Pendidikan

Imbang Dwi Rahayu Teliti Potensi Ekstrak Lempuyang Gajah sebagai Feed Additive

Jumat, 07 Agustus 2020 - 17:13 | 97.63k
Drh. Imbang Dwi Rahayu, MKes, Mahasiswi S3 Universitas Muhammadiyah Malang.
Drh. Imbang Dwi Rahayu, MKes, Mahasiswi S3 Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Peningkatan prevalensi Salmonelosis yang disebabkan bakteri patogen Salmonella. enteritidis (S. enteridis) pada ayam broiler telah menimbulkan problem serius bagi industri perunggasan. Karena kerugian yang ditimbulkan berupa ganggguan pertumbuhan, penurunan performa, peningkatan jumlah ayam yang diafkir dan peningkatan kepekaan ayam terhadap penyakit lain.

Penyakit Salmonelosis juga menduduki arti penting bagi kesehatan masyarakat. Karena produk ternak yang terkontaminasi Salmonella sp dapat menyebabkan foodborne disease pada manusia. Sehingga produk akan dimusnahkan, yang berakibat peternakan kehilangan peluang bisnis.

Pencegahan Salmonelosis dengan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGP) sebagai feed additive justru menimbulkan masalah yang lebih besar. Yaitu peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik, peningkatan wabah Salmonelosis, kontaminasi bakteri pada produk-produk unggas maupun lingkungan kandang dan sekitarnya, foodborne disease dan residu antibiotik pada produk yang mengancam kesehatan masyarakat sebagai konsumen.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 14 / PERMENTAN / PK.350 / 5 / 2017 secara resmi telah melarang penggunaan AGP untuk imbuhan pakan ternak, dimana produknya dikonsumsi manusia.

Para ahli membuktikan juga adanya dampak negatif penggunaan AGP berupa hambatan pertumbuhan dan kolonisasi bakteri usus yang menguntungkan, termasuk Lactobacillus, Bifidobacteria, Boeteroides, dan Enterococci (Panagiota, et al. 2015) dan peningkatan resistensi Salmonella spp. termasuk S. enteritidis dan S. typhimurium.

Kedua jenis Salmonella spp tersebut berhasil diisolasi dari daging ayam broiler dan terbukti telah resisten terhadap beberapa antibiotik, antara lain: eritromisin, penisilin dan vancomycin, dengan tingkat resistensi 100 persen (Thung et al., 2016). Kasus resistensi Salmonella spp berdampak pada semakin sulitnya pengendalian penyakit Salmonelosis pada unggas, sehingga bakteri sering mencemari kandang, air minum dan pakan.

Dampak penggunaan AGP lebih lanjut adalah peningkatan residu antibiotik pada daging maupun organ-organ visceral yang bisa mengganggu keamanan pangan asal unggas. Residu sulfadiazine dan oxytetracycline telah ditemukan pada daging broiler (Khatun et al., 2015), residu tetracycline, ampicilin, streptomycine, dan aminoglycoside berhasil ditemukan dalam ginjal dan hati ayam (Sajid et al., 2016).

Residu antibiotik dapat menyebabkan hilangnya mikrobiota gastrointestinal komensal dan berpotensi terhadap pertumbuhan berlebih dari patogen (McDonald et al., 2016; Wischmeyer et al., 2016)

Potensi kekayaan tanaman herbal Indonesia bisa menjadi alternatif substituen AGP yang alami dan bisa dijadikan green product untuk pengendalian Salmonelosis pada ayam broiler. Fitobiotik dalam herbal memiliki berbagai aktivitas, selain sebagai antibakteri, juga sebagai antiinflamasi, antihistamin, antioksidan, immunomodulator dan hepatoprotektor, yang bisa diekstrak dan digunakan sebagai feed additive.

Salah satu alternatif herbal pilihan adalah  lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L. Smith), bagian rhizome bisa diektraksi dengan pelarut etanol, sehingga fitobiotik hasil ekstraksi bisa digunakan sebagai feed additive bentuk serbuk dan dicampur dalam pakan ayam broiler.

Penggunaan etanol sebagai pelarut merujuk pada hasil penelitian sebelumnya, bahwa etanol merupakan pelarut yang cocok untuk mengekstraksi zat-zat aktif dalam Z. zerumbet yang berupa alkaloid, flavonoid, tannin dan terpenoid (Pasril dan Yuliasanti (2014). Etanol merupakan pelarut serbaguna yang memiliki kemampuan menyari dengan polaritas yang luas, mulai dari senyawa non polar sampai polar (Saifudin et al., 2011).

Hasil penelitian menunjukkan ekstrak Z. zerumbet yang terbaik mampu menghambat Salmonella spp adalah ekstraksi dengan pelarut etanol 95% dan konsentrasi ekstrak sebesar 10%, sehingga ekstrak ini digunakan sebagai feed additive pada pakan ayam broiler percobaan.    

Berdasarkan uji penapisan fitokimia, fitobiotik yang terkandung dalam ekstrak tersebut antara lain alkaloid, flavonoid, tannin, dan terpenoid, sedangkan berdasarkan pengujian dengan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS), ekstrak mengandung Essential Oils (EOs)  yang dominan kelimpahannya, yaitu zerumbon, senyawa ini termasuk golongan seskuiterpenoid.

Sensitifitas S. enteritidis terhadap ekstrak Z. zerumbet lebih tinggi daripada S. typhimurium, peneliti menduga hal ini disebabkan karena kandungan komponen lipid pada dinding sel S. enteritidis lebih sedikit/rendah daripada S. typhimurium. Salmonella spp termasuk bakteri Gram negatif, yang memiliki membran luar, terdiri atas lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, fosfolipid, peptidoglikan. Sehingga sensitivitasnya terhadap antibiotik lebih rendah daripada bakteri Gram positif. Fitobiotik yang bersifat hidrofilik, yaitu alkaloid diduga bisa menembus membran ini dengan merusak LPS, namun flavonoid, tannin dan EOs yang bersifat lipofilik/hidrofobik diduga bisa menembus membran plasma melalui porus, bisa merusak lipid membran sel dan mitokondria, sehingga menyebabkan kebocoran isi sel, kerusakan enzim-enzim, dan gangguan metabolisme sel, yang selanjutnya terjadi kematian sel (Diaz-Sanchez et al., 2015; Sun et al., 2018).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak Z. zerumbet pada level 0,67% sampai 1% sebagai feed additive memberikan efikasi tertinggi pada broiler penderita Salmonelosis, pada level tersebut ekstrak mampu menghambat S.enteritidis yang sengaja diinfesikan pada broiler umur 10 hari, artinya aktivitas ekstrak Z. zerumbet sebagai antibakteri tetap stabil sampai saluran pencernaan  bagian belakang, yaitu sekum, yang merupakan tempat kolonisasi S. enteritidis.

Efikasi yang tinggi akan mengurangi kontaminasi S. enteritidis dalam feses ke lingkungan, termasuk kandang, pakan, air dan karkas, yang pada gilirannya menekan kasus foodborne disease.  

Penambahan ekstrak Z. zerumbet level 0,33% sampai 1%  terbukti mampu memperbaiki  kerusakan usus halus dan hambatan aktivitas enzim pencernaan broiler penderita Salmonelosis. Adanya Salmonelosis broiler telah menyebabkan penurunan rasio tinggi villi/ kedalaman kripte Lieberkuhn (rasio TV/KK) usus halus, yaitu duodenum, jejunum dan ileum, secara berurutan sebesar 45,16%;  45,14%; dan 41,37%.

Penambahan ekstrak Z. zerumbet mampu memperbaiki kerusakan morfologi usus halus tersebut, dengan peningkatan rasio TV/KK pada duodenum sebesar 40,20%, jejunum  sebesar 30,94%, dan iIleum sebesar 28,82%. Penurunan aktivitas enzim pankreas terjadi pada broiler penderita Salmonelosis, pada amilase sebesar 75,57%, sedangkan lipase sebesar 4,73% apabila dibandingkan dengan dengan broiler kontrol, tanpa infeksi. 

Ekstrak Z. zerumbet pada level 0,67% sebagai feed additive berpotensi terbaik sebagai imunomodulator, pada level 0,33% sebagai hepatoprotektif, dan pada level 0,33% sampai 1% mampu mempertahankan profil lipid serum, kecernaan gizi dan tampilan produksi tetap normal pada broiler penderita Salmonelosis.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah limfosit antara perlakuan, hal ini membuktikan adanya peran fitobiotik dalam ekstrak Z. zerumbet bisa mengatasi infeksi S. enteritidis, karena limfosit berperan dalam memproduksi antibodi sebagai respon tanggap kebal terhadap antigen. Penurunan limfosit dapat diakibatkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan kondisi stres.

Flavonoid dan alkaloid dalam ekstrak Z. zerumbet diduga memiliki kemampuan sebagai imunomodulator, dengan jalan meningkatkan aktivitas IL-2 (interleukin 2) dan proliferasi limfosit. Sel Th1 (T helper 1) yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF (Spesific Macrophages Activating Factor) seperti sitokin IFN-ɣ (interferon gamma) yang dapat mengaktifkan makrofag (Abbas et al. 2011; Baratawidjaja dan Rengganis, 2012).

Kesimpulan yang bisa diangkat dari hasil penelitian ini adalah bahwa ekstrak lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet L. Smith) pada level 0,67% memiliki potensi terbaik sebagai feed additive Phytobiotic Growth Promoters (PGP) pengganti AGP dalam pengendalian Salmonelosis pada ayam broiler untuk perbaikan performa dan kesehatan ayam broiler.

Saran yang bisa ditindak lanjuti bagi peneliti lain adalah (1) Vaksinasi dengan infeksi S. enteritidis secara oral, dosis 1010 CFU/ekor pada ayam broiler tidak disarankan untuk dilakukan, meskipun memberikan respon imun terbaik dengan berat limfa tertinggi, namun menyebabkan kerusakan morfologi intestinum tenue, penurunan aktivitas enzim pada pankreas dan intestinum tenue.

(2). Perlu penelitian lebih lanjut dengan dosis infeksi S. enteritidis yang lebih tinggi dari 1010 CFU/ekor untuk memperoleh respon performa dan kesehatan yang lebih nyata dari penambahan ekstrak Z. zerumbet sebagai feed additive dalam pengendalian Salmonelosis pada ayam broiler.

(3). Perlu dianalisis lebih lanjut konsentrasi kandungan masing-masing dari fitobiotik alkaloid, tannin, terpenoid, flavonoid, dan zerumbon dalam ekstrak etanol 95 persen dari Z. zerumbet dengan konsentrasi ekstrak 10 persen untuk menjamin keamanan ekstrak sebagai feed additive pada pakan ayam broiler.  (*)

***

*)Penulis adalah Drh. Imbang Dwi Rahayu, MKes, Mahasiswi S3 Universitas Muhammadiyah Malang.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES