Peristiwa Daerah

Gusdurian Kutuk Insiden Penyerangan Kediaman Keluarga Assegaf di Solo

Senin, 10 Agustus 2020 - 09:34 | 62.83k
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid. (FOTO: Dokumen TIMES Indonesia)
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid. (FOTO: Dokumen TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Jaringan Gusdurian mengutuk insiden penyerangan yang dilakukan sekelompok orang di rumah Keluarga Assegaf di Kampung Mertodranan, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah  8 Agustus 2020 malam. Aksi itu dinilai telah mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan kekerasan itu tidak dibenarkan dengan dalih apa pun.

“Kami meminta kepada kepolisian setempat untuk mengusut tuntas kasus ini melalui mekanisme konstitusi. Sebagai lembaga negara, kepolisian harus menegakkan hukum tanpa mempertimbangkan opsi harmoni sosial yang hanya akan melanggengkan praktik kekerasan di masa mendatang. Pelaku harus dihukum setimpal dengan undang-undang yang berlaku,” kata Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid dalam press rilisnya kepada TIMES Indonesia, Senin (10/8/2020).

Selain itu, Jaringan Gusdurian meminta kepada pemerintah daerah di Indonesia menjamin keamanan warga negara. Khususnya yang berstatus sebagai kelompok rentan. Menurut Allisa, setiap jengkal wilayah Indonesia harus memberikan rasa aman kepada penduduknya. Negara memiliki tugas untuk mewujudkan keamanan bagi warga negara tersebut.

“Tokoh agama di mana pun berada bahu membahu menebar gagasan agama yang penuh rahmah. Intoleransi terjadi salah satunya karena adanya ideologisasi nilai-nilai eksklusivisme yang dibalut dengan semangat keagamaan. Padahal sejatinya agama mengajarkan manusia untuk mensyukuri perbedaan sebagai karunia dari Allah SWT,” papar Allisa.

Allisa juga meminta kepada para Gusdurian dan masyarakat umumnya untuk terus merawat semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai warisan para pendiri bangsa. Sebab, sejak didirikan Indonesia merupakan bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, adat istiadat, dan lain sebagainya.

“Kami menyerukan kepada seluruh warga negara Indonesia untuk tidak menggunakan kekerasan dan ujaran kebencian pada mereka yang berbeda. Sebagaimana kata Gus Dur, kemajemukan harus bisa diterima tanpa adanya perbedaan, ungkap Allisa.

Sebelumnya ratusan menyerang acara Midodareni yang tengah berlangsung di kediaman almarhum Segaf Al-Jufri di Solog. Midodareni merupakan tradisi yang banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk mempersiapkan hari pernikahan. Sebagaimana diberitakan 5news.co.id, ratusan orang tiba-tiba mendatangi lokasi dan memaksa tuan rumah membubarkan acara tersebut. Mereka juga merusak sejumlah mobil dan memukul beberapa anggota keluarga. Sembari meneriakkan takbir, penyerang meneriakkan bahwa Syiah bukan Islam dan darahnya halal. Syiah merupakan salah satu mazhab teologi dalam Islam yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Di Indonesia, Syiah termasuk dalam kategori kelompok minoritas dan kerap menerima perlakuan diskriminatif.

Dalam peristiwa penyerangan di rumah Keluarga Assegaf, tiga orang dilaporkan menjadi korban tindakan brutal kelompok tersebut, sehingga harus menjalani perawatan medis akibat luka-luka yang diderita. Terkait hal ini, Jaringan Gusdurian mengutuk insiden penyerangan Keluarga Assegaf ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES