Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Dasar Pembelajaran Daring

Senin, 03 Agustus 2020 - 10:22 | 115.76k
Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Pandemi Covid 19 memberikan efek pada seluruh sektor pada masyarakat untuk kembali lagi merestrukturisasi teknologi. Dalam bidang pendidikan, pembelajaran dalam jaringan atau yang lebih banyak dikenal masyarakat sebagai  pembelajaran daring menjadi “roh” utama dalam pelaksanaan pembelajaran di semester ganjil 2020/2021. Banyak yang menyederhanakan pembelajaran daring yaitu pembelajaran yang dilakukan hanya melalui tatap maya saja, padahal pembelajaran daring lebih dari itu.

Masyarakat perlu memahami beberapa dasar pembelajaran daring agar pembelajaran daring mampu terlaksana dengan baik.

Perkembangan E-Learning dari dari masa ke masa yang terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, sehingga  dapat diprediksi bahwa E-Learning akan menjadi sistem pembalajaran masa depan. Alasan efektifitas dan fleksibilitas menjadi alasan utama. Bidang pendidikan mendapatkan dampak positif dari perkembangan teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang electronic learning (E-Learning).

Akibat dari Kesibukan dan keterbatasan pembelajaran berbasis tatap muka, E-Learning hadir untuk mengatasi keterbatasan dalam proses belajar mengajar tradisional berbasis tatap muka yang dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga hubungan antara peserta didik dan pengajar bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja secara terkontrol.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

E-Learning sendiri  memiliki beberapa model. Chandrawati, SR. (2010) membagi model E-Learning dalam 3 hal yaitu adjuct; 2) Blended; dan Wholly Online. Model Adjunct  menekankan bahwa  E-Learning menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran tatap muka di kelas. Model ini dapat dikatakan sebagai model tradisional plus karena keberadaan E-Learning hanya sebagai pengayaan atau tambahan  saja.  Model mixed/blended menempatkan E-Learning menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran. Secara etimologi istilah blended learning terdiri dari dua kata blended dan learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary, 2019), atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan. Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur percampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola lainnya. Bibi, S. (2015)  menyampaikan bahwa yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (classroom lesson) dengan online learning. Oleh karena itu, Blended Learning harus terdiri dari 2 kegiatan yaitu kegiatan tatap muka dan online. Misalnya pembelajaran teori dilaksanakan secara daring, sedangkan pembelajaran praktik dilaksanakan secara tatap muka.

Sedangkan Wholly Online,  E-Learning  digunakan untuk seluruh proses pembelajaran mulai dari penyampaian materi ajar,  interaksi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Khusus untuk yang wholly online, dibagi kembali menjadi individualized Learning dan Collaborative Learning yang dilaksanakan dengan synchronous dan Asynchronous.

individualized Learning mengharuskan individu yang sedang belajar tersebut mandiri dan aktif dalam mengikuti serangkaian perintah dalam modul pembelajaran. Modul pembelajaran biasanya dalam bentuk materi terbuka. Proses dan evaluasi sangat bergantung pada keaktifan individu. Sedangkan Collaborative Learning  dalam pembelajaran daring didesain dengan memadukan antara materi dalam modul dengan kehadiran seorang pengajar atau tutor. Materi yang disajikan harus dibaca oleh siswa dan kemudian dilakukan pendalaman materi dengan antar siswa maupun dengan tutor. Khusus untuk evaluasi, tutorlah yang menyediakan. Dalam model ini, kehadiran tutor dan siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Keduanya harus bisa saling terlibat dalam proses pembelajaran.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES