Kopi TIMES

Pilkada Ogan Ilir, Adu Kuat Jaring Pemilih Religius

Rabu, 12 Agustus 2020 - 11:04 | 110.64k
Fatkurohman, S Sos Jurnalis TIMES Indonenesia dan Penulis Opini Publik Kepemiluan RCI (Foto : Rochman/TIMES Indonesia)
Fatkurohman, S Sos Jurnalis TIMES Indonenesia dan Penulis Opini Publik Kepemiluan RCI (Foto : Rochman/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PALEMBANG – Pilkada 2020 Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan semakin menarik dinamikanya jelang pendaftaran. Kabupaten yang dijuluki sebagai kabupaten santri ini dikenal sebagai daerah religius maka pemilih religius sangat menentukan pada Pilkada Ogan Ilir.

Hal ini dapat dilihat dari poros petahana Ilyas Panji Alam yang memilih pendampingnya sosok ulama dan juga tokoh NU di Kabupaten Ogan Ilir yakni KH Musleh Qori.

Keputusan ini bukan tanpa alasan, secara elektoral petahana mencoba untuk menarik pemilih religius yang tersebar di Kabupaten Pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) ini dimana hampir setiap desa terdapat pondok pesantren. Dengan memilih KH Musleh Qori yang juga pengasuh salah satu ponpes terbesar di Indralaya ini secara strategis petahana ingin merebut pemilih religius yang terancam bakal tergerus oleh penantang AW Noviandi - Ardani.

Dapat dilihat mayoritas parpol berbasis massa Islam minus PBB mendukung penantang petahana yang tak lain mantan pasangannya di Pilkada 2015 lalu. Pasangan OVI - Ardani berhasil mendapatkan dukungan PPP, PAN, PKB dan PKS. Walaupun secara elektoral pasangan Ovi - Ardani sebagai pasangan nasionalis - birokrat dengan dukungan parpol tersebut maka pasangan ini mendapatkan suplai basis pemilih religius.

Dengan kondisi tersebut langkah petahana untuk menggandeng ulama dinilai sebagai strategi membendung diterminasi parpol berbasis islam di kubu penantang. Dengan demikian pilkada Ogan Ilir 2020 dilevel pemilih religius bakal menjadi adu kuat antara mesin parpol berbasis religius atau ketokohan religius.

Parpol berbasis Islam diuji pengaruhnya untuk menyuplai pemilih riligius di poros penantang. Begitu juga dengan Poros petahana, ketokohan pendamping dari kalangan ulama yang juga pengurus Parpol Islam peraih kursi terbanyak di OI diuji apakah mampu meraih dukungan di kelompok santri dan NU Kultural di Ogan Ilir.

Poros petahana menyebut duet Ilyas - KH Musleh Qori sebagai miniatur duet nasional seperti halnya Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin. Dengan bergabungnya ulama NU ini di poros petahana dan Parpol berbasis NU yakni PPP dan PKB di poros penantang maka secara otomatis suara NU kultural bakal terbelah. Hanya saja poros mana yang paling efektif menarik massa NU kultural sebagai basis massa mayoritas di Kabupaten santri ini.

Berdasarkan data yang dihimpun Rumah Citra Indonesia (RCI) walaupun dijuluki Kabupaten Santri di Sumsel, parpol berbasis Islam tidak semoncer partai nasionalis. PPP menjadi Parpol Islam basis kultural NU menjadi peraih kursi terbanyak yakni 4 kursi, PKB 2 kursi, PBB 1 kursi, PKS 1 Kursi dan PAN 4 kursi. PAN sebagai parpol berbasis kultural muhammadiyah yang bukan mayoritas di Ogan Ilir mampu mendorong menjadi partai tengah dengan menarik pemilih nasionalis religius sehingga mampu menarik elektoral menyumbang 4 kursi mengimbangi PPP.

Bagaimana dengan Parpol Nasionalis, Golkar menjadi peraih kursi terbanyak dan menjadi satu-satunya parpol bisa mengusung paslon sendiri tanpa berkoalisi. Raihan golkar mencapai 8 kursi atau 20 persen kursi DPRD Ogan Ilir namun hingga kini belum ada kepastian bakal mengusung siapa di Pilkada Ogan Ilir. Sedang PDIP sebagai parpol petahana meraih 7 kursi harus berkoalasi untuk mengusung kandidat. PDIP berkoalisi dengan Hanura (2 kursi) dan PBB (1 Kursi).

Sementara itu, di poros penantang partai nasionalis ada Nasdem (5 kursi), Perindo (2 kursi), Demokrat (2 kursi), Berkarya (1 kursi), Gerindra (1 kursi). Sehingga jika dari komposisi kursi sementara dari parpol nasionalis minus Golkar petahana didukung 9 kursi, sedangkan penantang ada 11 kursi bisa dikatakan seimbang. Hingga saat ini publik masih menunggu arah partai Golkar dibawah gerbong DPD 1 Dodi Reza Alex yang secara historis politis berseberangan dengan poros penantang dimana di poros tersebut ada Nasdem yang tidak lain partai Gubernur Sumsel Herman Deru seteru politik Pilgub 2018 lalu.

Kembali kepada pemilih religius, secara sosio-politik punya karakteristik sendiri. Memahami pemilih tidaklah mudah. Riset Malik (2018) menjelaskan bahwa pemilih kita secara umum dalam tiga kategori: pemilih emosional, pemilih rasional, dan pemilih rasional-emosional.

Pemilih emosional merupakan pemilih yang memiliki hubungan emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya sejak lahir. Identitas itu berkaitan dengan ideologi, agama, dan budaya. Lazimnya, pemilih kategori itu lebih mengental pada kawasan rural (pedesaan), kurang kuat di kawasan perkotaan (urban).

Pemilih rasional adalah pemilih berpikir. Mereka punya nalar argumentatif terhadap alasan memilih dan tidak emosional. Pemilih rasional mengedepankan diskusi aktif dan terbuka, disertai data, dalam menentukan suatu pilihan.

Pemilih rasional-emosional adalah pemilih yang cenderung akan diam menarik diri (withdraw) dalam perdebatan isu yang bersifat agama, identitas, dan simbol lainnya yang sedang berlangsung. Sebab, mereka membutuhkan waktu untuk memproses informasi dan isu tersebut.

Pemilih seperti itu mampu merasionalkan pilihan mereka. Namun, pada saat isu yang berkembang menyangkut permasalahan ideologi, agama, dan etnis, mereka tidak sanggup memberikan argumentasi yang cukup. Pemilih rasional-emosional adalah tipikal pemilih yang lebih pasif dan suka mengamati.

Secara karakteristik ini, pemilih Kabupaten Ogan Ilir lebih kepada pemilih emosional (Religius/Santri) dan Pemilih rasional - emosional (Nasionalis - Religius). Hal ini dibuktikan dengan raihan kursi parpol berbasis religius Islam dan raihan kursi partai tengah nasionalis - religius cukup dominan di Ogan Ilir seperti PPP, PAN, Nasdem, Demokrat, PKB, PKS dan PBB. Keberadaan ponpes yang tersebar dipedesaan Ogan Ilir mengindikasikan pemilih berbasis emosional keagamaan (Santri NU Kultural) cukup banyak dan menjadi seksi.

Kandidat yang mampu menarik pada pemilih emasional sangat diuntungkan karena sangat militan dan cenderung tidak rentan politik uang. Jumlahnya tidak sebanyak pemilih rasional - emosional tapi bisa menentukan disaat penetrasi level pemilih rasional - emosional berimbang. Pada pemilih emisional keagamaan ini nantinya akan sangat tergantung penetrasi jaringan politik untuk mempengaruhi kelompok berpengaruh seperti kiai, ulama dan ustadz kampung.

Yang perlu jadi catatan penetrasi politik kelompok pemilih religius ini bisa mempengaruhi kelompok pemilih rasional - emosional yang pasif tapi mengamati dengan melihat gagasan opini publik yang berkembang ketika menyangkut visi dan misi keagamaan yang juga jadi ikon Kabupaten Ogan Ilir. Tarik-menarik di sektor pemilih emosional dan rasional - emosional akan semakin kuat.

Penetrasi opini publik tentang rasionalitas dan emosionalitas paslon bakal tersaji melalui figur dan juga parpol berbasis religius. Pada level ini paslon harus mampu membangun opini publik yang tepat sampai level pemilih paling bawah untuk meyakinkan pemilih religius. (*)

***

*Penulis : Fatkurohman, S Sos. Jurnalis, Pemerhati Politik, Penulis Opini Publik Kepemiluan Rumah Citra Indonesia serta Sekjend IKA FISIP Unsri

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES