Peristiwa Nasional

LP Maarif NU Bantah Pernyataan Sikap PBNU Terkait Mundur dari POP Kemendikbud RI

Kamis, 06 Agustus 2020 - 21:44 | 242.29k
Ilustrasi logo LP Maarif NU
Ilustrasi logo LP Maarif NU

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU Arifin Junaidi mengaku tidak tahu pernyataan Katib Am Yahya Cholil Staquf terkait pernyataan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) batal keluar dari Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud RI).

Arifin menyampaikan saat ini pihaknya masih tetap pada keputusan awal untuk keluar dari POP, jika Kemendikbud RI tidak melakukan sejumlah revisi terhadap program tersebut.

"Sampai saat ini LP Ma'arif NU tetap pada pendiriannya untuk tidak gabung ke POP sampai ada revisi komprehensif atas konsep POP Kemendikbud," kata Arifin yang dilansir dari CNN, Kamis (6/8/2020).

Arifin menjelaskan, sejak awal, pihaknya mundur dari POP berdasarkan tiga sikap. Pertama, ia meminta Kemendikbud mematangkan konsep POP dan menunda rencana pelaksanaannya hingga tahun depan. Sikap kedua, bila Kemendikbud kukuh melaksanakan POP tahun ini, LP Ma'arif bakal tetap mundur. Terakhir, LP Ma'arif akan tetap melaksanakan peningkatan kapasitas kepala sekolah dan guru, serta inovasi pendidikan secara mandiri.

Arifin menyampaikan LP Ma'arif NU, juga akan mempertimbangkan untuk bergabung dalam POP tahun depan, setelah mempelajari dan mencermati revisi konsep program tersebut.

Kemudian, terkait pernyataan, Gus Yahya yang membatalkan pengunduran diri lembaganya, Arifin menyebut bahwa LP Ma'arif NU secara struktural berada di bawah koordinasi langsung Pengurus Tanfidziyah NU. Atas dasar itu LP Ma'arif hanya akan mematuhi instruksi Ketua Umum Tanfidziyah PBNU, Said Aqil Siroj.

Sebelumnya, Katib Am PBNU, Yahya Cholil Staquf menyebutkan bahwa NU batal dari POP usai bertemu dengan Mendikbud. Pertemuan ini juga atas persetujuan Rais Am dan Ketua Umum PBNU. Gus Yahya turut mengklarifikasi alasan LP Ma'arif kembali bergabung setelah pada 22 Juli menyatakan mundur dari POP Nadiem.

Gus Yahya menyampaikan keputusan LP MA'arif dan PBNU saat itu disebabkan oleh kesalahpahaman dengan Kemendikbud. Namun, hal itu sudah diklarifikasi.

"Tempo hari itu karena komunikasi yang kurang sempurna sehingga ada kesalahpahaman," ujar Gus Yahya.

Sebelumnya, Program Organisasi Penggerak (POP) merupakan program pelatihan guru besutan Kemendikbud yang melibatkan organisasi masyarakat bidang pendidikan. Program ini nantinya akan bekerja sama dengan ormas, untuk membuat pelatihan dan Kemendikbud memberikan dana.

Namun seiring hasil seleksi diumumkan, kritik membanjiri program ini. Kemendikbud diprotes karena meloloskan sejumlah ormas yang dinilai tidak kompeten dan tidak jelas latar belakangnya.

Ormas pertama yang mundur POP adalah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah. Kemudian diikuti oleh LP Ma'arif NU dan PGRI.

Pada Selasa (28/7/2020) Menteri Nadiem meminta maaf secara virtual kepada PP Muhammadiyah, PBNU, dan PGRI terkait polemik POP. Nadiem mengakui program yang digagasnya tersebut masih jauh dari kesempurnaan, sehingga membuat organisasi besar itu mundur.

Mendikbud RI juga berharap Muhammadiyah, NU, dan PGRI dapat kembali bergabung dalam program POP yang digagas Kemendikbud RI. Sebab ketiga ormas itu sudah banyak berjasa terhadap negara di dunia pendidikan, bahkan sebelum republik Indonesia berdiri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES