Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Sufistik: Pengalaman Mistik (1)

Kamis, 09 Juli 2020 - 15:22 | 144.85k
ILUSTRASI. FOTO: pesantrencenter.id
ILUSTRASI. FOTO: pesantrencenter.id
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Para Sufi selalu berusaha mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT. Adanya konsep pensucian dan mendekatkan diri kepada Allah swt dapat digunakan sebagai paradigma pendidikan spiritual dan akhlak, hal ini dikarenakan pelaku tasawuf mengajarkan untuk kembali kepada Allah SWT yang merupakan fitrah manusia.

Pandangan Islam mengenai spiritual (religi) dan akhlah memerlukan dorongan kesadaran yang muncul dari hati manusia yang mengenali dirinya sendiri. Sehingga dalam mengeluarkan produk prilaku manusia dalam bentuk aksi atas interaksi dengan alam terjadi secara otomatis dengan penggerak hati yang sudah disadarkan terlebih dahulu untuk mengenal dirinya melalui praktek tasawuf dalam makna yang luas kepada Allah swt (taqarrub ilallah).

Perjalanan spiritual manusia mempunyai tingkatan yang itu harus semuanya berjalan secara beriringan. Menurut Ibnu Al- Arabi membagi empat tingkat yaitu pertama, syari’ah ialah segi esoteric hukum-hukum agama. Kedua, Thariqah ialah sebagai jalan mistik. Ketiga,haqiqah ialah mengenai kebenaran. Keempat, Ma’rifah ialah gnosis pengalaman begitu dekatnya dengan Allah SWT.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Didalam praktik empat tingkatan untuk menuju kepada Allah SWT  bisa dimaknai bahwa pada hukum Syari’ah ada kesadaran dalam diri manusia “milikmu dan milikku” maksutnya dimana hukum-hukum agama yang ada mengatur secara rinci hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Sedangkan dalam tataran thoriqoh atau jalan sufi dirumuskan “ milikku adalah milikmu, milikmu adalah milikku” yang mempunyai makna bahwa dengan sesama sufi itu harus selalu membuka diri bersama-sama menuju Allah SWT,dan harus terus bersatu karena sesama sufi adalah saudara.

Berikutnya ialah dalam tingkatan haqiqah, disini ada pengalaman spiritual baru “tidak ada milikku dan tidak ada milikmu” terjadi sebuah pengalaman spiritual yang tinggi dan fitrah dari perjalanan hidup ini untuk merasakan kebenaran dari rahasia sebuah kebenaran. Sedangkan ditingkatan yang berikutnya ialah ma’rifah disini memberikan gambaran bahwa yang ada  “tak ada saya ,dan tak ada anda” yang ada hanyalah Allah SWT.

Seorang sufi akan selalu berusaha untuk terus merealisasikan pengalaman spiritual bahwa yang ada seluruhnya adalah Allah SWT,dan tidak ada satupun yang terpisah dari Allah SWT. Itulah yang sering disebut dengan Mistik dalam perjalanan sufistik.

Para pemburu kehaqiqian sejati akan terus mengasah hatinya agar selalu bersih dari kotoran-kotoran hati dan terus berusaha mengisi hatinya dengan dzikrullah, maka pancaran nur ilahi akan terus terpancar kedalam hatinya.Tujuan jalan hati dan cinta adalah untuk mencapai “gunung dari cahaya gnosis dalam hati yang terdalam”. Cahaya gnosis itu ada dalam hati yang terdalam manusia dan bisa dicapai dengan perjalan spiritual hati dan cinta.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Imam Safi’i,S.Pdi,M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Kepala Bagian Keagamaan Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES