Kesehatan

Vitamin D Mana yang Terbaik, Matahari atau Makanan?

Sabtu, 08 Agustus 2020 - 06:14 | 71.54k
ILUSTRASI - Berjemur. (foto:  Artikel SpaceStock)
ILUSTRASI - Berjemur. (foto: Artikel SpaceStock)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Berdasarkan hasil sebuah penelitian terbitan Journal of Pharmacology & Pharmacotherapeutic, diperkirakan sekitar 50 persen orang di seluruh dunia mengalami kekurangan vitamin D. Padahal, vitamin D adalah vitamin yang sangat diperlukan tubuh untuk menguatkan tulang dan gigi serta untuk menjaga daya tahan tubuh.

Sebagian besar asupan vitamin D bisa mudah didapat dari paparan sinar matahari. Namun, Anda juga bisa mencukupi vitamin D harian dari beragam makanan yang Anda konsumsi sehari-hari. Lalu, mana sumber vitamin D yang lebih baik berjemur di bawah terik matahari atau dari makanan saja?

Dilansir dari Hello Sehat, hampir 80 persen vitamin D yang dibutuhkan tubuh berasal dari sinar matahari. Akan tetapi, vitamin D itu sendiri terdiri dari dua bentuk, yaitu vitamin D2 dan vitamin D3.

Vitamin D3 inilah yang sebenarnya disebut dengan vitamin matahari. Tubuh Anda akan memproduksi vitamin D secara otomatis ketika terpapar sinar matahari dengan mengubah kolesterol pada kulit menjadi calcitriol. Calcitriol akan langsung disalurkan ke hati dan ginjal untuk menghasilkan vitamin D3 (kalsiferol) yang dibutuhkan oleh tubuh.

Sementara itu, vitamin D2 yang punya nama lain ergokalsiferol dapat ditemukan pada sejumlah sumber makanan nabati, seperti jamur kacang almond, kacang kedelai, dan kelapa. Tumbuh-tumbuhan ini memproduksi sendiri kandungan vitamin D2-nya dengan mengolah radiasi sinar UV yang mereka terima.

Kualitas vitamin D3 (kalsiferol) yang berasal dari sinar matahari dilaporkan jauh lebih unggul daripada vitamin D dari makanan. Pasalnya, vitamin D3 lebih mudah dicerna oleh tubuh namun dapat bertahan lebih lama dalam peredaran darah. Karsiferol dinilai 87 persen lebih kuat dalam meningkatkan dan mempertahankan konsentrasi vitamin D dalam darah.

Ketika didapat pada waktu yang sama dengan porsi yang sama, kadar vitamin D2 (ergokalsiferol) turun drastis setelah 14 hari, sementara kadar kalsiferol justru memuncak pada hari ke-14 dan tetap stabil sampai 28 hari setelah asupan pertama.

Maka dari itu, vitamin D3 lebih efektif untuk membantu tubuh untuk cepat menyerap kalsium, yang merupakan nutrisi penting untuk kesehatan tulang. Kalsiferol telah terbukti lebih efektif dalam menjaga kepadatan tulang pada orang dewasa usia lanjut sehingga mengurangi risiko patah tulang jika dibandingkan dengan ergokalsiferol (vitamin D2). Selain itu, vitamin D3 juga dilaporkan dapat mengurangi risiko penyakit jantung, nyeri sendi, depresi, kanker pankreas, kanker payudara, hingga kanker kulit.

Selain dari maahari, mendapatkan asupan vitamin D dari sumber makanan juga tetap penting, terutama bagi orang-orang yang aktivitas hariannya berkutat di dalam ruangan dan jarang terpapar matahari. Oleh karena itu, langkah yang paling baik untuk mendapatkan cukup vitamin D adalah menyeimbangkan antara pola makan sehat dan aktivitas fisik di luar ruangan (misalnya, dengan berolahraga). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES