Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Antara Teori dan Praktik

Senin, 10 Agustus 2020 - 15:12 | 169.62k
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan bimbingan belajar. Saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan bimbingan belajar. Saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Persinggungan antara teori dan praktik sering kali ditemukan dalam berbagai bidang. Persinggungan itu mengerucut pada anggapan mana yang lebih penting di antara kedua hal tersebut. Banyak yang menganggap bahwa teori tidak penting dan banyak pula yang menganggap teori sangat penting agar praktik berjalan lebih efektif dan berhasil.

Dua anggapan ini memang terkadang dapat dibuktikan dengan baik oleh penganggap itu. Mereka yang menganggap teori tidak penting terkadang membuktikan hal tersebut dengan permasalahan banyaknya oknum yang hanya pandai teori tetapi ketika mempraktikannya mereka selalu gagal atau bahkan tidak bisa sama sekali. Orang yang hanya pandai di teori ini dianggap sebagai orang yang pandai ngomong saja. Sementara itu, orang yang menganggap teori penting agar praktik lebih efektif pun tak kalah mampu membuktikan dengan baik anggapan mereka. Mereka memberikan contoh bagaimana orang-orang yang paham teori ketika mempraktikan sesuatu mampu mendapatkan hasil yang jauh lebih baik daripada orang yang tidak tahu teori sama sekali.

Pada dasarnya fenomena kontradiksi antara teori dan praktik ini merupakan suatu wujud kesalahpahaman. Kesalahpahaman tersebut disebabkan oleh adanya oknum yang pandai teori tetapi tidak pernah dapat mewujudkannya dalam bentuk praktik yang baik. Padahal pada dasarnya teori digunakan agar praktik dapat berjalan efektif dan berhasil.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Sementara itu, dalam dunia akademik menurut Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si., rektor Universitas Islam Malang, teori adalah modal utama seorang akademisi. Suatu penelitian di bidang akademik, terutama penelitian yang bersifat kualitatif, hasus berawal dari kajian teori terlebih dahulu. Oleh karena itu, teori dapat dikatakan sangat penting di dalam dunia akademik.

Teori sendiri muncul setelah pencetus teori tersebut melakukan penelitian atau dalam hal ini dapat dikatakan telah melakukan sebuah praktik. Teori pun harus diuji terlebih dahulu sebelum hal tersebut resmi dianggap sebuah teori. Sehingga hakikatnya orang yang pandai teori harus pula dapat mempraktikkanya. Jangan sampai pandai teori tetapi selalu enggan mempraktikkannya, sehingga muncul stigma negatif bahwa orang yang pandai teori hanya pandai teori saja, tetapi tidak dapat mempraktikkanya.

Dalam bidang penciptaan karya, dalam hal ini difokuskan pada penciptaan karya sastra, memang sedikit menimbulkan kontroversi ketika seorang profesor sastra mengatakan bahwa jika sesorang ingin berkarya tidak harus terfokus pada teori tetapi langsung saja mempraktikkannya. Pada dasarnya, hal itu ada benarnya, karena dalam kaitan sebuah karya sastra ada ruang bebas untuk berkarya. Karya kontemporer tidak harus mengikuti teori-teori tentang karya itu. Bagi seorang yang terbiasa menulis mungkin tanpa teori pun mampu membuat karya sastra. Akan tetapi, bagi seorang pemula biasanya dibutuhkan kiat dan trik untuk menciptakan karya sastra. Kiat dan trik inilah yang termasuk dalam sebuah teori, bukan teori secara umum yang menggambarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah karya.

Mata kuliah yang ditawarkan di Universitas Islam Malang (Unisma), terlebih di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, sungguh sangat menarik untuk diikuti. Sebelum memprogram mata kuliah yang bersifat praktik mahasiswa diminta memprogram mata kuliah teori terlebih dahulu. Hal ini sangat menolong mahasiswa untuk melakukan praktik dengan benar dan efektif.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Oleh karena itu, sebagai seorang akademisi jangan memancing stigma negatif sesorang tentang tindakan yang kita lakukan. Sebagai seorang ahli teori, kita harus pula dapat mempraktikkanya. Oleh karena itu, tri darma untuk seorang dosen memang sangat bagus untuk mewujudkan itu. Pengajaran, Penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat akan menuntut seorang dosen untuk dapat mempraktikkan teori yang mereka pahami. 

*)Penulis: Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan bimbingan belajar. Saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES