Peristiwa Daerah

Marak Kawin Tangkap di Sumba, Ini Penjelasan Rektor Unkriswina Sumba

Minggu, 05 Juli 2020 - 18:50 | 71.99k
Rektor Unkriswina Sumba NTT, Pdt. Norlina Rambu Jola Kalunga, S. Si(Teol), M. Si. (FOTO: Habibudin/TIMES Indonesia)
Rektor Unkriswina Sumba NTT, Pdt. Norlina Rambu Jola Kalunga, S. Si(Teol), M. Si. (FOTO: Habibudin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, WAINGAPU – Terkait maraknya kawin tangkap yang terjadi di Pulau Sumba NTT, Rektor Universitas Kristen Wira Wacana (Unkriswina) Sumba NTT Pdt. Norlina Rambu Jola Kalunga, S.Si(Teol), M.Si angkat bicara. Hal ini terjadi karena adanya pergeseran makna tehadap budaya perkawinan Sumba.

“Banyak pendapat tentang kawin tangkap di Sumba maka saya ingin sampaikan ringkasan hasil penelitian saya bersama Ibu Sylvia A. Anggraini tentang filosofi perkawinan dalam sosial budaya Sumba,” kata Pdt. Norlina Rambu Jola Kalunga Minggu (5/7/2020).

Menurutnya, filosofi perkawinan merupakan salah satu peristiwa sakral dalam kehidupan masyarakat Sumba namun dalam perkawinan adat Sumba dianggap syah oleh keluarga bila pihak laki-laki memberi harta (Belis) bersifat kepriaan seperti emas, perak dan hewan Kuda serta kerbau.

Sebaliknya pihak perempuan memberi balasan (Bola ngandi) bersifat kewanitaan seperti kain selimut, sarung, muti salak dan gading maka secara adat Belis dan Bola ngandi harus seimbang. Jika Belis dari laki-laki terlalu rendah maka itu dipandang penghinaan dari pihak keluarga perempuan karna maknanya Belis menunjukkan penghargaan kepada keluarga pemberi isteri.

“Jika Bola ngandi dari pihak perempuan terlalu rendah maka keluarga perempuan akan dicela karna dianggap tidak memberi nilai terhadap anaknya sendiri atau dianggap menjual anak perempuan sendiri,” jelasnya.

Pdt. Norlina mengungkapkan, dalam perkembangan filosofi perkawinan dalam budaya Sumba ini mulai bergeser. Itu terlihat dari perilaku kawin tangkap yang terlihat berindikasi kekerasan dan pelecehan terhadap harkat dan martabat manusia.

“Ini adalah tindakan kriminal dan harus diselesaikan secara hukun yang berlaku,” ujarnya.

Pdt. Norlina menghimbau, dari peristiwa kawin tangkap yang terjadi di Sumba meminta semua elemen masyarakat untuk mendukung deklarasi perlindungan terhadap perempuan dan anak di Pulau Sumba NTT. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Sumba

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES