Kopi TIMES

Menyoal Minat dan Bakat Siswa dalam Belajar

Kamis, 16 Juli 2020 - 01:05 | 123.86k
Evi Fitriyani, Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Pamekasan (Madura). 
Evi Fitriyani, Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Pamekasan (Madura). 

TIMESINDONESIA, MADURA – Banyak hal terjadi dikalangan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, lupa dan bahkan jenuh akan belajar lagi. Tidak banyak siswa mengalami perkembangan di setiap tahunnya. Ya mungkin ada, tapi itu minoritas, mayoritas dari anak-anak sekarang hanya berfokus pada mainan saja.

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak dari sebagian siswa yang sudah tidak suka dengan pelajaran di sekolah. Sehingga membuat kebanyakan siswa tidak suka belajar atau tidak care lagi terhadap pelajaran. 

Jika kita teliti anak-anak sekolahan sekarang sudah paham dan mayoritas sudah megang HP, yang selayaknya atau biasanya megang buku dan pada zaman sekarang sudah banyak yang megang HP. Sungguh miris sekali jika siswa terus-terusan seperti ini, sudah tidak suka belajar lagi. Maka dari itu sangat berperan lagi bagi para siswa adalah orang tua. Karena orang tua adalah sebagai motor penggerak kemana anaknya akan menjadi suatu kebanggaan bangsa dan Negara.

Tidak hanya orang tua yang menjadi motor penggerak bagi peserta didik, namun pendidik (guru) juga sangat berperan dalam mengajarkan peserta didiknya dalam hal belajar. Namun, sebelum orang lain yang merubah peserta didik (siswa) untuk dapat mencintai pelajaran maka terciptanya atau terbentuknya minat dari si peserta didik tersebut. Maka dari itu, minat sangat dibutuhkan sekalil dalam belajar. Dan tidak lupa pula bakat dari peserta didik (siswa) sangat penting dalam menopang kesuksesannya.

1. Terciptanya minat dalam belajar

Minat adalah kecenderungan atau keinginan hati yang tinggi untuk meraih apa yang kita inginkan terhadap sesuatu. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan oleh seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih, serius, semangat, dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan apapun, meskipun tantangan itu sulit sekalipun. Dengan adanya minat akan dapat berpengaruh terhadap sesuatu yang diminatinya, tanpa minat siswa tidak dapat mungkin melakukan sesuatu meskipun itu menyangkut pelajaran.

Sebagaimana Sardiman A.M. berpendapat dalam buku Psikologi Belajar bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang dapat dilihat dari ciri-ciri peserta didik, keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

Jadi, minat harus dapat ditumbuh kembangkan lagi bagi siswa, sehingga membuat siswa tersebut akan suka rela dan senang hati dan konsisten dalam melaksanakan pembelajaran, yang dengannya akan menjadikan anak atau siswa benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan belajar yang sesungguhnya. Peran orang tua dan pendidik (guru) harus dapat menjadi fasilitator bagi si peserta didik (siswa) dalam hal membentuk atau menjadikan anak minat lagi dalam hala belajar.

Dengan minat pula dapat mempengaruhi intensitas cita-cita, berprestasi dalam belajar. Minat tidak dibawa sejak lahir, namun terbentuk setelahnya. Maka orang tua sejak dini harus dapat mendidik anak-anaknya untuk dapat mencintai ilmu pengetahuan, baik itu ilmu pengetahuan umum maupun agama. Sehingga minat yang dimiliki sejak kecil akan terbawa sampai dia dewasa. 

2. Menggali bakat peserta didik (siswa)

Bakat adalah kondisi atau kualitas yang dimiliki seseorang, yang memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa mendatang. Bakat bisa diartikan sebagai kemampuan bawaan yang berupa potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan dan dilatih lagi. Maka dari itu, peserta didik (siswa) harus dapat menemukan kemampuannya atau bakatnya dalam hal apa? Karena bakat masih membutuhkan latihan, perlu digali, agar dapat terwujud secara nyata dan memungkinkan peserta didik (siswa) untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu.

Sama halnya dengan pendapat Wiliams B. Michael dalam buku Psikologi Belajar yang memberikan definisi bakat yaitu sebuah kemampuan seseorang atau potensi dan perilaku seseorang yang dapat membutuhkan latihan sebelumnya walaupun sedikit. Dan juga Woodworth dan Marquiz mendefinisikan bakat sebagai prestasi yang dapat diprediksi dan dapat diukur dengan tes tertentu.

Sebagai siswa harus dapat menemukan bakatnya sendiri, karena bakat merupakan potensi terpendam dalam diri seseorang. Siswa sebelum mengembangkan bakatnya haruslah ada minat yang merupakan faktor utama bagi pengembangan bakat. Karena bakat tanpa minta akan tidak ada gunanya. Artinya, minat yang tinggi dan terus menerus menggali bakat yang terpendam ini akan membuat orang tersebut mampu melakukan sesuatu sekalipun atau meskipun orang tersebut tidak memiliki bakat, dan bahkan sebaliknya berbakat tanpa minat akan sulit mengembangkan bakat tersebut.

Haruslah siswa sejak dini dapat menumbuhkan bakatnya sehingga dapat terpelihara sampai seterusnya atau sampai ke depannya. Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan bawaan yang tidak bisa orang tersebut ciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan orang lain, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik lagi.

Jadi, kesimpulannya yaitu sebagai orang tua dan pendidik (guru) harus dapat membimbing dan menstimulasi (merangsang) peserta didik (siswa) supaya dapat menciptakan minat sekaligus bakat yang sejak kini masih belum dikembangkan dan bahkan masih belum ditemukan potensi yang ada didalam dirinya. Bagi si siswa untuk dapat memahami bahwa pentingnya belajar bagi seksuksesannya nanti kelak sangat berguna sekali.

Setidaknya tanpa meninggalkan teknologi yang canggih saat sekarang ini, untuk dijadikan sebuah media yang berguna dan menunjang proses belajarnya, baik belajar di sekolah maupun di rumah. Siswa searif (sebijak) mungkin dapat menyeimbangkan antara waktu belajar dengan waktu bermain. Oleh karena itu, sebagai siswa yang dapat memahami tentang urgensi belajar itu sendiri maka tidak akan lepas dari adanya minat dan bakat yang harus diseimbangkan lagi demi menunjang atau menopang terhadap proses belajar, sehingga dekadensi minat dan bakat tidak ada lagi dalam proses pembelajaran, dan untuk menciptakan dan mencapai tujuan pembelajaran yang sebenarnya.

***

*)Oleh: Evi Fitriyani, Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Pamekasan (Madura). 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES