Gaya Hidup

Wiwik Niarti Setia Kembangkan Batik Malangan

Senin, 10 Agustus 2020 - 19:52 | 66.69k
Proses pewarnaan motif pada kain batik, di pusat produksi Batik Blimbing, Senin (10/8/2020). (Foto: Mery Cahyani/TIMES Indonesia)
Proses pewarnaan motif pada kain batik, di pusat produksi Batik Blimbing, Senin (10/8/2020). (Foto: Mery Cahyani/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Batik yang kaya dengan unsur estetik dan sarat makna filosofis telah diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO (United Nation Education Scientific and Cultural Ogranization).  Saat ini, batik telah berkembang pesat di seluruh nusantara. Batik, tak lagi  identik dengan Solo, Pekalongan, Yogyakarta, atau Cirebon. Malang, misalnya. Kota dingin di Jawa Timur ini juga mempunyai ragam batik malangan yang khas.

Seperti produksi batik yang ada di Jalan Candi Jago No 6 Kota Malang yang mengembangkan motif Topeng Malangan di atas atas kain batik. Adalah Wiwik Niarti, pemilik usaha Batik Blimbing yang menjadikan topeng malangan sebagai motif batik produksinya. Wiwik mengembangkan batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi. 

Wiwik-Niarti-b.jpg Proses pewarnaan motif pada kain batik di pusat produksi batik Blimbing, Kota Malang, Senin (10/8/2020).(Foto: Mery Cahyani/TIMES Indonesia)

“Saya itu Out of the box, tapi tidak meninggalkan ciri khas batik di sini. Karena batik itu bukan hasil, tapi proses. Itu saya pertahankan, ditambah dengan motif-motif seperti Topeng Malangan, Tugu Malang, dan yang baru saya buat motif Heritage Malang. Untuk yang baru saya ambil motif bertabur bintang,” ujarnya saat ditemui TIMES Indonesia, Sabtu (08/8/2020).

Aulya Rishmawati, putri dari Wiwik yang juga pengelola Batik Blimbing menjelaskan proses pembuatan batik secara garis besar. Dimulai dari membuat desain, pecantingan, pewarnaan dan terakhir pelorotan malam.

“Paling cepat dalam proses pembuatan batik cap, biasanya 2-3 hari. Untuk batik tulis bisa sebulan. Semakin rumit desainnya semakin lama waktunya,” ujarnya.

Wiwik-Niarti-c.jpg Proses canting, untuk mengambar pola batik di kain.(foto: Mery Cahyani/TIMES Indonesia)

Wiwik menceritakan, usaha batik Blimbing ini dirintis pada tahun 2010. Waktu itu, Wiwik yang menjadi pengurus PKK mendapat dana hibah dari Pemkot Malang sejumlah Rp 52 juta untuk berbagai macam kegiatan. Salah satunya membatik. 

Wiwik kemudian mengumpulkan 30 orang ibu-ibu untuk melaksanakan pelatihan membatik. Namun lambat laun, anggota tersebut melepas diri secara bertahap. Menyadari kenyataan itu, Wiwik akhirnya berinisiatif membuat wadah sendiri untuk ibu-ibu yang mau berkreasi.

Untuk pemasaran, Wiwik memanfaatkan media online, pameran, workshop dan bekerja sama dengan pemerintah daerah maupun provinsi. Selain menjual produk batik, di tempat ini juga sering mengadakan pelatihan, observasi, serta kunjungan mulai dari pra sekolah hingga umum.

"Untuk bisa terus eksis sampai saat ini, salah satu resepnya adalah pada kreativitas dengan prinsip melestarikan budaya batik yang khas. Selain menggunakan motif yang sudah dipakemkan dengan nuansa tradisionalnya, Batik Blimbing juga sudah berkembang ke arah batik kontemporer dekoratif," ucap Wiwik Niarti mengenai kiatnya mempertahankan usaha batik malangan. (*)

Edisi-Selasa-11-Agustus-2020-Batik-Malangan.jpg

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES