat itu. Schweitzer yang kini beranjak dewasa sedang bersekolah pilot, mengikuti jejak ayahnya.

"Saya ceritakan ini karena saya sekarang seorang instruktur pilot. Penerbangan itu aman asal mengikuti prosedur. Kalau saya ngajarin anak-anak, prosedur itu nomer satu, handling urutan 27," pungkas Kapten Johannes David dalam ceritanya menerbangkan penerjunan bendera merah putih, memperingati 17 Agustus Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES