Kopi TIMES

Pergeseran Nilai dan Fungsi Masker

Rabu, 15 Juli 2020 - 15:37 | 63.28k
Mohammad Afifullah, Ketua Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas Islam Malang.
Mohammad Afifullah, Ketua Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas Islam Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Wabah Covid-19 belum berkahir dan upaya berbagai pihak untuk menghentikannya juga tidak berhenti bahkan terus ditingkatkan. Apalagi secara statistik kuantitas penderita virus ini hari perhari mengalami peningkatan dan belum menunjukkan indikasi penurunan yang menggembirakan.

Sebagai manusia yang berkeyakinan pada kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa tidak pantas kiranya mengedepankan rasa dan sikap pesimisme saat menghadapi berbagai ujian dan cobaan, karena dalam konsep agama Islam menyebutkan bahwa orang-orang yang putus asa termasuk golongan orang-orang yang mengkufuri nikmat. Tentu saja kondisi semacam ini bukanlah pilihan bagi orang-orang yang berkeyakinan kuat dan tetap survive di tengah musibah yang melanda.

Fenomena menarik yang terlihat saat ini di pinggir jalan adalah menjamurnya penjual masker dengan berbagai bentuk dan warna serta desain yang menarik para pembeli. Hal ini bisa dimaknai sebagai penegasian sikap pesimisme juga upaya menghindari atau mencegah penularan covid 19 lebih meluas, di samping juga menjadi lahan penghasilan yang cukup lumayan untuk bertahan menjaga ketahanan pangan juga ekonomi di tengah kondisi yang sulit.

Fungsi utama masker adalah melindungi diri dari masuknya berbagai virus melalui udara. Tentu saja usaha ini menjadi sesuatu yang sangat berguna dalam rangka mengurangi potensi penularan virus covid 19. Tidak cukup dengan penggunaan masker, kebiasaan hidup bersih menjadi kunci utama menghindari virius yang telah menjadi pandemi sejak akhir tahun 2019. 

Tampaknya fungsi utama masker sebagai pelindung diri dari serangan virus bergeser pada fungsi-fungsi lain yang tidak kalah baiknya. Paling tidak fungsi baru tersebut berkisar pada persoalan etika dan estetika.

Fungsi masker yang bersifat etika dapat bermakna bahwa masker berguna untuk melindungi diri dari celaan orang lain saat bersin agar tidak memberikan potensi penularan virus lebih parah. Juga aspek etika ini bermakna bahwa orang lain merasa dihargai karena diberi rasa aman dan nyaman ketika berdampingan dengan sesamanya yang lagi batuk ataupun bersin. Saling menghormati dan menghargai antar sesama biar tidak saling tular dan menulari penyakit menjadi kunci makna fungsi etika masker di kalangan masyarakat yang sedang terpapar pandemi. 

Rasa aman dan nyaman di antara sesama menjadi sesuatu yang mahal di tengah kondisi yang serba tidak menentu, apalagi orang yang terpapar virus Covid 19 sebagian tidak menunjukkan gejala sebagaimana kebanyakan orang sakit. Wajar apabila fungsi etika menghormati orang lain agar tidak tertular virus merupakan pilihan bijak bagi masyarakat tetap disiplin menggunakan masker terutama di tempat-tempat kerumunan.

Fungsi estetika merupakan alih pergeseran selanjutnya dari penggunaan masker. Dari sekedar alat pelindung manusia dari serangan berbagai virus, dari yang biasa sampai yang mematikan, masker bermetamorfose sebagai fashion yang indah dan mempesona. Masker bukan lagi sebatas alat keamanan atau proteksi tetapi berubah menjadi instrumen yang dapat mempercantik pemakainya dengan berbagai desain, warna, ukuran, dan bahan pembuatannya.

Tengok saja betapa kreativitas pembuat masker peka dan jeli terhadap pangsa pasar di segenap segmen. Dari segi warna, Anda akan menjumpai beragam warna masker yang menarik orang lain (konsumen). Mata konsumen dimanjakan dengan warna-warni masker yang indah sehingga sedap dipandang indera penglihatan. 

Pada aspek utilitas sampingan, masker dimanfaatkan sebagai instrumen penegas dari berbagai kelompok sosial atau institusional. Dengan kata lain, masker dibubuhi simbol-simbol organisasi, baik pemerintah maupun non pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan, satuan kerja tugas tertentu, dan sebagainya.

Dari sini sebenarnya nilai guna dan fungsi masker berkembang dan bergeser secara massif dari sekedar alat proteksi diri ke ranah fashion yang sangat elok dan menawan. Bahkan nilai guna tersebut terasa sebagai alat publikasi bagi kelompok-kelompok sosial yang menunjukkan eksistensi dirinya di tengah masyarakat.         

Pergeseran nilai fungsi masker tetap dianggap dalam kerangka kewajaran jika tidak menegasikan fungsi utama masker, yakni sebagai proteksi diri dari berbagai serangan virus. Nilai fungsi selain itu cukup dijadikan sebagai indikasi dinamika budaya dalam berbusana memakai masker agar terlihat nilai estetikanya. Wallahu a’lam bishawab

***

*)Oleh: Mohammad Afifullah, Ketua Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

_________
*)
Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES