Kopi TIMES

Covid-19 dan Mahasiswa Fiksi

Kamis, 13 Agustus 2020 - 15:06 | 98.22k
Muhammad Budi Nur Isnaeni, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang.
Muhammad Budi Nur Isnaeni, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang.

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Saat itu penulis duduk manis sendiri mendengarkan lagu di warung kopi. Tidak lama kemudian, banyak mahasiswa datang dan duduk di sebelah saya. Apa yang mereka bicarakan, penulis mendengarkan dengan baik.

Salah satu isi dari pembicaraan mereka adalah. "Saya mengeluh dengan keadaan kuliah daring seperti ini, bayaran sama, tapi seperti tidak pernah kuliah." Singkatnya begitu. Memang tidak bisa kita menyalahkan keadaan, namun tak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia juga memiliki kehendak untuk membuat aturan dan lain sebagainya. Sebagai mahasiswa, tentu banyak berpikir dengan adanya aturan kuliah daring, jika diteruskan begini adanya, timbul selalu kata yang selalu menghantui. "Fiksi kah saya?" 

Karena dalam hal ini, saya seringkali mencoba untuk bangkit dengan diam. Walaupun hanya sekolah dari dalam kamar. Namun saya juga selalu mendengar keluhan dari teman-teman bahwa kuliah daring tidak berjalan dengan efektif. Toh sekarang semua orang tahu bahwa ekonomi lebih penting dan menakutkan dibanding dengan sekedar sakit kepala batuk dan lainnya (Covid-19).

Pernah salah satu kejadian saat penulis kuliah daring dengan dosen. Ya tentu mungkin ini salah saya pribadi. Hal apa yang saya lakukan saat kuliah, ya merokok sambil ngopi, bahkan tidak pakai baju. "Tidak ada yang menegur." Benar, karena memang saat merokok, saya matikan video callnya, agar wajah tidak nampak dalam kamera. Sangat jelas perbedaannya kan, jika tatap muka langsung di kelas tentu hanya sekedar tidak memakai sepatu saja sudah ditegur oleh dosen. 

Tapi tentu dalam pendidikan seperti ini harusnya menjadi tanggung jawab kita bersama. Memang siapa yang tidak tahu dengan bahaya Covid-19. Tapi mari kita lihat sekarang, tanggal 12 Agustus 2020. Semua jalan sudah ramai, para pekerja sudah mulai aktif. Tapi kenapa dengan pendidikan? Kenapa selalu diakhirkan?. Bukannya sebuah kemajuan dari bangsa Indonesia sendiri salah satunya dari pendidikan. Bahkan penulis lebih setuju pendidikanlah yang pertama berperan penting untuk kemajuan Indonesia ke depan. 

Sampai detik ini penulis harus berbesar hati. Bukan menyalahkan keadaan atau siapapun, ini sekedar keluhan hati yang memang sudah saat dan waktunya untuk dituangkan. Karena memang bukan hanya penulis yang mengalami. Hampir semua teman di warung kopi mengeluhkan bentuk pelajaran dengan cara daring.

Kembali lagi ke soal "Saya bukan fiksi". Ketika penulis kuliah daring dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri yang hadir dan aktif online cuma 20% saja. Yang lain pada kemana?. Sedangkan uang kuliah masih sama saja. 

Alasan apapun tidak bisa penulis benarkan 100% untuk kuliah daring, namun juga tidak bisa disalahkan 100% karena ini semua keadaan, dan memang sudah kemajuan zaman yang memang kita harus memanfaatkan. Lagi-lagi ini ditempurkan oleh dua pilihan memang. Pertama, bahagia dengan keadaan daring, dan kedua memutuskan untuk offline. Dalam hal ini penulis  memilih offline. Karena bertemu langsung dengan dosen sangat beda rasanya. Ada kenyamanan tersendiri, ada rasa sayang yang harus kita dapati dari seorang dosen. Bukan sekedar pengetahuan saja. Itu tidak cukup. 

Karena proses pembelajaran di dunia pendidikan tidak hanya memikirkan tentang pengetahuan saja, namun juga bagaimana kita memikirkan caranya membentuk sikap, karakter, mahasiswa. Masih relevankah alasan Covid19? Sakit karakter, sakit pengetahuan, hingga sakit moral dan akhlaq, atau hanya sekedar sakit batuk, sakit kepala, lalu sembuh?. Semua ada di kita.

Mari berpikir bersama. Sudah menjadi tugas mahasiswa memikirkan hal ini, walaupun tidak begitu didengar dan tidak tahu kebenaran mutlaknya. Tapi tidak salah kita menuangkan ide pemikiran kita pada negara tercinta kita sendiri. Tentu dengan tujuan untuk membangun SDM yang lebih baik ke depannya.

***

*) Oleh : Muhammad Budi Nur Isnaeni, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES