Peristiwa Internasional

WHO Hentikan Uji Coba Hydroxychloroquine, Karena Ini...

Minggu, 05 Juli 2020 - 07:08 | 27.18k
Obat hydroxychloroquine yang ditunjukkan oleh seorang apoteker di apotek di Provo, Utah, AS. (FOTO: Reuters/CNA/Al Jazeera)
Obat hydroxychloroquine yang ditunjukkan oleh seorang apoteker di apotek di Provo, Utah, AS. (FOTO: Reuters/CNA/Al Jazeera)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghentikan uji coba obat malaria hydroxychloroquine (HCQ) dan kombinasi obat HIV lopinavir/ritonavir pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit karena ternyata tidak bisa mengurangi angka kematian.

Dilansir CNA, langkah itu juga diikuti pembuat obat Swiss Novartis. Sedangkan pembuat obat Perancis Sanofi akan segera membuat keputusan dalam waktu dekat.

"Hasil uji coba sementara ini menunjukkan bahwa hidroksi klorokuin dan lopinavir/ritonavir menghasilkan sedikit atau tidak ada pengurangan dalam kematian pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit jika dibandingkan dengan standar perawatan. Para peneliti uji solidaritas akan menghentikan uji coba dengan efek langsung," kata WHO dalam sebuah pernyataannya yang merujuk pada uji coba multi-negara besar yang memimpin agensi.

Badan PBB itu mengatakan, keputusannya diambil atas rekomendasi Komite Pengarah Internasional uji coba, dan tidak mempengaruhi studi lain di mana obat tersebut digunakan untuk pasien yang tidak dirawat di rumah sakit atau sebagai profilaksis.

Percobaan Novartis dimulai sejak bulan April yang menguji obat hydroxychloroquine pada 440 pasien yang dirawat di rumah sakit. Tetapi proyek itu hanya menghasilkan efek pada segelintir orang saja.

Hydroxychloroquine juga digunakan untuk mengobati gangguan peradangan termasuk rheumatoid arthritis dan lupus, dan menjadi bahan debat politik ketika Presiden AS Donald Trump mempromosikannya, meskipun waktu itu belum ada bukti ilmiah bisa membantu melawan virus corona baru.

Penelitian terhadap obat malaria yang sudah berlangsung beberapa dekade. Termasuk di Inggris yang baru-baru ini juga dihentikan setelah para ilmuwan menyimpulkan itu "tidak berguna" terhadap Covid-19.

Perusahaan yang berbasis di Basel itu mengatakan penelitiannya, sejauh ini, tidak mengangkat masalah keamanan dan tidak menarik kesimpulan tentang kemanjuran HCQ.

Percobaan Novartis bertepatan dengan meningkatnya penggunaan obat remdesivir Gilead Science, yang menunjukkan pemulihan dari Covid-19 dalam uji cobanya.

Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) memperingatkan untuk tidak menggabungkan remdesivir dengan HCQ.

Novartis telah menyumbangkan 130 juta dosis hydroxychloroquine di Amerika Serikat, dan Kepala Eksekutif, Vas Narasimhan dua bulan lalu sempat mengelompokkannya sebagai harapan terbesar perusahaan terhadap virus corona baru ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES