Kopi TIMES

Mengembalikan Kejayaan Partai Golkar, Mampukah?

Kamis, 16 Juli 2020 - 10:23 | 57.86k
M Sufi Zulkarnaen, Alumni IPB/Pemerhati Sosial Politik Indramayu
M Sufi Zulkarnaen, Alumni IPB/Pemerhati Sosial Politik Indramayu

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Duapuluh satu tahun reformasi telah dilalui Partai Golkar dengan pasang surut kejayaan. Awal reformasi, Pemilu 1999 ditingkat nasional Partai Golkar hanya meraih sekitar 24 persen, terjun bebas dibanding Pemilu sebelumnya (Pemilu tahun 1997 memperoleh 74,15 persen suara). 

Begitu juga di Indramayu, Pemilu 1999 meraih 25,17 persen saja. Cukup memperkokoh diri sebagai runner-up setelah PDI-Perjuangan. Pada Pemilu 2004 di tingkat nasional, perolehan suara Partai Golkar dilihat dari presentase turun menjadi sekitar 23 persen tapi menjadi pemenang Pemilu, walaupun bukan mayoritas mutlak. Berbeda dengan Indramayu, perolehan suara Partai Golkar naik sampai 100 persen, sehingga perolehan kursi DPRD dari 10 pada Pemilu 1999 menjadi 20 kursi hasil Pemilu 2004.  Dua Pemilu pasca reformasi, tahun 1999 dan 2004, Partai Golkar di Indramayu dinahkodai oleh Bapak Achmad Djahidin, sekaligus terpilih sebagai Anggota DPR RI. 

Pada Pemilu 2009 ditingkat nasional perolehan suara Partai Golkar mengalami penurunan sangat drastis dengan hanya meraih sekitar 14 persen suara. Partai Golkar tidak dapat mengelola kekuasaan untuk mencapai hasil perolehan suara maksimal. Begitu juga di Indramayu gejala ini terjadi, walaupun ada kenaikan tetapi tidak signifikan hanya menambah 4 kursi saja dari 20 menjadi 24. Kala itu, kader-kader Partai Golkar menduduki kursi tertinggi di eksekutif (Bupati), di legislatif sebagai Ketua DPRD dan mayoritas di DPRD.  Sejatinya peluang dan kesempatan tersebut seharusnya bisa dikelola supaya hasil lebih baik lagi. Saat itu Ketua Partai Golkar sekaligus menjabat Bupati Indramayu 2 periode, yaitu Bapak Irianto MS Safiuddin atau dikenal dengan panggilan Yance. 

Pemilu 2014, secara nasional Partai Golkar kembali menjadi runner-up dengan perolehan suara 14,75 persen. Di Indramayu perolehan suara menurun dan perolehan kursi DPRD dari 24 menjadi 19 kursi. Terulang kembali posisi penting Bupati, Ketua DPRD dan mayoritas Anggota di legislatif seolah-olah tidak ada gunanya bagi kejayaan Partai Golkar di Indramayu. Kala itu Ketua Partai Golkar di Indramayu dijabat oleh Bapak Daniel Muttaqin Safiuddin, yang notabene putra dari Ketua Partai Golkar sebelumnya dan Bupati Indramayu, sekaligus sebagai Anggota DPR RI. 

Pemilu 2019, hasil perolehan suara Partai Golkar secara nasional kembali turun bahkan peringkat juga turun menjadi urutan ke-3 dengan perolehan 12,31 persen suara. Urutan pertama PDI-Perjuangan dengan 19,33 persen suara dan kedua Gerindra dengan 12,57 persen suara. Di Indramayu perolehan suara naik sehingga perolehan kursi naik dari 19 kursi menjadi 24 kursi. Periode ini Partai Golkar dipimpin oleh Bapak Supendi, mantan Birokrat tertinggi di daerah dan sebagai Bupati setelah menggantikan Bupati sebelumnya yang mengundurkan diri.

Perolehan suara pada Pemilu 2019 semestinya mendorong Partai Golkar membangun kembali infrastruktur partai yang belakangan kurang terurus dan tercerai berai. Bukan tidak mungkin Partai Golkar tumbuh menjadi kendaraan paling siap menghadapi Pilkada 2020 dan pesta demokrasi 2024. Partai Golkar selayaknya terbangun dari tidur lelap dan sadar akan perlunya membangun suatu kekuatan, tidak hanya mendompleng pada “kekuatan kekuasaan semu”, kekuatan pada posisi eksekutif dan mayoritas di legislatif, yang selama ini hanya dimanfaatkan untuk orang tertentu saja. 

Pengalaman pasca reformasi di Indramayu membuktikan posisi Bupati, Ketua DPRD dan mayoritas di DPRD belum menjamin dapat mengembalikan kejayaan Partai Golkar di Indramayu. Posisi-posisi bergengsi tersebut hanya bisa diraih dan dikelola untuk kejayaan Partai Golkar bila roda organisasi dan mesin Partai Golkar berjalan dengan baik dan solid. Tentunya dengan kepimpinan yang elegan dan benar-benar berkarya untuk kemajuan Partai. Penerapan kembali PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela) juga seharusnya menjadi dasar pemimpin dan kepemimpinan Partai Golkar ke depan.

Perlunya konsolidasi dalam tubuh organisasi Partai Golkar, sudah menjadi kebutuhan. Cara-cara represif, oligarki, dan memaksakan (pola pemaksaan) kehendak dengan menghalalkan segala cara atas kekuasaan yang dijalankan selama ini oleh rezim turun temurun, berujung pada kerugian partai karena dinilai tidak demokratis dan terlihat pada penilaian dan sikap oleh masyarakat yaitu hasil Pemilu yang ada. Masyarakat menilai dan merasakan doktrin karya dan kekaryaan yang dimiliki oleh Partai Golkar tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Konsolidasi dalam tubuh partai, satukan kekuatan untuk mendukung kebijakan berdasarkan aturan, melepaskan cengkraman kekuasaan rezim yang sarat akan kepentingan dan merugikan Partai Golkar, sudah sangat mendesak untuk segera disikapi secara tegas dengan akal sehat demi merebut kembali kejayaan Partai Golkar.

Konsolidasi pada tubuh Partai Golkar di Indramayu adalah bukan hal mudah untuk dilakukan. Benih-benih perubahan yang muncul pasti akan “dihabisi” sebelum berkembang, tentunya dilakukan oleh rezim yang telah nyaman dengan kekuasaannya. Kehadiran benih-benih perubahan dianggap sebagai benalu oleh rezim tersebut sehingga menghalalkan berbagai cara untuk menghabisinya. Bisa jadi menganggap semua pergerakan yang dilakukan oleh benih-benih perubahan sebagai institusional (tidak sesuai aturan), padahal sudah dilakukan sesuai dengan aturan yang ada. Hal lain bisa juga pelaksanaan MUSDA ini, dianggap illegal. Banyak cara akan dilakukan oleh rezim untuk mempertahankan kekuasaan yang sarat akan kepentingan. Kesatuan tekad dan keteguhan sikap mengusung perubahan harus dimiliki olek kelompok benih-benih perubahan untuk melawan itu semua. 

Kini saatnya mengembalikan kejayaan Partai Golkar. Forum Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar dijadikan ajang berpikir rasional, objektif dan kritis menghadapi berbagai tantangan yang cukup berat dalam situasi dan kondisi yang sudah berubah. Perhelatan politik internal partai berlambang pohon beringin ini jangan sekedar menjadi pertarungan antar kandidat, apalagi menjadi ajang pragmatisme ditingkat elite yang berakibat negatif terhadap perjalanan partai dengan terjadinya ; a) Kepemimpinan, rekrutmen kader dan perilaku politik transaksional, b) Komunikasi politik timbal balik terhambat dengan ormas-ormas pendukung yang memiliki historis, c) Soliditas dan solidaritas fungsionaris tidak tercipta serta tidak optimalnya peran jajaran kepengurusan partai di semua tingkatan. 

Musda kali merupakan kesempatan untuk lepas dari “kekuatan kekuasaan” yang cenderung mengambil keuntungan untuk pribadi dan merugikan partai. Arena pembuktian bagi generasi progresif visioner yang berkomitmen pada penerapan PDLT dan doktrin karya kekaryaan pada setiap langkahnya, semata-mata bertujuan untuk kejayaan Partai Golkar ke depan, bukan hanya kumpul-kumpul rutin, bahkan hanya untuk melanggengkan kembali oknum-oknum yang cenderung mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan organisasi. Jika ini masih terjadi, tujuan dari digelarnya perhelatan Musda untuk konsolidasi organisasi menuju kejayaan Partai Golkar ke depan adalah suatu keniscayaan.

Perhelatan politik internal Partai Golkar juga harus mampu merumuskan jalan keluar terhadap hal-hal krusial yang terjadi di daerah ini, seperti : 1) Pertumbuhan ekonomi hanya 1,3% (sebelum Covid-19), 2) Penanganan dampak sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19 di masyarakat, 3) Pemulihan kondisi perekonomian masyarakat akibat pandemi Covid-19, 4) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 5) Rata-rata lama belajar usia sekolah hanya 5,8 tahun (artinya rata-rata penduduk Indramayu tidak tamat SD), 6) Pelayanan Kesehatan sangat rendah, 7) KKN (Korupsi, Kolusi Nepotisme) merajalela, 8) Jual beli jabatan terjadi dihampir semua sektor/bidang, 9) Lemahnya penegakan hukum dan HAM, 10) Rendahnya kesejahteraan rakyat, 11) Kurang berkembangnya pembangunan di daerah dan masyarakat. 

Sangatlah rasional perhelatan politik internal Partai Golkar melalui MUSDA ke X (baca : ke-10) ini menjadi sangat penting dalam rangka merumuskan jalan keluar dari tantangan tersebut diatas, serta mewujudkan kondisi masyarakat madani, sejahtera, adil dan makmur sebagai investasi politik Partai Golkar menuju kejayaannya kembali. Keberanian melakukan perubahan dalam tubuh Partai Golkar dengan memilih pemimpin yang berani melakukan perubahan, progresif, visioner, melepaskan diri dari momok ketakutan yang berlebihan, dan ketergantungan yang sangat tinggi, mutlak dibutuhkan oleh Partai Golkar Indramayu untuk menjawab tantangan itu semua. 

Selamat ber-MUSDA Partai Golkar Indramayu, semoga lahir pemimpin yang dapat mengembalikan kejayaan Partai Golkar ke depan.

***

*) Oleh : M Sufi Zulkarnaen, Alumni IPB/Pemerhati Sosial Politik Indramayu

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES