Kopi TIMES

Mendongkrak Daya Beli Petani pada Era New Normal

Selasa, 07 Juli 2020 - 16:11 | 71.54k
Hayu Wuranti, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah. (Grafis: TIMES Indonesia)
Hayu Wuranti, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAWA TENGAH – Dampak yang ditimbulkan pandemi covid-19 masih dirasakan masyarakat termasuk para petani.

Faktor yang mempengaruhi petani yakni harga produk pertanian mengalami tekanan diakibatkan oleh panen raya musim tanam pertama.  Selain itu, terjadi gangguan distribusi akibat PSBB, penurunan daya beli masyarakat, melemahnya sektor ekonomi yang terkait dengan sektor pertanian seperti akomodasi, penyediaan makanan dan minuman serta jasa pemerintahan. Pada masa terjadinya pandemi covid-19, daya beli petani secara nasional terhadap produk dan jasa mengalami penurunan.

Kesimpulan mengenai melemahnya daya beli didasari oleh survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Januari sampai Mei 2020, dimana Nilai Tukar petani ( NTP) Februari 2020 sebesar 103,35 atau turun 0,01 persen dibanding NTP bulan Januari sebesar 104,16, dan terus menurun pada bulan Maret dan April menjadi masing-masing sebesar 102,09; 100,32, bahkan pada bulan Mei 2020 petani mengalami defisit sehingga NTP bulan Mei 2020 sebesar 99,47.

Salah satu penyebab turunnya NTP adalah berkurangya indeks harga hasil produksi pertanian, artinya hasil jual pertanian yang didapat berkurang, sehingga penerimaan terpangkas. Hal ini bisa disebabkan oleh turunnya harga, maupun turunnya volume penjualan. BPS mencatat NTP nasional periode Juni 2020 mengalami kenaikan tipis sebesar 0,13 persen.

Kenaikan ini karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,23 persen lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,11 persen. Kenaikan NTP pada Juni 2020 disebabkan oleh naiknya indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.

Kenaikan NTP Juni 2020 juga dipengaruhi oleh naiknya NTP di tiga subsektor pertanian, yaitu NTP subsektor tanaman pangan sebesar 0,04 persen, subsektor peternakan sebesar 1,69 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,38 persen. Sementara itu, NTP pada dua subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu Subsektor Hortikultura sebesar 1,15 persen, dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,04 persen. 

Walaupun NTP pada Juni 2020 mengalami kenaikan tipis, namun terjadi defisit pendapatan petani yang dapat menyebabkan menurunnya daya beli petani di daerah perdesaan sehingga perlu diwaspadai karena akan berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat. Daya beli petani menurun terjadi di tengah banjirnya stok pangan dan penurunan harga komoditas yang masih berlanjut.

Penurunan harga produk pangan terjadi karena ada peningkatan stok dari panen membuat harga jual produk pertanian menurun di tingkat distributor dan konsumen. Padahal harga beberapa komoditas masih cukup rendah di pasar internasional masih cukup rendah disaat yang sama. Kondisi ini perlu diwaspadai karena akan berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat.

Pasalnya, jumlah petani di Indonesia bisa dibilang cukup banyak. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan oleh BPS pada bulan Februari 2020, tercatat jumlah penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian tercatat sebanyak 38,05 juta orang atau sekitar 29,04 persen dari total penduduk yang bekerja dan merupakan yang terbesar dibanding sektor-sektor lainnya. Jumlah yang cukup besar untuk mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat secara signifikan. Sudah sewajarnya tingkat konsumsi petani seharus mendapat perhatian serius, pasalnya perekonomian Indonesia sebagian besar masih digerakkan oleh konsumsi rumah tangga. Bahkan pada triwulan 1 tahun 2020, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 58,14 persen.

Menghadapi fenomena yang terjadi dikalangan petani, pemerintah harus melakukan berbagai upaya salah satunya melakukan pengendalian dari sisi harga pertanian. Kunci meningkatkan NTP adalah menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Sehingga kebijakan pemerintah untuk membuka sektor pariwisata dan aktivitas perkantoran harus dipersiapkan dengan baik karena dengan keberhasilan kebijakan ini dapat berkontribusi terhadap perbaikan harga ditingkat petani, salah satunya dengan menjamin distribusi barang hingga ke pedesaan.

Upaya untuk tetap menjaga stok pangan utamanya beras, yakni dengan percepatan masa tanam di wilayah lumbung padi nasional. Pemerintah perlu memberikan bantuan benih, alat mesin pertanian, asuransi pertanian dan pendampingan agar percepatan tanam sukses dan memberikan hasil yang tinggi. (*)

***

*) Oleh: Hayu Wuranti, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES