Peristiwa Daerah

Membangkitkan Kembali Kejayaan Sang Maestro Wayang Wong Cirebon Mama Kandeg

Minggu, 05 Juli 2020 - 19:06 | 54.81k
Cucu Mama Kandeg, Wawan Dinawan, saat menunjukkan satu-satunya peninggalan Mama Kandeg yang masih tersisa. (FOTO: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)
Cucu Mama Kandeg, Wawan Dinawan, saat menunjukkan satu-satunya peninggalan Mama Kandeg yang masih tersisa. (FOTO: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, CIREBON – Masyarakat Cirebon dan sekitarnya tentunya mengenal sang maestro seni wayang wong, Sutika atau yang lebih populer dengan nama Mama Kandeg. Pendiri Sanggar Seni Setiya Negara ini bahkan sudah dikenal oleh dunia karena seni wayang wong, gamelan, seni ukir, bahkan Macapat, di era tahun 60-90an.

Dengan jiwa seni yang diturunkan dari orang tuanya, Mama Kandeg melestarikan kesenian-kesenian wayang wong di Cirebon. Wayang wong atau wayang orang (bahasa Jawa) sendiri merupakan wayang yang diperankan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang itu sendiri. Di tangan dingin Mama Kandeg, kesenian wayang wong bisa mempunyai ciri khas tersendiri.

Untuk itulah, dia mempunyai banyak murid yang memang memiliki jiwa seni yang begitu tinggi di sanggar seninya yang terletak di Desa Suranenggala Lor, Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon. Bersama sanggar seninya, dia sudah tampil di mana-mana, bahkan sampai ke luar negeri, seperti Suriname, Belanda, Amerika, Perancis, Jerman, dan Jepang.

Namun sayang, kejayaan seni Mama Kandeg harus berhenti, karena beliau wafat pada tahun 1991 di usianya yang ke 87 tahun. Sanggar Seni Setiya Negara yang didirikan tahun 1968 pun menjadi vakum selama hampir 25 tahun lamanya. Meskipun begitu, jiwa dan karya seninya secara turun-temurun diwariskan, baik kepada anak cucunya maupun kepada murid-muridnya.

Kini di tangan cucunya beserta penerus Mama Kandeg, Wawan Dinawan, Sanggar Seni Setiya Negara mencoba dibangkitkan kembali. Padahal saat itu, kondisi sanggar sudah seperti mati suri. Namun, dia tidak pantang menyerah. Dengan dibantu oleh para murid Mama Kandeg, serta kondisi bangunan bekas tempat diadakannya latihan, Sanggar Seni Setiya Negara perlahan muncul kembali pada Juni 2020 ini.

"Karena pandemi Covid-19, saya pulang dari Batam. Kemudian saya mencoba membangkitkan kembali sanggar milik kakek. Padahal waktu itu saya belum ada uang," jelasnya kepada TIMES Indonesia saat berkunjung ke sanggar seninya di Desa Suranenggala Lor, Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon, Minggu (5/7/2020).

Membangkitkan kembali sanggar seni tersebut ternyata tidak mudah, apalagi di tengah arus modernisasi ini. Barang-barang kesenian seperti perangkat gamelan, lapuk akibat dimakan usia. Bahkan kondisi bangunan untuk tempat latihan sanggar, cukup memprihatinkan. Hanya satu alat musik saja bernama Saron, yang masih tersisa. Bahkan alat musik tersebut buatan Mama Kandeg sendiri dan diukir.

Dengan gigihnya, Wawan akhirnya bisa mendapatkan perlengkapan sanggar seni seperti seperangkat gamelan, meskipun hanya meminjam. Dia pun bahkan bisa mengumpulkan kembali murid-murid Mama Kandeg yang sudah berusia sepuh, bahkan ada murid baru yang masih usia sekolah. Semua itu dilakukan karena dedikasi yang tinggi terhadap sanggar seni dan karya milik Mama Kandeg yang sangat legendaris di wilayah Cirebon.

Wawan menceritakan, kegiatan latihan kesenian di Sanggar Seni Setiya Negara mulai rutin dilaksanakan, nyaris setiap hari. Sehingga tidak heran, jika melewati lokasi sanggar seninya, akan terdengar suara musik gamelan yang bertalu-talu, dengan diiringi oleh adanya penari dengan berbagai macam versi.

"Kecuali malam Jumat, kita melaksanakan Macapat," ungkap Wawan.

Macapat sendiri, lanjutnya, sangat tidak mudah. Namun beruntung, masih ada beberapa murid Mama Kandeg yang masih bisa menguasai Macapat. Karena Wawan sendiri mengakui, cukup sulit untuk menguasai Macapat, karena ada teknik-tekniknya.

"Orang yang bisa Macapat sudah pasti bisa Sinden, tapi orang Sinden belum tentu bisa Macapat," ungkapnya.

Dalam waktu dekat ini, lanjut Wawan, Sanggar Seni Setiya Negara akan melakukan pementasan wayang wong pada bulan Agustus nanti di Gedung Kesenian Rara Santang Kota Cirebon. Karena itu, dia dan lainnya rutin latihan setiap hari, bahkan sampai malam. Semua itu karena mereka ingin benar-benar total membangkitkan kembali kejayaan sanggar seni Mama Kandeg, dan menunjukkan karya-karyanya yang pernah diakui dunia.

Saking diakui oleh dunia, bahkan seniman luar negeri seperti Mama Erik dari California, Dalang Matthew Cohen dari Inggris, serta beberapa orang lainnya, belajar seni dari Mama Kandeg langsung.

Untuk itu, Wawan pun ingin agar adanya peran pemerintah dalam pengembangan kesenian ini. Karena, para seniman ini butuh bimbingan agar bisa kembali menjalankan dan melestarikan kesenian tradisional ini, terutama menghidupkan kembali karya-karya Mama Kandeg.

Bahkan, lanjutnya, Walikota Cirebon Nasrudin Azis merupakan cucu dari Mama Kandeg. Beliau pun bersedia membantu mengembangkan Sanggar Seni Setiya Negara, agar bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah, terutama di Kabupaten Cirebon.

"Kita butuh bimbingan, bukan hanya dukungan saja. Karena kesenian itu sendiri bagi kami hanyalah hobi, bukan pekerjaan utama. Untuk itu, diperlukan bantuan pemerintah dalam upaya pelestarian kesenian ini," tutur cucu Mama Kandeg ini. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Cirebon

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES