Kopi TIMES

Heutagogi: Pedagogi Baru di Era Normal Baru

Selasa, 14 Juli 2020 - 20:40 | 174.79k
Ady Akbar Palimbang, Pengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ady Akbar Palimbang, Pengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar.

TIMESINDONESIA, MAKASSARPASCA hancurnya Jepang akibat bom atom yang menghantam kota Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 silam, Kaisar Hirohito tidak lantas bergeming. Kaisar yang bertahta pada 1926 hingga 1989 tersebut segera membangun kembali negerinya yang telah lumpuh.

Langkah pertama yang ditempuh Kaisar Hirohito yakni memerintahkan menterinya agar bergegas menghitung jumlah guru yang masih hidup. Bahkan sejak saat itu, Kaisar Hirohito aktif bergerilya mendatangi para guru untuk memberikan perintah secara langsung agar melaksanakan pendidikan yang bermutu. Alhasil, hanya berselang beberapa dekade, Jepang bangkit menjadi negara yang maju. 

Selain cerita Kaisar Hirohito, ada cerita yang tak kalah menariknya dari Turki. Ketika memimpin kesultanan Utsmaniyah, Sultan Murad II tidak hanya aktif mengurus roda pemerintahan, namun jauh daripada itu, Sultan Murad II juga masif mengirimkan banyak guru untuk mendidik putranya, yakni Sultan Mehmed II yang mentereng kita kenal sebagai Sultan Muhammad Al Fatih, penakluk Konstantinopel.

Guru-guru yang pernah dikirim Sultan Murad II untuk Al Fatih antara lain Molla Gorani dan Syaikh Aaq Syamsuddin. Dua orang ini merupakan ulama besar di zamannya yang banyak mempengaruhi karakter dan pemikiran Al Fatih. Bahkan Syaikh Aaq Syamsuddin diyakini sebagai penakluk Konstantinopel yang sebenarnya karena dari doktrin dan pemikiran beliaulah Muhammad Al Fatih menyerang Konstantinopel.

Kisah Kaisar Hirohito yang bergerilya mencari guru dan kisah Sultan Murad II yang mengirimkan banyak guru untuk mendidik Sultan Al Fatih memberikan pesan kepada kita bahwa guru memiliki peran strategis dan fundamental untuk memajukan kualitas suatu bangsa. Oleh karena itu, menjadi tugas pokok seorang guru agar terus belajar demi meningkatkan kapabilitas dan kompetensinya. 

Sebagaimana yang termaktub dalam UU nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedadogi. Pedagogi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara membimbing dan menghadapi peserta didik. Ahli pendidikan Amerika Malcolm Knowles mengatakan bahwa pedagogi merupakan ilmu dan seni dalam mendidik. Sementara itu, dalam Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogi merupakan kemampuan guru mengelola pembelajaran. Singkat kata, kompetensi pedagogi merupakan kompetensi yang berkaitan tentang cara mentranmisikan ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada kepada peserta didik.

Revolusi digital yang terjadi dewasa ini memantik perubahan sistematik dalam ekologi pendidikan. Perubahan ini berimplikasi pada berkembangnya tuntutan profesionalitas guru. Oleh karen itu, guru harus responsif dan adaptif agar perannya tidak teralienasi oleh teknologi.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi guru adalah menghadirkan pembelajaran yang menarik bagi generasi milenial yang juga merupakan kelompok digital native. 

Belangan pasca penerapan program ‘belajar dari rumah’ atau Study From Home (SFH) akibat pandemi Covid-19, penggunaan fitur digital kian masif karena guru dintuntut melaksanakan pembelajaran daring. Gurupun didorong agar menghadirkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kultur digital, termasuk juga dalam kondisi SFH seperti sekarang ini. 

Salah satu pendekatan pembelajaran yang relevan dengan kultur generasi milenial yang banyak berkutat dengan teknologi adalah pendekatan heutagogi. Heutagogi merupakan paradigma baru dalam pembelajaran yang lahir dari rahim kompleksitas zaman yang masif dengan penggunaan piranti teknologi. Pendekatan Heutagogi merupakan ekstensi dan pembaruan dari pedagogi.

Stewart Hase dan Chris Kenyon (2013) mengatakan bahwa heutagogi relevan untuk direalisasikan sekarang ini karena memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan pilihan secara bebas tentang apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Hal ini tentu menjadi sangat mungkin mengingat kehadiran teknologi memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mengakses berbagai sumber belajar. 

Pelaksanaan pembelajaran heutagogi lebih menekankan pada tingkat kemandirian (higher level of autonomy) dan kematangan peserta didik dalam belajar. Melalui pendekatan heutagogi,  peran guru hanya sebatas menyediakan sumber belajar yang bisa diakses peserta didik secara online. Dengan cara ini peserta didik bebas memutuskan dan mempelajari media yang telah disiapkan.

Waras Kamdi (2018) mengemukakan bahwa heutagogi ibarat menghidangkan makanan dengan bentuk prasmanan, di mana  orang yang akan menikmati hidangan memiliki kebebasan untuk memilih apa yang akan disantap, media apa saja yang pas untuk digunakan dan bagaimana cara menyantapnya. Hal ini tentu jauh berbeda dengan konsep pedagogi di mana seorang guru harus ‘menyuapkan’ makanan kepada peserta didik.

Pendekatan heutagogi memerlukan kesiapan dan kemandirian belajar yang lebih tinggi karena hampir sepenuhnya terpusat pada peserta didik. Pada tataran implementasi, guru harus memberikan penguatan (reinforcement) kemandirian belajar. Terakhir, guru dituntut agar terus memutakhirkan kompetensinya dalam rangka menjawab tantangan zaman yang makin hari makin kompleks.

Bagaimanapun, kehadiran guru profesional adalah embrio kemajuan suatu bangsa. Konsekuensi logisnya, guru musti terus belajar dan membuka diri terhadap pergulatan globalisas dan revolusi digital. 

***

*)Oleh: Ady Akbar Palimbang, Pengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

_______
*)
Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES