Politik Pilkada Serentak 2020

Diskusi Barometer Insight: Sekretaris LPPP Surabaya Beri Kode Elektabilitas Lia Isthifhama 

Minggu, 09 Agustus 2020 - 15:20 | 51.53k
Panel diskusi online Barometer Insight, Minggu (9/8/2020). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Panel diskusi online Barometer Insight, Minggu (9/8/2020). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
FOKUS

Pilkada Serentak 2020

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Direktur Index Indonesia Andi Agung Prihatna blak-blakan soal potensi peluang calon perempuan dalam Pilwali Surabaya. Sementara tanggapan Sekretaris DPD Lingkaran Pendamping Program Pemberdayaan atau LPPP Surabaya Siti Nafsiyah langsung menyiratkan satu nama potensial, Lia Istifhama.

Panel diskusi Barometer Insight live dari Quds Royal Hotel tersebut berlangsung memanas. Peserta diskusi saling adu argumen dari sudut pandang masing-masing. Namun mengerucut pada satu keputusan seragam, keterlibatan perempuan dalam Pilkada Surabaya patut dipertimbangkan. 

diskusi-online-2.jpg

Mengingat Surabaya pernah memiliki pemimpin perempuan yang cukup berhasil membangun Kota Pahlawan. Apalagi pemilih perempuan di Surabaya jumlahnya mencapai 50 persen.

“Gaya kepemimpinan bu Risma yang peduli harus diteruskan. Karakter ini biasanya dimiliki perempuan,” ungkap Direktur Index Indonesia Andi Agung Prihatna dalam panel diskusi Barometer Insight, Minggu (9/8/2020). 

Apalagi jika melihat situasi politik di Surabaya yang memunculkan dua poros besar, paling tidak  kedua poros ini mempertimbangkan wakil dari kaum wanita. 

Agung menambahkan gabungan nasionalis dan religius masih memiliki peluang keterpilihan yang cukup tinggi. Maka untuk memenuhi kebutuhan ini, paling tidak bisa memilih wakil dari perempuan, berlatar belakang NU dan memiliki akses politik di lingkup lokal maupun nasional.

"Kalau ada yang dari kalangan milennial menurut saya lebih bagus. Setidaknya gayanya millenial,” katanya.

Sementara itu, menurut Ketua LP3 Siti Nafsiyah, gaya kepemimpinan Tri Rismaharini memang menjadi acuan. Karena karakter blusukan, turun ke bawah dan melayani masyarakat ini biasanya sangat dekat dengan perempuan. 

Di sisi lain persoalan di Surabaya yang komplek, membutuhkan sosok transformatif. Gaya ini mampu menggerakkan pemerintahan lebih baik. Ada beberapa nama. Mulai Lia Istifhama, Dwi Astuti, dan Reni Astuti, maupun Dyah Katarina. 

"Kita bisa lihat sendiri siapa yang banyak turun ke pasar, kampung, PKK dan sebagainya. Sudah bisa kita lihat kok," katanya.

Bukan tanpa alasan jika Siti melontarkan argumen tersebut. Berdasarkan salah satu hasil riset lembaga survei, semakin figur turun melakukan penyapaan ternyata memberi impact atau dampak pada kenaikan popularitas dan elektabilitas.

Maka calon walikota harus bisa memilah dan memilih siapa calon wakil perempuan yang memiliki tingkat popularitas maupun tingkat elektabilitas tinggi berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil survei. 

"Dari survei yang sudah saya intip itu sudah kelihatan jelas bahwa ada beberapa nama yang mana ada Lia Istifhama ada Dwi Astuti dan Reni Astuti. Dari ketiga perempuan ini kalau kita melihat hasil survei itu Lia Istifhama memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas yang tinggi sekitar 19 persen," tandasnya.

Siti mengarahkan agar calon wali kota yang ada ini mau menggandeng calon wakil perempuan dengan tingkat popularitas dan elektabilitas tinggi. Maka, peluang untuk menang dan tampil menjadi walikota baru di Surabaya sudah pasti di depan mata.

Usai menyampaikan hasil survei Lia Istifhama, lebih lanjut, Sekretaris DPD LPPP Surabaya Siti Nafsiyah juga mengingatkan agar para calon wali kota memilih wakil walikota yang sudah berinteraksi memberikan manfaat, mendeliver nilai-nilai baik dan melakukan penyapaan kepada masyarakat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES