Kopi TIMES

Emoticon Chatting, Penting dalam Pembelajaran Daring 

Selasa, 11 Agustus 2020 - 23:02 | 330.43k
Ida Wahyuni, Mahasiswa Program Doktor ISIPOL, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Guru IPA SMP Negeri 10 Malang.
Ida Wahyuni, Mahasiswa Program Doktor ISIPOL, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Guru IPA SMP Negeri 10 Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Sebagai guru, saya pernah merasa tersentuh saat menyimak tayangan webinar yang menampilkan kegiatan belajar siswa dari seluruh negeri sebagai salah satu upaya mewujudkan apresiasi  Belajar dari Rumah (BDR) di era pandemi covid-19 ini. Sebagai seorang pendidik, saya berusaha belajar memahami dan wajib merasa perlu untuk  turut menyumbangkan buah pikiran program itu.

Harapannya, bisa memberikan sebuah pembelajaran untuk kita semua sebagai guru sekaligus orang tua. Mendorong keluarga menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang bermartabat, sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, dan cinta tanah air. 

Saat ini kita saksikan bagaimana anak-anak Indonesia yang sedang  mengalami perubahan gaya hidup karena adanya dampak global. Anak-anak dihadapkan dengan era digital, terlebih lagi di musin pandemi covid-19 ini yang semuanya serba online. Keadaan ini tentunya berbeda dengan zaman saya dahulu. Saya memegang komputer baru saat saya SMA tahun 1989. Mata pelajaran komputer di sekolah yang fitur-fitunya masih sederhana. Seiring berjalannya waktu, komputer berkembang semakin canggih dengan prosesor yang lebih handal dan memori penyimpanan yang lebih besar dan sekarang ada komputer laptop yang lebih ringkas bahkan ada komputer dengan layar sentuh. 

Berdasarkan pengalaman mengajar saat ini, guru dan siswa harus berpacu dalam perkembangan teknologi dan segala kebutuhan aplikasi yang mendukung dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pendidik dan peserta didik harus mengenali dan menguasai banyak model aplikasi agar proses KBM bisa berjalan dengan baik sesuai eranya saat ini. Jaringan internet yang baik sangatlah membantu  bagi keberlangsungan proses belajar daring dengan siswa sehingga mereka dapat belajar kapan saja dari sumber mana saja di mana saja dengan lancar.

Mungkin guru dan anak sekolah zaman dulu tidak dapat membanyangkan keadaan guru dan anak sekolah zaman sekarang. Anak-anak zaman dulu  menggunakan papan tulis kayu dan kapur untuk menulis, sedangkan anak zaman sekarang menggunakan komputer dan Hand Phone (HP) untuk menulis. Dunia pendidikan harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Keniscayaan Era virtual

Ketika sistem pembelajaran dilakukan secara daring guru dan murid tidak bisa lagi bertatap muka dan berinteraksi di satu ruang yang sama. Ada sesuatu yang hilang yaitu ikatan emosional yang tidak akan mungkin tergantikan oleh komunikasi secara virtual. Guru itu tidak bisa digantikan oleh platform-platform pendidikan seperti Ruang Guru, Rumah Belajar, atau fasilitas youtube maupun AZ Screen Recorder atau apapun itu. Penggunaan aplikasi seperti Zoom, Google Meet, atau Google Classroom mungkin bisa dilaksanakan hanya untuk mengobati rindu kebersamaan saja.

Idealisme saya sebagai guru ingin memberikan materi kepada siswa sesuai masa saat ini dengan banyak aplikasi yang sudah disiapkan, tetapi masih terganjal kondisi di lapangan. Pengalaman menangani siswa secara langsung ketika mengalami kendala Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berdampak luar biasa bagi saya sebagai guru. 

Setelah mendengar langsung kondisi anak didik, saya yang awalnya idealis dan menuntut siswa-siswi dalam mengikuti pembelajaran daring, kini mulai bisa memahami keadaan. Hati merasa tersentuh melihat keadaan siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu, namun dipaksa harus bisa mengikuti sistem yang sulit dijangkau. Saya terharu melihat keadaan seperti ini mereka belum bisa dipaksa untuk memenuhi idealisme kita yang secara teoritis ingin semua Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti terpenuhi. Ketika sampai pada kalimat inipun air mata saya menetes. 

Akhirnya sekarang apa yang bisa saya ajarkan saya ajarkan, yang mereka belum mampu akan diberikan materi dan tugas melalui luring. Masalah nilai, itu hanya sebatas nilai, yang penting saya bisa membekali mereka dengan kecakapan dan berusaha menanamkan karakter yang bagus baik itu religius, cinta kebersihan dan lingkungan, jujur, peduli dan nasionalis yang mereka mulai dari rumah bersama orang tua dan saudara. 

Emoticon yang Memotivasi Siswa

Pemberian pujian dan mengirimkan emoticon yang memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas atau mengikuti materi daring pada chatting di WhatsApp atau google classroom selalu saya sertakan. Hasilnya luar biasa, respon positif dari siswa yang semula belum mengerjakan dan belum mengumpulkan mereka berbondong-bondong mengirim tugas-tugas tagihannya.

Hal ini mungkin sepele ketika kita malas menulis karena banyaknya pekerjaan merekap dan mengoreksi hasil belajar siswa tapi dampaknya luar biasa. Siswa menjadi aktif kembali, semangat lagi dan ini mendongkrak capaian pengumpulan tugas seperti yang kita harapkan. 

"Pemberian pujian ini dapat menghasilkan fokus yang lebih besar, ini didukung oleh sains," kata Dr. Neha Chaudhary Ia seorang psikiater anak dan remaja di Rumah Sakit Umum Messachusetts dan Sekolah Kedokteran Harvard dan salah satu pendiri Brainstorm, Lab Stanford untuk Inovasi Kesehatan Mental.

Ketika anak menerima pujian, hal itu mengaktifkan senyawa kimiawi terkait perasaan baik tertentu di otak. Senyawa kimiawi ini dapat meningkatkan fungsi di bagian otak yang bertanggung jawab untuk hal-hal seperti fokus, perhatian, perencanaan dan pemecahan masalah.

Untuk itu jangan lupa memberikan pujian maupun emoticon positif kepada siswa-siswi kita ketika melaksanakan proses pembelajarn baik itu daring maupun luring. 

***

*)Oleh. Ida Wahyuni, Mahasiswa Program Doktor ISIPOL, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Guru IPA SMP Negeri 10 Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES