Ekonomi

Kegigihan Milenial Kota Kediri Merintis Bisnis Cokelat Bubuk, Omzet Capai Rp15 Juta

Sabtu, 11 Juli 2020 - 23:27 | 115.40k
Arif pengusaha coklat bubuk kemasan dengan alat usaha pengolah coklat bubuk kemasan. (Foto: Protokol dan Pimpinan Sekretariat Daerah Kota Kediri)
Arif pengusaha coklat bubuk kemasan dengan alat usaha pengolah coklat bubuk kemasan. (Foto: Protokol dan Pimpinan Sekretariat Daerah Kota Kediri)

TIMESINDONESIA, KEDIRI – M. Arif Akhbar adalah pengusaha muda di Kediri. Ia kini tengah mengembangkan usaha cokelat bubuk kemasan dengan merek Chocolazo dari Banjaran, Kecamatan Kota, Kota Kediri yang sukses.

Awalnya ia tinggal di Jakarta, namun karena mengurus kakeknya yang sakit, ia dan keluarga pindah ke Kota Kediri. Selama tinggal di Kediri mulai 2014, Arif berpikir untuk melakukan sesuatu yang tak jauh-jauh dari studinya, Teknologi Pangan IPB.

Sebelumnya, Arif pernah bekerja di perusahaan walet Bojonegoro dan perusahaan biskuit di Surabaya. Namun ia ingin mandiri dan menjadi pengusaha makanan yang sukses. Akhirnya ia memutuskan untuk memulai usaha bubuk cokelat.

"Ayah saya menyarankan untuk mengolah cokelat. Kebetulan ayah memang pernah ada di bidang percokelatan,” kata Arif.

Tahun 2019 ia mulai merintis usahanya dengan mengolah cokelat. Arif spesialis cokelat houseblend customize. Untuk bahan, Arif mengambil bahan kakao dari Sulawesi, penghasil kakao ketiga terbesar di dunia.

Arief kemudian menekuni bidang pengolahan cokelat ini. Akhirnya ia berhasil membuat 4 varian cokelat bubuk yaitu dark brown, milk choco, origin, dan light choco.

Light choco melalui natural process, rasanya sedikit asam. Sedangkan dark brown menggunakan teknik dutch, yaitu press cokelat dengan basa hingga hasil lebih hitam dan berat rasa coklatnya. Dengan mesin percampur cokelat berkapasitas 50kg.

Ia gigih menawarkan bubuk cokelatnya dengan beragam cara, bahkan sistem pemasaran door to door pun ia jalani.

Hargan cokelat bubuk ini per kemasan 250gr, original Rp 25.000, milk chocolate Rp 27.000, light chocolate Rp 30.000, dan dark brown chocolate Rp 38.000. Sedangakan barista mate (custom houseblend) Rp 155.000/kg.

Sebelum Covid-19, omzetnya mencapai Rp 10juta-Rp 15juta/ bulan. Namun selama Covid-19, omzetnya tinggal Rp 2juta-Rp 3juta/bulan. Hanya ia tidak putus asa. Apalagi ia merasa ada banyak dukungan termasuk dari Pemkot Kediri.

“Pemkot lewat Indag membantu pengurusan sertifikat halal dengan fasilitasi pelatihan sertifikasi auditor halal untuk produk saya. Pemkot juga membekalinya dengan berbagai pelatihan untuk mengembangkan penjualannya,” kata Arif.

Kini, selain tetap door to door, pengusaha muda di Kediri ini juga memasukkan produknya ke marketplace. Pembelinya pun meluas mulai dari Bali, Pekanbaru, hingga Jakarta. “Cita-cita saya punya food industry asli Kediri dan bisa ekspor,” katanya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Kediri

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES