Peristiwa Daerah

Suhu Minus 4 Derajat, Embun Es di Dieng Rusak Tanaman Kentang

Jumat, 31 Juli 2020 - 21:57 | 161.15k
Salah seorang tokoh masyarakat Dieng Banjarnegara saat mengamati pohon kentang yang terimbas ebun es atau frost. (FOTO : Digdo Subagyo for TIMES Indonesia)
Salah seorang tokoh masyarakat Dieng Banjarnegara saat mengamati pohon kentang yang terimbas ebun es atau frost. (FOTO : Digdo Subagyo for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARA – Fenomena embun es atau frost yang turun sejak tanggal 25 Juli lalu membuat petani kentang di Dataran Tinggi Dieng (DTD) Banjarnegara, Jawa Tengah mulai dilanda kekhawatiran gagal panen. Ini karena tanaman kentang mulai terimbas.

TIMES Indonesia mendapat informasi,  Hingga Jumat (31/7/2020) diperkirakan lahan yang terimbas frost kisaran 10 hektar. Lahan tersebar di Desa Dieng Kulon Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan Kabupaten Wonosobo.

Lokasi terparah berada di sekitaran Candi Sentiyaki. Saat ini para petani yang lahannya terimbas mulai dilanda kekhawatiran gagal panen. Jika gagal panen kerugian bisa mencapai milyaran rupiah.

Suhu-ekstrim-Banjarnegara.jpg

Embun es muncul karena suhu udara terus minus di pagi dini hari. Pada Jumat pagi tercatat minus 3 derajat Celcius. Hari sebelumnya, bahkan minus 4 derajat Celcius.

Sejumlah warga  juga menyampaikan suhu sangat dingin pada malam hari ini, Jumat (31/7/2020) pukul 21.00 WIB.

 "Suhu udara tadi dini hari minus 3 di Dieng. Kerusakan tanaman kentang seperti layu daun  saat ini semakin meluas, mungkin mencapai 10 hektare" kata Digdo Subagyo yang juga sebagai Ketua Yayasan Taman Syailendra Dieng.

Palal, salah seorang petani Asal Dieng Kulon Kecamatan Batur saat dikonfirmasi TIMES Indonesia, Jumat malam menyampaikan bahwa frost yang turun berturut - turut bisa mematikan tanaman kentang. Apalagi untuk tanaman kentang berumur kurang dari 50 hari.

"Tanaman kentang kami yang terimbas sudah berumur 78 hari. Sedang masa panen kentang umur 90 - 100 hari. Mudah - mudah sampai umur 90 hari tidak ada bun upas (embun es) lagi," harapnya.

Palal harus menunggu sampai umur 95 hari agar hasilnya bagus.  Karena  jika dipanen pada umur 78 hari, kulit umbi masih lecet dan pembesaran umbi belum maksimal

Palal menjelaskan, yang lebih rentan mati adalah tanaman kentang umur di bawah 50 hari. Namun jika batangya masih segar maka bisa panen walaupun tidak maksimal. Tapi jika batangya ikutan layu dan membusuk maka kerugian besar  bagi petani. Karena biaya bibit, pemupukan dan obat - obatan sangat mahal.

"Terus terang, untuk tanaman saya kan sudah berumur 78 hari. Dan rencananya  akan dipanen hari ke 90. Di umur 78 hari memang  imbasnya tidak terlalu  fatal," katanya. 

Palal berharap suhu udara bisa naik atau plus di pagi hari.

Diakuinya hingga saat ini petani belum menemukan cara efektif menyiasati embun es pada tanaman kentang. Tahun sebelumnya ada beberapa petani berusaha memasang atap plastik transparan. Namum pada saat frost tebal atau mines tetap saja tembus dan mematikan tanaman kentang.

"Sebenarnya jika  batang tanaman masih sehat bisa semi lagi. Hanya saja pertumbuhannya tidak normal. begitupun dengan umbinya (kentang)," kata Palal.

Camat Batur Hartoyo S.Sos saat dikonfirmasi Jumat malam belum dapat  memberikan keterangan secara rinci perihal kerusakan tanaman kentang. Namun ia membenarkan jika suhu udara di Dataran Tinggi Dieng masih sangat dingin.

Hal yang sama juga disampaikan Babe Sholahudin anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Banjarnegara asal Dieng. "Embun es atau frost ini turun setiap tahun di Dieng dan sering menyebabkan kerusakan pada tanaman kentang umur di bawah  70 hari," katanya.  (*)

Edisi-Sabtu-1-Agustus-2020-Embun-Es.jpg

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES