Ekonomi

Produksi Singkong Banjarnegara Terus Merosot Ancam Kelangsungan Pabrik Tapioka

Rabu, 12 Agustus 2020 - 08:41 | 244.89k
Penampungan singkong milik H Hartono di Desa Wanadri Kecamatan Bawang Banjarnegara. (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
Penampungan singkong milik H Hartono di Desa Wanadri Kecamatan Bawang Banjarnegara. (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARAProduksi singkong di Banjarnegara, Jawa Tengah  terus merosot sehingga menyebabkan tutupnya sejumlah pabrik tapioka di daerah ini.

Untuk kecamatan Bawang misalkan, saat musim singkong 5 tahun yang lalu dapat menghasilkan sedikitnya 100 ton/ hari. Kemudian dua tahun terahir menurun 50 - 70 ton/hari. Sekarang maksimal 30 ton/hari.

Kemudian Dari 5 pabrik besar yang ada di Banjarnegara  kini tinggal 1 pabrik di Kecamatan  Punggelan yang bertahan. Itupun terancam tutup karena kurangnya bahan baku.

Penampungan-singkong-milik-H-Hartono-b.jpg

Dari pengamatan TIMES Indonesia,  pabrik pengolahan singkong yang bertahan  tinggal kapasitas kecil itupun di Kabupaten Purbalingga. Tercatat  sekitar 5 pabrik berskala kecil masih operasi.

H Hartono salah seorang pemilik pabrik singkong berskala kecil asal Desa Wanadri Kecamatan Bawang mengaku  terpaksa menghentikan pabriknya karena tidak mampu lagi menanggung biaya operasional yang cukup tinggi.

Apalagi masih mengandalkan panas matahari untuk menjemur acinya. "Kami sekarang memilih mengepul singkong yang ada di sekitar sini saja kemudian kita kirim ke pabrik," katanya.

H Hartono juga membenarkan jika tutupnya pabrik tapioka besar di Banjarnegara disebabkan karena minimnya pasokan bahan baku singkong.

"Dulu, tidak jauh dari tempat kami tepatnya di Desa Kebondalem Kecamatan Bawang ada pabrik besar dengan kapasitas giling diatas 100 - 500 ton per hari. Tapi bangkrut karena kekurangan bahan baku," katanya.

Dengan tutupnya pabrik ratusan orang kehilangan pekerjaan. Belum lagi di Purwonegoro dan Susukan. Dua pabrik besar ini tutup karena hal yang sama. kekurangan bahan baku.

Pengusaha akhirnya memindahkan pabriknya ke Lampung (Sumatera) karena di sana ketersediaan bahan baku melimpah.

Hartono menyampaikan saat ini banyak petani beralih tanam dari singkong ke tanaman lain.  Sehingga tanaman singkong semakin menyempit.

Belum lagi akibat anjoknya harga singkong. "Sekarang harga lagi remuk Rp 800 rupiah/ kg di tingkat petani," kata H Hartono.

Karena pabrik tapioka lokal tutup ia kemudian menjual ke Jatipuro Solo. "Harganya lumayan stabil karena pabrik besar. Kalau  harga, selisih sedikit. Jadi intinya agar truk tidak menganggur di garasi," imbuh Hartono mengenai efek turunnya produksi singkong di Banjarnegara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES