Peristiwa Daerah

Ketua Bamusi: Ada Pihak Gagal Paham dengan Konsep Ketuhanan yang Berkebudayaan

Rabu, 08 Juli 2020 - 13:30 | 21.24k
Ketua Bamusi Zuhairi Misrawi. (FOTO: Jawa Pos).
Ketua Bamusi Zuhairi Misrawi. (FOTO: Jawa Pos).

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Zuhairi Misrawi menilai, ada kesalahpahaman dengan konsep Ketuhanan yang Berkebudayaan. Bahkan, sampai muncul tudingan bahwa PDI Perjuangan berniat menghapus sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila.

“Ada yang ingin mengaburkan pemikiran dan jasa Bung Karno dalam menggali Pancasila. Padahal Bung Karno dalam Pidato Pancasila 1 Juni 1945 menegaskan pentingnya Ketuhanan Yang Maha Esa,” ujar Zuhairi dalam keterangan tertulis yang diterima TIMES Indonesia, Jakarta, Rabu (8/7/2020).

Kelompok itu, kata Zuhairi, berupaya secara sistematis, massif, dan terstruktur menyebarluaskan informasi yang menyesatkan dan menebarkan fitnah terhadap khazanah pemikiran Bung Karno.

Untuk memahami Ketuhanan yang Berkebudayaan, Zuhairi menjelaskan bahwa Bung Karno menyatakan hal berikut. 

Bangsa Indonesia bukan saja bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan dengan Tuhannya sendiri. Yang Muslim bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al-Masih. Yang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada pada mereka, dan begitu seterusnya agama-agama yang lain. Marilah kita semuanya bertuhan. Hendaknya negara Indonesia adalah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa’.

Zuhairi mengatakan, dengan pernyataan itu, Bung Karno hendak menegaskan bahwa Indonesia bukan negara sekuler dan tidak akan pernah menjadi negara sekuler. Karena dengan Ketuhanan Yang Maha Esa, hakikatnya setiap warga bertuhan.


“Karena bertuhan, kita sejatinya mempunyai budi pekerti yang luhur, saling menghormati, saling menghargai, tidak egois, dan tidak pula fanatik. Cara bertuhan yang seperti itu, menurut Bung Karno disebut ketuhanan yang berkebudayaan,” ujar pria yang akrab disapa Gus Mis.

Dalam konteks itu pula, lanjut budayawan muda Nahdatul Ulama (NU) itu, umat Islam harus menjadi penggerak kemajuan dengan terus membangun harmoni di antara sesama, menumbuhkan cinta tanah air, dan mengejar ketertinggalan dengan cara mengembangkan ilmu pengetahuan.

“Apa yang ditunjukkan oleh NU dan Muhammadiyah dalam mendorong harmoni, memperkuat solidaritas kebangsaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan selaras dengan cita-cita dan mimpi Bung Karno,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Zuhairi menyayangkan jika belakangan ini ekspresi keagamaan di ruang publik hanya dijadikan sebagai instrumen politik yang memecahbelah tali kebangsaan kita yang selama itu solid dan kukuh.

“Ada pihak-pihak yang secara sengaja hendak menggunakan agama sebagai alat politik yang memecah belah dengan cara menghembuskan fitnah dan provokasi yang tidak bertanggungjawab. Ini tentunya sangat disayangkan, karena sangat jauh dari esensi Ketuhanan Yang Mah Esa,” tandas Zuhairi Misrawi, Ketua Bamusi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES