Kopi TIMES

Dangdut Koplo dan Dominasi Penguasa Industri Musik

Sabtu, 11 Juli 2020 - 12:25 | 134.93k
Robi Tri Widananto, Mahasiswa S1 jurusan Sastra Inggris di UIN Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Robi Tri Widananto, Mahasiswa S1 jurusan Sastra Inggris di UIN Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Beberapa waktu yang lalu, Indonesia di ramaikan dengan fenomena Sobat Ambyar. Para penggemar-penggemar musik almarhum Didi Kempot ini perlahan menaikkan popularitas musik dangdut di kancah permusikan Indonesia. Musik dangdut yang sebelumnya sempat jarang diminati oleh masyarakat perlahan mulai berkembang, terutama di kalangan muda mudi Indonesia.

Naiknya popularitas musik dangdut  membuat para musisi-musisi dangdut yang baru mulai bermunculan. Beberapa musisi-musisi dangdut yang baru tersebut antara lain Denny Caknan, Happy Asmara, Guyon Waton dll. Musisi-musisi tersebut membawakan lagu yang bergenre dangdut atau biasa dikenal sebagai Dangdut Koplo. Namun, apakah masyarakat sadar bahwa musik Dangdut Koplo akhir-akhir ini mempunyai pola-pola lirik yang hampir sama? Dan apa efeknya terhadap para pendengar musik Dangdut Koplo?

Mudahnya akses ke platform-platform yang menyuguhkan musik Dangdut Koplo, membuat tingkat kepopuleran musik dengan genre ini semakin meningkat Pada platform Youtube tentunya kita sering melihat musik Dangdut Koplo bertengger pada puncak kolom Trending dan terlebih lagi, rata-rata video klip musik tersebut sudah ditonton jutaan kali. Sayangnya, banyak masyarakat terutama para muda-mudi belum sadar atau acuh dengan pola lirik yang rata-rata sama, yaitu yang membahas soal kisah cinta remaja lengkap beserta suka dukanya.

Para pendengar musik Dangdut Koplo terutama para muda mudi hampir sebagian besar berangkat dari pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi pada saat menjalin hubungan dengan pasangannya, mereka sering kali di hinggapi perasaan senang dan sedih. Hal tersebut dapat dibuktikan ketika kita melihat potongan-potongan video yang sering kita jumpai di Instagram atau Youtube. Mereka seringkali terlihat menghayati dan sampai menangis dalam mendengar musik Dangdut Koplo karena mereka beranggapan bahwa musik tersebut sejalan dengan pengalaman pribadi mereka.

Pola-pola lirik lagu Dangdut Koplo ini bukan timbul begitu saja, mereka diciptakan. Para pemilik modal atau penguasa industri musik Dangdut Koplo menciptakan pola lirik yang sama untuk melanggekan dominasi mereka. Masyarakat atau pendengar secara tidak sadar akan terus mengikuti arus yang sudah diciptakan oleh para penguasa industri musik dan pada akhirnnya para penguasa industri musik ini akan terus meraup keuntungan dari para pendengar.

Salah satu Sosiolog Jerman Theodor Adorno dalam esainya yang berjudul “On Popular Music” menjelaskan bahwa musik populer terdapat sebuah Standarization atau standarisasi. Standarisasi yang dimaksud adalah menciptakan pola-pola musik yang sama mulai dari lirik hingga secara musik keseluruhan. Pola lirik yang sama dan bersifat repetitif ini akan menimbulkan pendengar yang pasif.  Dalam konteks ini pasif berarti pendengar lagu Dangdut Koplo akan sulit untuk memperluas sisi imajinatif ataupun juga sulit memperbanyak ragam genre musik yang mereka dengarkan.

Selain itu juga, hal tersebut akan terus menguntungkan dominasi para pemilik modal atau penguasa industri musik Dangdut Koplo.  Di sisi lain dikhawatirkan juga apabila musik-musik tersebut memiliki pola lirik dan musikal yang sama akan cenderung membuat industri musik yang seragam dan menghilangakan pilihan-pilihan musik yang lain.  Musisi atau penulis lagu dalam hal ini harus bisa mengeksplorasi lirik dan musik itu sendiri pada jangkauan yang lebih luas. Hal tersebut berarti bahwa si musisi atau penulis lagu harus bisa menciptakan kualitas lirik dan musik yang lebih beragam dan tidak terpaku pola-pola yang sama.

Pada sisi pendengar, mereka harus membekali diri dengan wawasan musik yang luas agar tidak terpaku pada pola-pola musik musik yang sama dan repetitif. Selain itu juga membekali diri dengan wawasan musik yang beragam dapat membantu pendengar lebih dalam menggali musik yang di sukai. (*)

***

*)Oleh: Robi Tri Widananto, Mahasiswa S1 jurusan Sastra Inggris di Uin Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES