Pendidikan

Anggota DPRD Bondowoso Sayangkan Sekolah yang Minta Siswa Difabel Daksa Mundur

Rabu, 05 Agustus 2020 - 16:45 | 62.21k
Angggota DPRD Bondowoso F-PKB, A Mansur, saat mengunjungi Muhammad Hendra Afriyanto di kediamannya (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).
Angggota DPRD Bondowoso F-PKB, A Mansur, saat mengunjungi Muhammad Hendra Afriyanto di kediamannya (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Angggota DPRD Bondowoso F-PKB, A Mansur, mengunjungi Muhammad Hendra Afriyanto, siswa difabel daksa kelas VII SMPN 2 Tamanan Bondowoso, yang diminta berhenti oleh pihak sekolah, karena memiliki keterbatasan fisik.

Dalam kunjungan itu, A Mansur ditemui langsung oleh Hendra dan kedua orang tuanya, Asyati dan Suyadi, di Desa Sumber Kemuning Kecamatan Tamanan Bondowoso, Rabu (5/8/2020).

Anggota DPRD Dapil IV, A Mansur sangat menyayangkan sikap pihak sekolah, yang tega meminta mundur Hendra, hanya karena memiliki keterbatasan fisik (difabel daksa) dan tak bisa menulis.

"Padahal sekolah sebagai tempat pendidikan, harus membuka ruang bagi siapapun yang punya kemauan untuk belajar. Karena setiap warga negara memiliki hak pendidikan yang sama," katanya.

Menurutnya, semua orang tua tak terkecuali ayah dan ibu Hendra, pasti menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Yakni mendapat pendidikan yang layak dan sama.

"Jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali, cukup Hendra ini, yang pertama dan terakhir. Jangan menambah beban mental dari anak ini, seharusnya pihak sekolah membantu. Sekolah harus ramah inklusi," tegas mantan dosen IAIN Jember ini.

BACA JUGA: SMPN 2 Tamanan Bondowoso Minta Siswa Difabel Daksa Berhenti karena Tak Bisa Menulis

Apalagi kata dia, saat ini pemerintah mempunyai program sekolah inklusi, yang mana proses pembelajaran tidak membeda-bedakan siswa dalam satu kelas. Namun perlakuannya saja yang berbeda.

"Ya, aturannya sudah ada, tinggal implementasinya saja. Buktinya tiap sekolah berbeda, ada yang mau dan ada yang tidak mau menerimanya. Tapi saya harap, sekolah di Bondowoso harus ramah inklusi," ucapnya.

Sementara itu pengurus PGRI, Soni Andi Wijaya menjelaskan, permasalahan ini seperti mengurai benang kusut. Kelas inklusif sudah diprogramkan pemerintah, tapi belum bisa dilaksanakan di semua sekolah.

"Tetapi pelaksanaannya di bawah belum banyak yang melakukan kelas inklusif. Saya berharap ke depannya setiap sekolah memiliki sekolah inklusif," harapnya.

Selain Anggota DPRD Bondowoso, A Mansur. Pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso juga turun langsung, menemui siswa difabel daksa Muhammad Hendra Afriyanto di kediamannya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES