Peristiwa Nasional

Jumat Berkah: Kecintaan Shalat Nabi Muhammad

Jumat, 10 Juli 2020 - 08:02 | 127.81k
Ilustrasi - Shalat (FOTO: umroh)
Ilustrasi - Shalat (FOTO: umroh)

TIMESINDONESIA, MALANGNabi Muhammad SAW menjadi sosok pribadi yang gemar mengerjakan shalat. Kecintaannya beliau dengan shalat, sangat sulit dijelaskan untuk digambarkan dengan lidah maupun tulisan. Rasulullah Saw merasakan kedamaian yang hakiki tatkala mengerjakan shalat.

Menurut Aswaja NU Canter Kabupaten Malang, Shalat adalah munajat seorang hamba dengan menundukkan diri di hadapan yang maha kuasa. Oleh karena itu bagi Rasulullah SAW tidak ada yang paling nikmat selain mendekat kepada sang pencipta semesta. 

Dalam HR Tirmidzi, Rasulullah bersabda “Penentram hatiku terletak dalam shalat”.

Di samping cinta Rasulullah SAW yang begitu besar dengan shalat, Rasul tetap memiliki kasih sayang dengan umatnya. Beliau tidak semerta-merta memaksa umatnya untuk turut meniru kecintaan beliau terhadap shalat, dengan memberi perintah mengerjakan shalat sebagaimana apa yang beliau kerjakan. Pastinya tidak ada satu umat pun yang mampu menandingi shalat Rasulullah SAW. 

Suatu saat Rasullullah SAW masuk ke dalam masjid, beliau dikejutkan dengan tali yang memanjang di antara dua tiang Masjid. Rasulullah SAW bertanya: “Tali apa ini?”. Para Sahabat menjawab: “Itu tali mililk Zainab RA (istri Rasulullah SAW). Dia gunakan tali itu untuk shalatnya, hingga ketika dirinya merasa kendur (letih), maka dia ikatkan tubuhnya di tali itu”.

Rasulullah SAW lalu memerintah untuk melepaskan ikatan tali dari tiang masjid. Dalam HR Bukhari, Rasulullah SAW bersabda “Hendaklah kalian shalat dengan semangat. Ketika kalian merasa lelah, istirahatlah.” 

Dalam kisah itu, Zainab istri Rasulullah SAW ingin pula melakukan shalat sebagaimana semangat Rasulullah SAW ketika shalat. Namun Rasulullah SAW berkehendak lain. Beliau memang memerintahkan umatnya untuk selalu ingat kepada Allah Swt. Namun bukan berarti diterjemahkan bahwa Rasulullah SAW menuntut umatnya melakukan ibadah di luar batas wajar yang dapat berakibat sakit hingga tidak bisa beribadah kembali. Oleh karena itu pesan Rasulullah SAW yang paling mulia kepada umatnya adalah:

“Ketahuilah, amal kebaikan yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah yang paling langgeng (istiqamah) meskipun sedikit” (HR. Bukhari 4646)

Abdullah bin Amr bin Ash termasuk sahabat yang giat beribadah. Dia bertanya kepada  Baginda Nabi: “Wahai Rasulullah SAW, selama apakah aku harus mengkhatamkan al-Quran?” “Sebulan” Jawab Rasulullah SAW. “Aku bisa lebih dari itu”. “25 hari”.

Jawab Rasulullah SAW. “Aku bisa lebih banyak dari itu” “20 hari” Jawab Rasulullah SAW. “Aku bisa lebih banyak dari itu” “15 hari” Jawab Rasulullah SAW.

“Aku bisa lebih banyak dari itu” “7 hari” “Aku bisa lebih banyak dari itu” “Orang yang mengkahtamkan al-Quran tidak kurang dari tiga hari dia tidak meresapi al-Quran” pungkas Rasulullah SAW. 

Prinsip utama Rasulullah SAW adalah hambanya dapat beribadah dengan normal. Tidak menghabiskan semua waktunya beribadah sehingga kelelahan dan tidak pula berleha-leha mengabaikan pentingnya ibadah. Sketsa beribadah normal adalah jalan tengah yang ditempuh oleh Baginda Nabi. Sebab agama Islam tidak hanya diturunkan kepada orang-orang tertentu.

Ajaran islam disampaikan kepada yang besar dan yang kecil. Laki-laki dan perempuan. Yang kuat dan yang lemah. Yang kaya dan yang miskin. Risalah islam berlaku bagi segenap manusia di penjuru alam tanpa batasan.

Muadz bin Jabal kembali ke klannya Bani Salamah. Di sana, Muadz yang sudah lama mengenyam pendidikan bersama Rasulullah SAW didapuk menjadi Imam shalat. Dia pun shalat sebagaimana biasanya. Namun pada rakaat pertama surat yang dibaca adalah surat al-Baqarah. Hal ini membuat seorang makmum memutus shalat dan memilih shalat sendirian tidak berjamaah. Kejadian ini kemudian didengar oleh Muadz. Dia lalu menuduh orang tersebut sebagai munafik.

Tuduhan Muadz itu ganti didengar oleh orang tersebut. Dia lalu datang menemui Rasulullah SAW melapor: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah para pekerja yang menggunakan kedua tangan kami untuk bekerja dan menyirami kebun. Kapan hari, Muadz mengimami kami dan membaca salat al-Baqarah. Akupun memilih shalat sendiri. Namun justru aku dituduh sebagai seorang munafik”.

Rasulullah SAW berkata kepada Muadz: “Wahai Muadz, apakah engkau hendak membuat orang lari enggan berjamaah? Apakah engkau hendak membuat orang lari enggan ;berjamaah? Apakah engkau hendak membuat orang lari enggan berjamaah?. Jika engkau menjadi imam, bacalah surat was syamsi wa duhaha dan sabbihisma rabbikal a’la. Maupun ayat pendek lainnya. karena yang salat bersamamu ada yang tua, yang lemah dan orang yang mempunyai keperluan. (HR. Bukhari 6106)

Begitulah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Beliau sangat berbelas kasih kepada orang-orang yang shalat. Pesan beliau jelas. Jangan membuat mereka lama berdiri shalat hingga merasa kepayahan. Apabila ingin shalat dalam waktu yang lama, lakukan sendirian. Ibadah yang memiliki keterikatan dengan orang lain harus dilakukan dengan wajar dengan memperhatikan kondisi. Meskipun al-Baqarah yang dibaca Muadz memiliki fadilah yang besar. Namun Nabi Muhammad SAW lebih menganjurkan surat as-Syams. Urusan Allah SWTmemang penting namun memaksakan urusan Allah Swt se-enak hati tanpa mempedulikan orang lain itulah yang keliru.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES