Peristiwa Nasional

Budidaya Vanili, Kementan RI Bangkitkan Kembali Emas Hijau dari Salatiga

Jumat, 07 Agustus 2020 - 18:34 | 149.33k
Budidaya Vanili. (FOTO: 99.CO)
Budidaya Vanili. (FOTO: 99.CO)

TIMESINDONESIA, JAKARTAKementan RI (Kementerian Pertanian RI) kembali mendorong pengembangan vanili. Mentan RI Syahrul Yasin Limpo menargetkan pertumbuhan ekspor untuk komoditas dengan sebutan emas hijau ini hingga tiga kali lipat sampai lima tahun ke depan.

Hal ini tertuang dalam kebijakan Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat (Gratieks). Selain vanili, juga dikembangkan sejumlah komoditas perkebunan lain seperti kopi, kelapa, lada, dan pala.

Memang, komoditas perkebunan vanili pernah mengalami masa kejayaannya di tahun 1980-an. Waktu itu harganya mencapai angka yang fantastis, sehingga vanili mendapat julukan emas hijau karena harga jualnya di pasaran. Namun karena harganya sempat terpuruk, para petani banyak yang membabat habis tanaman vanili di kebunnya.

Menteri Syahrul lantas mendorong agar para produsen dari hulu dan eksportir dapat memacu produksi komoditas perkebunannya hingga tiga kali lipat.

"Harus dibantu oleh stakeholder lainnya, eksportir, pengusaha hingga di level paling bawah untuk mengembangkan. Tiga kali lipat ini dalam lima tahun, karena perkebunan paling tidak tanam dua sampai tiga tahun baru bisa tumbuh," ucap Syahrul, Jumat (7/8/2020).

Dalam upaya mendukung Gratieks tersebut, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono mengatakan bahwa terdapat tujuh komoditas perkebunan yang saat ini memiliki potensi untuk peningkatan ekspor. 

"Ketujuh komoditas tersebut, yakni kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala, dan vanili. Peningkatan produktivitas dan volume ekspor pada tujuh komoditas tersebut akan dilakukan melalui program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah, dan Daya Saing (Grasida),” ungkap dia.

Untuk menggenjot peningkatan produksi vanili, Kementerian Pertanian kembali menggalakkan pengembangan komoditas vanili di daerah-daerah yang sebelumnya menjadi sentra produksi. Salah satunya di daerah Salatiga, Jawa Tengah. 

Tim Identifikasi Vanili yang terdiri dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya dan Balai Penelitian Rempah dan Obat (Balittro) serta Dinas pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah meninjau lokasi yang menjadi awal mula penyebaran vanili di Salatiga dan sekitarnya, pertengahan Juli lalu.

Di lokasi tersebut yakni di Desa Randu Acir, Kecamatan Argomulyo, salah satu petani vanili yang masih melestarikan tanaman tersebut dari tahun 1960 adalah Harjo (90).

Menurutnya, dulu vanili Salatiga pernah mencapai kejayaannya, hasil panennya bisa untuk membeli ternak, lahan dan menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi. Namun masa keemasan tersebut memudar ketika harga emas hijau itu jatuh di pasar internasional. Vanili lndonesia hanya dihargai Rp. 100 per kilogramnya. 

Saat ini, Harjo bersama putranya, Jito, tetap menekuni budidaya vanili di Randu Acir. Jito yang pensiunan PNS Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan, aktif bersama  Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Griya Vanili Salatiga Semarang mengembangkan kembali vanili, tidak hanya di Randu Acir tapi merambah ke daerah lain. 

Pada kesempatan tersebut, Wakil Walikota Salatiga, Muhammad Haris mengungkapkan perlunya pendampingan dan bimbingan agar vanili Salatiga kembali  ke era kejayaannya. Ia juga mengatakan akan terus mengupayakan pembangunan infrastruktur, terutama sumber air,  agar perekonomian di desa Randu Acir meningkat. 

Haris berharap P4S Griya Vanili Salatiga Semarang bekerja sama dengan para pemulia Vanili dari Balittro terus memberikan bimbingan kepada para petani agar vanili Salatiga meningkat kualitas dan daya saingnya. Sedangkan untuk BBPPTP Surabaya diharapkan dapat membantu dengan benih vanili yang berkualitas.

Sejarah membuktikan bahwa Salatiga turut berpotensi sebagai lumbung hasil bumi bernilai ekonomi tinggi seperti vanili, kopi, karet, aren, kelapa dan masih banyak lainnya.

"Ini selayaknya menjadi kekayaan bangsa sendiri dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar daerah tersebut pada khususnya," tandas dia merespons positif upaya Kementan RI dalam memacu produksi komoditas emas hijau atau vanili ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES