Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Sinergi Antara Guru dan Orang Tua, Bagaimana Caranya?

Selasa, 11 Agustus 2020 - 14:28 | 46.55k
Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Melalui video unggahannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim mengajak berbagai pihak untuk mengoptimalkan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan mensinergikan berbagai pihak. Menteri pendidikan dan Kebudayaan ingin ada sinergi antara guru dan orang tua siswa.

Akibat dari pandemi corona, seluruh kegiatan pendidikan berlangsung di rumah masing-masing peserta didik. Peserta didik sudah belajar dari rumah dari akhir Maret 2020. Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Atas, serta Pendidikan Tinggi praktis meniadakan kegiatan pembelajaran di kelas. Guru dan Dosen tidak lagi harus datang ke kelas untuk melakukan pembelajaran.

Pembelajaran tetap harus berlangsung bagaimanapun kondisinya. Terobosan pembelajaran daring menjadi pilihan utama untuk menghubungkan guru dengan siswanya sehingga kebutuhan akan internet menjadi kebutuhan pokok untuk keberlangsungan pendididikan. Tanpa koneksi internet pembelajaran tidak bisa berlangsung.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kemudian permasalahan muncul soal infrastruktur layanan internet. Jika melihat kebutuhan internet yang semakin tinggi, maka ada baiknya memang pemerintah harus menyediakan layanan akses internet sampai ke pelosok-pelosok negeri. Namun, pada kenyataannya infrastruktur internet belum merata dan masih banyak daerah yang tidak ter-cover internet. Dengan keaadaan tersebut, perlu kiranya kita tidak berputus asa. Masih banyak yang bisa dilakukan jika menyoal pendidikan.

Oleh karena itu perlu kiranya kita merayakan pendidikan di rumah. Merayakan berarti bersuka cita mensyukuri proses belajar di rumah. Belajar di rumah dengan keluarga tidak kalah penting dengan pembelajaran di sekolah. Jika siswa bahagia di sekolah, maka siswa harus bahagia pula di rumah. Orang tua harus bisa menjadi teladan belajar untuk anaknya.

Hal-hal yang sederhana di rumah, tidak kalah mewahnya dengan pembelajaran di sekolah maupun kampus. Yang sederhana misalnya belajar saling menghormati antar anggota keluarga, menanamkan sikap disiplin, membangun keakraban, dan saling kasih mengasihi antar anggota keluarga.

Semua hal tersebut tidak ada pelajarannya di sekolah. Kalaupun ada tentu hanya sebatas pengetahuan saja. Sedangkan di rumah bisa langsung kita implementasikan.

Waktu belajar di rumah tidak terbatas pada jam pelajaran seperti di sekolah. Waktu belajar di rumah ialah sepanjang orang tersebut terjaga untuk menjalani keseharian di rumah. Orang tua harus bisa memanfaatkan panjangnya waktu di rumah dengan mengajak anak-anak mereka berkegiatan positif. Ini adalah waktu bagi orang tua untuk bisa mendidik anak-anak mereka dengan lebih dekat. Dengan banyaknya waktu tersebut akan kembali pula keakabran yang sebelumnya hilang karena tugas dan tanggung jawab pekerjaan di luar rumah.

Dengan adanya himbauan tetap berada di di rumah, orang tua bisa “menebus” kesalahan akibat tidak pernah menemani anaknya belajar. Kesalahan akibat sibuknya pekerjaan di rumah sering menjadi “penghancur” timbulnya ketidakraban antar anggota keluarga. Bertemu hanya malam hari dan itu pun hanya sebentar. Orang tua dengan rasa bersalah akan cenderung menuruti apa saja yang diinginkan anak mereka.  Selain itu, ada juga orang tua yang bertipikal tidak nyaman jika harus mengajari anak-anak mereka di rumah. Anak-anak seakan-akan menjadi “pengganggu” orang tua dalam menjalankan aktivitasnya. Tentu ini tidak baik.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Untuk mensinergikan guru dan orang tua dalam mendidik anak ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Diantaranya:

1.    Berkomunikasi positif

Komunikasi positif adalah cara berkomunikasi dengan orang lain dengan mengedepankan sopan santun, keramahan, bujukan dan empati. Komunikasi positif dapat dilakukan untuk mengedepankan kebutuhan bersama. Guru dan orang tua sama-sama membutuhkan bahwa anak didik mereka bisa belajar dengan maksimal. Yang menjadi permasalah biasanya yaitu sering sekali terjadi miss atau bahkan zero communication. Tidak adanya komunikasi dan kesalahpahaman yang terjadi antara guru dan orang tua sering menimbulkan ketidak berhasilan program belajar. Guru kurang berkomunikasi dengan siswa soal perkembangan akademik siswa, dan orang tua jarang menanyakan program guru untuk anak-anak mereka.

Untuk itu perlu ada komunikasi positif dimana guru selalu sopan, santun, dan ramah terhadap orang tua siswa. Dengan begitu, orang tua akan sangat dengan ringan hati mendukung seluruh program guru.

2.    Berkolaborasi dalam penilaian

Ada baiknya memang guru berkolaborasi dengan orang tua siswa. Misalnya dalam hal penilaian sikap siswa. Ada baiknya guru juga mempercayakan penuh orang tua untuk menjadi “petugas evaluator” sikap siswa di rumah. Guru bisa memberikan formulir penilaian sikap atau bahkan penilaian aspek lainya  kepada guru dan orang tua mengisi formulir tersebut. Dengan adanya evaluasi yang riil tersebut akan dengan sangat mudah bagi guru untuk menentukan program belajar bagi siswa.

3.    Berkolaborasi dalam tugas siswa

Tugas siswa tidak selamanya hanya untuk siswa. Ada kalanya guru memberikan tugas yang melibatkan siswa dengan orang tua atau wali mereka. Harapannya yaitu orang tua mengetahui bahwa ada tugas yang perlu ada keterlibatan orang tua. Dengan demikian antara tugas sekolah dengan tugas di rumah akan seiring sejalan.

4.    Membuat log book untuk siswa

Log book adalah buku yang berisi agenda yang tersusun dan terencana untuk diaplikasikan.  Guru dan orang tua dapat membuat log book untuk siswa dengan berdiskusi bersama orang tua.

Orang tua harus bersyukur dengan adanya pandemi ini dan kembali menyadari bahwa pendidikan seluruhnya adalah tanjung jawab orang tua. Bukan hanya finansialnya saja, tetapi segala hal yang berkaitan dengan pendidikan anak mereka. Pendidikan perilaku, akademik, dan motorik anak harus menjadi perhatian utama oleh orang tua. Mulai anak itu dalam kandungan hingga lahir di dunia. Orang tua harus senantiasa mengawasi tumbuh kembangnya. Memberikan yang terbaik adalah tugas setiap orang tua agar anak tersebut menjadi anak yang baik pula nantinya. Ibarat orang berpuasa, mendidik adalah puasanya dan apa yang sudah dicapai oleh anak adalah hari rayanya.

Semoga kita semua bersuka cita menyambut pendidikan di rumah selama pandemi ini. Dengan begitu, kita semua akan bisa menjalani dengan penuh semangat dan senang hati.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES