Kopi TIMES

Jumat Berkah: Kesabaran Kaum Awam dan Khas

Jumat, 07 Agustus 2020 - 10:06 | 76.32k
Zulfan Syahansyah.
Zulfan Syahansyah.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jumat Bekah kini hadir membahas  tentang kesabaran. Kesabaran sangat menarik untuk memahmi satu ayat, sebagaimana dalam firman-Nya: 

{وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ}

"Dan Kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, selama mereka bersabar. Dan mereka itu meyakini (kebenaran) ayat-ayat Kami" (QS. As-Sajdah: 24)

Secara umum, sabar adalah upaya menahan diri dari berkeluh kesah kepada selain Allah SWT, serta ridha atau menerima penuh kepasrahan atas segala ketetapan dan cobaan yang menimpa.

Ada dua kata kunci dari pengertian sabar di atas. Pertama, tidak berkeluh kesah kepada selain Allah SWT, dan kedua, ridha atas ketetapan dan cabaan hidup. 

Dua kata kunci makna sabar tersebut sekaligus menjadi rating tingkat kesabaran seorang hamba. 

Tidak berkeluh kesah kepada selain Allah SWT adalah usaha yang tidak ringan. Tidak banyak orang bisa melakukannya. Apalagi untuk tahapan yang kedua: ridha atas ketetapan dan cobaan hidup. Tentu lebih sulit dari yang pertama.

Ridha dan menerima ketetapan atau taqdir itu berarti tidak berkeluh kesah, bahkan kepada Allah SWT. 

Jika pada tahap pertama masih berkeluh kesah kepada Allah, maka yang kedua itu pasrah alias nrimo pada taqdir. 

Dan semakin seseorang pasrah atas taqdir, semakin dia merasa malu untuk berkeluh kesah pada Allah SWT.

Jika tahapan sabar yang pertama itu disebut kesabaran kaum awam, maka untuk tingkatan kedua adalah kesabaran kaum khas.

Kaitannya dengan ayat di atas, tentang tahapan seorang pemimpin di sisi Allah telah melewati derajat sabar, maka yang dimaksud kesabaran di sini adalah kesabaran khas.

Kesabaran kaum awam identik dengan su'ul adzab atas Dzat Allah Yang Maha memaksa "Al-Qahru Al-Ilahi". Hal itu karena sejatinya Allah tidak memberi cobaan kecuali untuk meningkatkan derajat seorang hamba di sisi-Nya. Namun ternyata, si hamba yang masih dalam tingkatan pertama justru berkeluh dan meminta agar Allah mengangkat cobaan tersebut.

Para kekasih (wali) Allah yang telah sampai derajat kesabaran khas, senang dengan apa yang dikeluhkan banyak orang. Dan sebaliknya, susah dengan apa yang membuat senang banyak orang.

Jika dalam kurun waktu yang lama para waliyullah tidak mendapat cobaan, tidak merasakan kesusahan, mereka justru bersedih dan berfikir: apakah Allah sudah tidak sayang lagi, karena sudah sekian lamanya tidak memberikan kesusahan hidup. Bahasan soal Jumat Berkah bisa hadir setiap hari jumat hanya di TIMES Indonesia.
Wallahu a'lam bissawab. 

***

*) Penulis, Gus Zulfan

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES