Peristiwa Nasional

Jaga Produksi Padi, Kementan RI Kawal Pengendalian Hama Tikus di Subang

Senin, 06 Juli 2020 - 18:00 | 31.74k
Kementan RI fokus mengawal Gerakan Pengendalian (Gardal) wilayah endemis tikus, di Kabupaten Subang. (FOTO: Kementan RI for TIMES Indonesia)
Kementan RI fokus mengawal Gerakan Pengendalian (Gardal) wilayah endemis tikus, di Kabupaten Subang. (FOTO: Kementan RI for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kementerian Pertanian RI (Kementan RI) melakukan berbagai upaya agar produksi budidaya padi terus meningkat tajam. Memang, salah satu kendala petani adalah hama tikus, sehingga Kementerian di bawah pimpinan Syahrul Yasin Limpo ini fokus mengawal Gerakan Pengendalian (Gardal) wilayah endemis tikus, di Kabupaten Subang.

Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Kementan RI, Enie Taruslina mengatakan tikus merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman padi dan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT tersebut cukup tinggi.

Salah satu wilayah yang selalu mengalami permasalahan tikus adalah Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang. Menurut Enie, pengendalian hayati yang memanfaatkan burung hantu dilakukan dengan pembuatan Rubuha.

Rubuha sebagai tempat tinggal burung hantu dan membawa mangsanya. Rubuha harus kuat dan tidak mudah roboh, tiang harus terbuat dari beton dengan pondasi cakar ayam sehingga tidak mudah roboh di tanah persawahan yang lembek. 

"Tinggi Rubuha sekitar 4 meter dari permukaan tanah untuk memudahkan burung hantu mengintai buruannya dan efektif membawa hasil buruannya," demikian jelas Enie saat mengunjungi lokasi panen padi di Desa Pusakajaya bersama Staf Khusus Menteri Pertanian Firdaus Hasan, Senin (6/7/2020). 

"Rubuha ini efektif, tidak memerlukan biaya besar, mudah dilakukan dan ramah lingkungan. Dengan pendampingan Tim kami, akhirnya kelompok tani tersebut berhasil panen. Semua berkat kerjasama yang baik antara petani, dinas, petugas setempat dan juga tim POPT," tambah Enie.

Yadi Kusmayadi, salah seorang petugas pengamat OPT dan tim telah turun ke lapangan sejak awal serangan tikus  di daerah tersebut. Ia menagatakan dalam mengatasi permasalahan tikus tersebut, harus menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan melakukan kegiatan Pengelolaan Ekosistem Sawah di Daerah Endemis Tikus.  

"Kita telah melakukan berbagai upaya pengendalian tikus antara lain  melakukan gerakan pengendalian dengan gropyokan, emposan, pemasangan trap barrier system dan linear trap barrier system, serta pembuatan rubuha dengan teknologi pegendalian hayati menggunakan burung hantu. Kita lakukan pendampingan hingga panen,"ucap Yadi.

Bahagia tampak dari petani yang berhasil panen setelah beberapa kali hasil panennya tidak memuaskan bahkan gagal akibat serangan tikus.

"Musim ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pertanian dan BBPOPT yang telah memberikan bantuan benih dan juga pendampingan sehingga berhasil panen," ungkap salah seorang petani.

Sementara itu, Dirjen Tanaman Pangan Kementan RI, Suwandi mengatakan pihaknya melalui BBPOPT Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus berupaya mengendalikan hama tikus yang menyerang pertanaman padi.

Petugas pengendali OPT memberikan bimbingan tentang upaya pengendalian tikus kepada petani, sehingga komitmen Menteri Pertanian untuk menjadi ketersediaan beras benar-benar terwujud. Kunci keberhasilan pengendalian tikus ini adalah bagaimana cara menggerakkan kekompakan para petani.

"Kalau dilakukan sendiri-sendiri sama saja hasilnya karena jangkauan habitat tikus ini cukup luas, maka dari itu penting untuk melakukan gerakan pengendalian secara bersama-sama," ungkap Dirjen Tanaman Pangan Kementan RI ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES